PRESIDEN Soeharto Pernah Berkata Boleh Bicara Tapi Bibirnya Tidak Boleh Dibuka, Lalu Hal Ini Terjadi
Banyak sekali cerita dan pelajaran yang bisa dipetik dari kepemimpinan Soeharto, salah satunya yakni sikapnya yang berwibawa.
Penulis: Tria Agustina | Editor: Welly Hadinata
Soeharto muda akhirnya bekerja sebagai juru tulis di sebuah bank desa.
Seragam kerjanya blangkon, beskap dan sarung.
Gara-gara seragam kerja inilah Soeharto ketiban apes.
Ceritanya, sarung yang dipakenya tiap hari udah lusuh.
Terus, ia dipinjami oleh buliknya sarung kesayangannya.
Sarung-sarung itu ternyata enggak sengaja nyangkut di jari-jari sepeda yang sedang ia tunggangi.
Peristiwa itu mengakhiri karier Soeharto sebagai juru tulis bank desa.
Cari Peruntungan ke Solo dan Tentara Belanda
Karena menganggur, Soeharto mencoba peruntungan ke Solo.
Sebab saat itu, seorang teman menginformasikan bahwa Angkatan Laut Belanda sedang mencari juru masak.
Tapi, ternyata begitu sampai di Solo, lowongan yang dimaksud tidak ada.
Dengan kecewa, Soeharto kembali ke Wuryantoro.
Dia bekerja serabutan, dari ikut membangun langgar sampai membersihkan selokan air, supaya bisa menyambung hidup.
Tidak lama, Soeharto mendengar informasi lowongan kerja lagi.
Kali ini lowongan bergabung dengan Angkatan Perang Belanda (KNIL).
Daripada tidak ada pekerjaan tetap, pada 1 Juni 1940 Soeharto mantap mendaftar sebagai prajurit.
Soeharto mendapat pelatihan kemiliteran yang superkeras.
Tiap hari dari subuh sampai larut malam, tidak henti-hentinya digembleng fisik dan mental.
Soeharto tidak merasa tertekan.
Kehidupan masa kecilnya yang serba tak pasti, justru membuatnya kepincut dengan disiplin keras dan keteraturan yang diajarkan di sana.
Makanya, Soeharto sukses lulus sebagai kadet terbaik di angkatannya.
Selesai pelatihan, Soeharto dikirim ke Batalyon XIII di Rampal, Malang.
Pada 2 Desember 1940, dia diberi gelar kopral.
Kemudian dia dikirim ke Gombong buat menjalani latihan lanjutan. Dan, begitu lulus dinaikkan pangkatnya jadi sersan.
Baru saja menyandang gelar sersan, tahu-tahu Jepang merapat ke Indonesia.
Jepang menyerang Belanda untuk merebut Indonesia.
Belanda kalah, karier Soeharto sebagai prajurit ikut terhenti.
Dia lalu memutuskan pergi ke Yogyakarta, mencari pekerjaan baru.
Di Yogyakarta, awalnya Soeharto belajar mengetik supaya punya bekal mencari kerja lain.
Tidak lama kemudian, dia jatuh sakit.
Saat dia sedang memulihkan kesehatannya, dia membaca pengumuman bahwa satuan polisi Jepang, Keibuho, membuka lowongan.
Langsung Soeharto mendaftar.
Diterima di Keibuho, karier Soeharto cepat melesat.
Performanya yang bagus tercium ke mana-mana.
PETA atau Pembela Tanah Air, sebuah kekuatan sosial yang didirikan oleh putra-putri negeri untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, membujuk Soeharto bergabung.
Terdorong rasa patriotisme yang besar, Soeharto setuju dan mulai melakukan "dualisme": tetap jadi anggota Keibuho, namun diam-diam ikut PETA.
Dari PETA inilah karier militer dan politik Soeharto di Indonesia bergulir.
Sampai klimaksnya, dia bisa jadi Presiden ke-2 Rl dan berkuasa selama 32 tahun.
SUBSCRIBE US