Berita Palembang

Palembang Kerap Banjir, Sejarawan : Anak Sungai Musi Banyak yang Hilang karena Ditimbun Pembangunan

Sejarawan Ungkap Peran Sungai Sangat Vital, Semua Daerah Dulu Terkoneksi Via Anak Sungai

Penulis: Odi Aria Saputra | Editor: Welly Hadinata
Kolase Sripoku.com/ODI
Sejarawan Palembang Kemas Ari Panji dan Sungai Musi 

"Seperti di kawasan Sapta Marga kenapa selalu banjir, itu karena anak sungai di sana tidak terkoneksi aliran sungai karena adanya sedimentasi," katanya.

Menurut Alexander, pendangkalan anak sungai di kota Palembang cukup memprihatinkan.

Dalam satu bulan anak-anak sungai alami pendangkalan sebanyak 5 cm atau jika dikalkulasinya dalam setahun mencapai 50 cm.

Maka, tidak mengherankan jika anak-anak sungai yang tidak dilakukan normalisasi hingga bertahun-tahun membuat aliran sungai mengalami pendangkalan cukup parah.

"Pendangkalan inilah penyebab banjir Palembang. Anak sungai yang sudah jadi sedimentasi tak mampu mengalir menuju muara sungai-sungai besar di Palembang," tegas Alexander.

Dijelaskannya, anak-anak sungai yang mengalami sedimentasi disebabkan karena faktor alam dan pembangunan masyarakat yang tidak memperdulikan fungsi aliran air dengan menutup anak sungai. Seharusnya, jika ingin membangun masyarakat harus berkaca terhadap undang-undang yang mengatur fungsi aliran air.

"Aliran air yang ada semakin sempit karena timbunan dan bangunan yang berada di atas anak sungai. Jadi, tidak heran kalau Palembang banjir karena aliran air tidak berfungsi maksimal," ungkapnya.

Senada, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Sumatera (BBWSS VIII), Birendrajana mengungkapkan
sebanyak 21 anak sungai di kota Palembang mengalami pendangkalan pada musim kemarau kemarin.

Adapun ke 21 anak sungai yang alami pendangkalan yakni Sekanak, Bendung, Sungai Buah, Jakabaring, Borang, Selincah, Kertapati, Juaro, Lawang Kidul, Batang, Keramasan, Sriguna, Nyiur, Kedukan, Rengas, Aur, Gasing, Plaju, Gandus dan lain-lain

Pendangkalan yang terjadi ini dinilai kerap kali menjadi biang keladi banjir yang sulit surut berhari-hari.

Sedimentasi atau pengendapan terjadi pada umumnya terjadi karena penumpukan limbah rumah tangga, lumpur hingga tumbuhan.

"Anak sungai ini rencananya akan kita lakukan pengerukan sedimentasi akan dilakukan sedalam satu meter.

Kita akan ratakan gundukan sedimentasi, sehingga aliran air dapat berjalan dengan lancar," jelas Birendrajana.

Menurutnya, sejumlah titik rawan banjir di kota Palembang dikarenakan aliran air dari anak sungai terjepit karena terjadinya pendangkalan, sehingga menyebabkan air yang seharusnya masuk dengan cepat keluar ke sungai menjadi terhambat dan terjadilah banjir.

Maka itu, pengerukan dirasa sangat perlu untuk membuat aliran-aliran air anak sungai tak lagi terhambat dan menyebabkan banjir di kota pempek.
Diakuinya, idealnya pengerukan anak sungai dilakukan lima tahun sekali.

Dengan dilakukan normalisasi dan restorasi bisa meminimalisir banjir yang melanda Palembang.

"Permasalahan banjir jadi prioritas balai, kita akan berkordinasi untuk melakukan pengerukan anak-anak sungai yang mengalami pendangkalan," tuturnya.

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved