Pencegahan Covid 19

Prediksi Pandemi di Indonesia Berakhir 10 Tahun Lagi, Ini Kata Moeldoko

Pandemi virus corona di Indonesia diprediksi Bloomberg baru berakhir 10 tahun lagi. Namun Moeldoko menilai, prediksi itu berlabihan.

Editor: Sutrisman Dinah
kompas.com
Ilustrasi virus corona 

SRIPOKU.COM --  Semua negara di dunia saat ini tengah berjuang mengakhiri pandemi virus corona penyebab Covid-19. Bahkan Bloomberg memprediksi pandemi Covid-19 diIndonesia baru akan berakhir 10 tahun lagi..

Dari berbagai upaya yang ditempuh, di antaranya adalah melakukan vaksinasi massal. Vaksinasi dilakukan terhadap sebanyak-banyaknya masyarakat dengan harapan terbentuk kekebalan kelompok, dan pada akhirnya bisa kembali ke kehidupan normal.

Seperti negara-negara lain, Indonesia juga sudah memulai program vaksinasi sejak 13 Januari 2021. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi orang pertama yang disuntik dengan vaksin CoronaVac buatan Sinovac Biotech Ltd, perusahaan biofarmasi asal China.

Namun, dibandingkan negara lain, program vaksinasi Covid-19 di Indonesia dirasa belum maksimal.

BPOM Izinkan Vaksin untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Ini Syaratnya

Kabar Baik: Menkes Izinkan Vaksin untuk Lanjut Usia Mulai Senin, Sinovac Sudah Diuji Coba di Brasil

Berdasarkan kajian Bloomberg --media ekonomi asal Amerika-- proses vaksinasi di Indonesia, masih kalah cepat dibandingkan dengan negara lainya. Dengan tingkat vaksinasi saat ini, Bloomberg memprediksi Indonesia baru bisa mengakhiri pandemi sekitar 10 tahun lagi.

Prediksi ini dibuat berdasarkan tindakan yang hingga saat ini Indonesia baru per hari baru mampu melakukan vaksinasi sebanyak 60.433 dosis vaksin. Sementara jumlah kasus infeksi mencapai 1,13 juta dengan jumlah kematian mencapai 31,2 ribu orang.

Dengan analisis ini, India dan Rusia juga diprediksi harus menunggu hingga satu dekade lamanya untuk mengakhiri pandemi di negaranya. India diramal perlu waktu 10 tahun lebih untuk menuntaskan vaksin, karena jumlah vaksin yang tersedia hingga saat ini baru mencapai 299 ribu dosis.

Kelompok Anti-vaksin Blokir Fasilitas Vaksinasi Covid-19, Serukan Warga Tak Boleh Disuntik

Padahal, jumlah kasus di India telah mencapai 10,8 juta dengan angka kematian mencapai 154,8 kasus. Sementara Rusia, tingkat vaksinasinya sebanyak 40 ribu dosis dengan jumlah kasus 3,89 juta orang dan kasus kematian 74,5 ribu orang.

Proyeksi waktu 10 tahun itu melebihi rata-rata waktu yang dibutuhkan negara-negara di dunia untuk bisa menyelesaikan vaksinasi. Melansir The Strait Times, proyeksi vaksinasi global rata-rata membutuhkan waktu tujuh tahun karena jumlah vaksinasi mencapai 4,54 juta dosis di seluruh penjuru dunia pada saat ini.

Sedangkan jumlah kasus covid-19 secara global, sudah tembus angka 104,86 juta dengan kematian mencapai 2,28 juta orang.

Menurut riset tersebut, vaksinasi akan lebih cepat di negara-negara maju, misalnya seperti negara-negara di belahan barat yang memiliki anggaran dana lebih besar, namun dengan populasi yang lebih sedikit.

Hal ini berbeda dengan negara-negara timur yang anggarannya cenderung lebih terbatas dengan jumlah populasi besar, misalnya China dan India.

Bila dirunut dari berbagai negara di dunia, riset Bloomberg memperkirakan Israel akan menjadi negara yang paling cepat menuntaskan vaksinasi kepada 75 persen populasi penduduknya, yaitu dua bulan saja.

Sebab, jumlah vaksinasi saat ini sudah mencapai 135,77 ribu dosis dengan kasus terjangkit 679,14 ribu orang dan angka kematian 5.019 kasus.

Prediksi yang sama juga diberikan pada Uni Emirat Arab (UEA), di mana jumlah vaksin sudah mencapai 140,1 ribu dosis dengan kasus terjangkit 320,12 ribu orang dan kematian 902 kasus. Sedangkan Inggris perlu waktu enam bulan, Amerika Serikat 11 bulan, Perancis 3,8 tahun, Brasil 3,9 tahun, dan China 5,5 tahun.

Mengomentari hasil kajian Bloomberg itu, Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko menampik bahwa pandemi Covid-19 di Indonesia baru akan berakhir 10 tahun lagi.

“Enggaklah, itu berlebihan. Suruh belajar lagi lah Bloomberg,” kata Moeldoko dalam diskusi peringatan Hari Pers Nasional 2021 secara virtual pada Minggu (07/02/2021).

Menurut Moeldoko, pemerintah telah menyiapkan strategi khusus untuk merampungkan vaksinasi Covid-19 nasional dalam kurun waktu 1,5 tahun.

”Kita kemarin dalam sidang kabinet sudah pikirkan bagaimana keinginan dari Pak Jokowi untuk secepatnya itu ya setahun setengah harapannya ya,” tutur Moeldoko.

Target itu dapat dipersingkat jika vaksin Merah Putih dapat segera diproduksi di awal tahun 2022. ”Nanti kalau Vaksin Merah Putih sudah bisa diproduksi pada tahun 2022 atau lebih awal itu semakin cepat lagi. Orang Indonesia kalau kepepet itu banyak akalnya,” kata Moeldoko.

Sementara Staf Ahli Bidang Pengeluaran Negara Kementerian Keuangan, Kunta Wibawa Dasa Nugraha menilai bahwa riset Bloomberg tersebut sejatinya masih belum pasti. Sebab, dinamika karena pandemi masih terus berubah dari waktu ke waktu.

"Ini ketidakpastiannya tinggi. Tapi tidak berarti kalau vaksin butuh 10 tahun lagi, terus kita tidak bisa apa-apa. Intinya, vaksin akan terjadi terus," ujar Kunta.

Sekalipun vaksinasi selesai sesuai target pemerintah pada kuartal I 2022 kepada 181 juta penduduk atau 75 persen populasi Indonesia, bukan tidak mungkin vaksinasi akan berlanjut lagi di kuartal II 2022.

"Kuartal II 2022 itu masih akan kita vaksinasi lagi, kebutuhan dana vaksin akan ada terus, ini yang sedang kami pikirkan, diskusikan seperti apa ke depan. Kita jangan khawatir bahwa orang akan vaksin terus, yang penting bisa lakukan perubahan tadi," katanya.

Untuk menghadapi dinamika pandemi yang terus berubah, Kunta mengatakan pemerintah terus mencari sumber-sumber anggaran untuk penanganan dampaknya. Salah satunya dengan merelokasi anggaran dari pos-pos di sejumlah kementerian/lembaga ke program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2021. Saat ini, anggaran PEN 2021 pun terus naik dari hanya sekitar Rp356,5 triliun menjadi Rp627,9 triliun. Alokasinya hampir menyamai pagu anggaran PEN 2020 sebesar Rp695,2 triliun.*****

Penulis: (tribun network/den/dod)

Sumber:
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved