Tragedi Sriwijaya Air

SETElaH 25 Menit Menyelam, Windi Terkejut Tangannya Meraba Kotak di Kedalaman 18 Meter, Ternyata

Cerita tim penyelam Dislambair TNI AL saat detik-detik penemuan black box atau kotak hitam pesawat Sriwijaya Air SJ 182, Selasa (12/1/2021).

Editor: Wiedarto
Tribunnews/Irwan Rismawan
Flight Data Recorder (FDR) pesawat Sriwijaya Air PK-CLC dengan nomor penerbangan SJ-182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu ditunjukkan di Dermaga JICT, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (12/1/2021). FDR Sriwijaya Air SJ 182 yang ditemukan oleh tim penyelam TNI di perairan Kepulauan Seribu selanjutnya akan dibawa KNKT untuk dilakukan pemeriksaan. 

Sehingga ketika cuaca sudah kembali kondusif, mereka dapat langsung bergerak melakukan penyelaman dan tidak membuang-buang waktu.

"Apabila ada perkembangan sambil menunggu cuaca lebih baik mungkin tim juga sudah akan melaksanakan operasi pencarian pertolongan," ungkapnya.

Adapun BMKG mengeluarkan catatan dimana kecepatan angin di sekitar lokasi pencarian sudah mencapai 10-15 knot dengan gelombang tinggi maksimum hingga dua meter.

Koordinator Lapangan BMKG di Posko Utama JICT II Sugarin mengatakan Operasi SAR Sriwijaya Air SJ-182 terkendala angin kencang yang terjadi mencapai 10-15 knot dan gelombang tinggi maksimum hingga dua meter.

"Artinya fluktuasi gelombang itu tergantung kecepatan angin. Kalau memang angin kencang baru gelombang itu akan tinggi," ujarnya di Dermaga JICT II, Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Sugarin menambahkan prediksi cuaca adanya angin kencang hingga gelombang tinggi tersebut mulai dari jam 01.00 dini hari sampai dengan malam hari berikutnya.

"Jadi memang kondisi cuaca sejak pagi tadi, memang kondisinya angin kencang. Sehingga akan mengganggu kegiatan operasi SAR di lokasi kecelakaan pesawat," katanya.

Sementara itu Kapal Basarnas, KN SAR Karna-246 terpaksa menunda keberangkatan untuk operasi Sriwijaya Air SJ-182 di perairan Kepulauan Seribu setelah terkendala ombak besar.

Deputi Bina Tenaga dan Potensi SAR Basarnas, Abdul Haris Achadi mengatakan awalnya KN SAR Karna-246 dijadwalkan berangkat dari Dermaga JICT II, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.

"Tadi pagi sekitar 09.30 WIB, kami dari Basarnas dengan kapal KN Karna melakukan pencarian pertolongan," katanya.

Namun pada saat kapal baru berlayar sekitar 20 menit, ombak dengan ketinggian mencapai 2,5 meter menghadang.

Alhasil dengan situasi dan kondisi cuaca yang tidak memungkinkan, maka kapal tersebut akhirnya kembali menuju ke Dermaga JICT II.

"Kita terpaksa harus balik kanan karena cuacanya, dapat informasi di lokasi, ada cuaca ekstrem sampai 2,5 meter tinggi gelombangnya," kata Haris.

Staf Operasi Basarnas Made Oka menambahkan, kecepatan angin mencapai lebih dari 10 knot. Sehingga dianggap membahayakan operasi penyelamatan korban Sriwijaya Air SJ-182.

"Kita lihat situasinya, nanti diutamakan arahan Kabasarnas untuk selalu mengutamakan keselamatan. Itu di atas segalanya," ucap Made.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved