Masuk Puncak Musim Hujan Sumsel Berpotensi Banjir, Dataran Tinggi Daerah Rawan

BPBD Sumsel memetakan, daerah dataran tinggi memiliki kondisi rawan adalah OKU Selatan, Lahat, Pagar Alam, Muara Enim, dan Empat Lawang.

Penulis: Odi Aria Saputra | Editor: Azwir Ahmad
Ist/handout
Ilustrasi banjir di lahat Sumsel beberapa waktu lalu dan insert peta Wilayah Sumsel Barat 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG -  Saat ini wilayah Indonesia tengah memasuki fase puncak musim hujan, tak terkecuali  Provinsi Sumatera Selatan.

Seiring dengan tingginya intensitas curah hujan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mengingatkan bahwa di wilayah Bumi Sriwijaya juga berpotensi terjadinya bencana banjir dan tanah longsor. 

Kepala Bidang (Kabid) Penanganan Kedaruratan BPBD Sumsel,  Ansori menerangkan Sumsel juga berpotensi terkena bencana alam seperti beberapa daerah di Indonesia, karena sekarang intensitas hujan yang tinggi .

Kendati demikian, Ansori mengatakan Provinsi Sumatera Selatan kecil kemungkinan mengalami bencana alam hebat seperti yang terjadi di beberapa daerah di wilayah Indonesia Timur.

Hal tersebut dikarenakan Topografi (keadaan muka bumi pada suatu kawasan) Sumsel terbagi dalam dataran tinggi dan rendah. 

"Sumsel berpotensi apabila intensitas hujan tinggi dengan durasi lama,  tetapi mudah-mudahan tidak seperti bencana di wilayah Timur yang dihantam banjir karena topografinya berupa satu hamparan," katanya,  minggu (17/1/2021).

BPBD Sumsel memetakan,  daerah dataran tinggi yang memiliki kondisi rawan adalah OKU Selatan, Lahat, Pagar Alam, Muara Enim, dan Empat Lawang.

Ansori menyebutkan, berkaca dari tahun sebelumnya puncak musim hujan dengan intensitas tinggi bakal terjadi mulai akhir Desember sampai Januari. 

Ia mengungkapkan, ciri-ciri banjir bandang maupun longsor sering terjadi ketika curah hujan tinggi, dengan kondisi sungai yang keruh. Ataupun tanda lainnya air di sungai kecil seperti tersumbat. Jika mendapati tanda seperti itu diharapkan masyarakat waspada dan menjauhi wilayah sungai dan wilayah perbukitan.

"Masyarakat di wilayah dataran tinggi harus selalu berhati-hati karena kondisi tanah di daerah tersebut labil.
Jika ada ciri-ciri datangnya bencana alam masyarakat harus siaga," tegas Ansori. 

Seperti diketahui, sejak beberapa waktu terakhir  beberapa daerah di Indonesia mulai diterjang bencana alam banjir bandang dan longsor, kondisi cuaca buruk disebabkan oleh adanya La Nina (fenomena suhu permukaan laut yang menurun sepanjang timur dan tengah Samudera Pasifik di garis khatulistiwa. 

Penurunan suhu tersebut sebanyak 3° hingga 5° C dari suhu normal) yang menerpa sejumlah wilayah tanah air pada musim hujan tahun ini. 

Badan Meteorologi, Klimatologi Geofisika (BMKG) Palembang memprediksi curah hujan lebih tinggi di atas normal yang menerpa Sumsel akan terjadi hingga April tahun depan. Pengaruh cuaca di Sumsel dipengaruhi dari fenomena La Nina di Samudera Pasifik yang akan berlangsung hingga April 2021.

"Curah hujan lebih tinggi di atas normal yang menerpa Sumsel akan terjadi hingga April tahun depan. Hal ini dipengaruhi karena adanya fenomena La Nina," kata Kepala BMKG SMB II Palembang, Desindra Dedi Kurniawan. 

Dijelaskannya, fenomena La Nina memiliki dampak sangat terasa pada wilayah Indonesia tengah dan Timur. Sumsel dan Sumatera saat ini terjadi karena faktor Madden Julian Oscillation (MJO) dan Kelvin, atau dari timur ke barat berupa gelombang Rossby. Aktivitas La Nina dan MJO inilah yang menjadi tumpukan awan berpotensi curah hujan menjadi lebih tinggi dari biasanya. 

Halaman
12
Sumber:
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved