Waspadai 11 Menit Krusial Saat Lepas Landas, Paling Kritis Kecelakaan Pesawat Bisa Terjadi

Dalam kondisi apapun, adakalanya calon penumpang pesawat mewaspadai waktu-waktu paling krusial saat penerbangan berlangsung.

Editor: Salman Rasyidin
Twitter/ @SriwijayaAir
Pesawat Sriwijaya Air 

Tiga menit pertama digunakan untuk mencari posisi stabil dan mengontrol kecepatan ketika pesawat mulai mengudara.

Sementara delapan menit terakhir digunakan untuk menurunkan kecepatan dan menyesuaikan dengan landasan.

Sebab itulah selama rentang waktu critical eleven, awak kabin dilarang berkomunikasi dengan kokpit kecuali ada hal darurat dan awak kokpit harus menahan diri dari aktivitas yang tidak terkait dengan kontrol pesawat.

Untuk menghadapi critical eleven, awak kabin biasanya akan memberikan arahan bagi para penumpang untu mematikan ponsel, menutup meja, menegakkan sandaran kursi, membuka tirai jendela, dan menggunakan sabuk pengaman.

Aturan-aturan tersebut diberikan untuk memudahkan jalannya evakuasi bila kondisi berbahaya terjadi.

Saat emergency landing, penumpang hanya diberikan waktu 90 detik untuk menyelamatkan diri dari pesawat.

Sebab, kalau tidak segera keluar, penumpang akan kekurangan oksigen, tenggelam saat water landing, atau bahkan meninggal akibat terlalu banyak menghirup asap (smoke inhalation).

Saat memasuki rentang waktu critical eleven, penumpang juga disarankan untuk tidak tidur agar bisa fokus pada arahan awak kabin dan selalu waspada pada kondisi pesawat.

Tantangan lepas landas dan mendarat Diwartakan Forbes, Oktober 2017, Tom Farrier pensiunan pilot Angkatan Udara AS mengungkap bahwa pendaratan pada umumnya sedikit lebih berbahaya dan membutuhkan penanganan yang sedikit lebih rumit dibanding lepas landas.

Namun, baik lepas landas maupun pendaratan tetap ada tantangan masing-masing.

Ilustrasi--Pesawat Asian One mengalami crash landing di Bandara Aminggaru, Puncak, Papua, Kamis pagi (13/10).
Ilustrasi--Pesawat Asian One mengalami crash landing di Bandara Aminggaru, Puncak, Papua, Kamis pagi (13/10). (Bisnis.com)

"Terkadang akhir penerbangan adalah saat yang lebih rumit, terutama ketika tiba-tiba ada angin atau landasan pacu licin," kata Farrier.

"Sementara tantangan terbesar saat lepas landas adalah mengatur kecepatan. Sering kali butuh waktu lama menyesuaikan kecepatan saat lepas landas agar pesawat bisa mendaki dengan baik," imbuhnya.

Sementara kasus jatuhnya Sriwijaya Air SJ182 menjadi salah satu kasus yang terjadi di Indonesia dalam beberapa tahun ini.

Sebelumnya, kasus serupa juga terjadi pada tahun 2018, di mana pesawat Lion Air JT610 juga mengalami kecelakaan nyaris sama dengan Sriwijaya Air SJ182, meski kronoliginya belum bisa dipastikan.

Kecelakaan itu tercatat sebagai kecelakaan nomor dua yang sering terjadi di dunia penerbangan.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved