Gempa Bumi

TERJADi Gempa KEdua di Tahun 2021: Dua Kabupaten Berguncang: 'Rasanya Seperti Fuso Masuk Rumah'

Warga dua kabupaten bertetangga mengaku merasakan getaran.  Warga Kabupaten Luwu dan Kabupaten Luwu Utara, Sulsel.

Editor: Wiedarto
SRIPOKU.COM/ANTON
Ilustrasi gempa bumi. 

SRIPOKU.COM, LUWU--Gempa di Morowali, Getaran Terasa hingga ke Luwu dan Luwu Utara

Getaran gempa bumi di Morowali, Sulawesi Tengah, pada dini hari tadi terasa hingga ke Sulawesi Selatan.

Warga dua kabupaten bertetangga mengaku merasakan getaran.  Warga Kabupaten Luwu dan Kabupaten Luwu Utara, Sulsel.

"Subuh-subuh saya terbangun karena kaget, ternyata gempa," kata warga Walenrang, Luwu, Isranuddin.

"Di Sabbang (Luwu Utara) juga terasa. Kita kaya bergetar," ujar warga Dandang, Luwu Utara, Yus, dihubungi terpisah.

Kendati begitu, hingga kini belum ada laporan dampak akibat gempa di dua daerah ini.

Diketahui, gempa bumi kembali terjadi di Morowali. Kali ini, dua kali gempa bumi terjadi dalam kurun waktu kurang dari dua jam.

Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui situs resminya, melaporkan dua kali gempa bumi di Morowali itu terjadi pada pukul 02.13 WIB dan 03.32 WIB, Senin (4/1/2021).

Gempa pertama terjadi di timur Bahodapi dengan magnitudo 4,9.

Pusat gempa berada di laut. "Pusat gempa berada di laut 8 km timur Bahodapi," tulis BMKG.

Titik koordinat gempa terjadi pada 2,8 lintang selatan dan 122,2 bujur timur.

Gempa memiliki kedalaman 10 km. Gempa kedua terjadi di tenggara Bungku dengan magnitudo 3,6.

Pusat gempa juga berada di laut.

"Pusat gempa berada di laut 21 km tenggara Bungku," kata BMKG.

Titik koordinat gempa terjadi ini pada 2,71 lintang selatan dan 122,0 bujur timur.

Gempa memiliki kedalaman 28 km.

Kedua gempa itu dirasakan dengan skala III MMI di Bungku dan Bungku Tengah.

Skala III MMI artinya getaran dirasakan nyata dalam rumah, terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu.

Hingga kini belum ada laporan dampak akibat gempa tersebut.

Gempa Pertama

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa gempa yang mengguncang Pulau Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Jumat (1/1/2021) pagi sebagai gempa dahsyat yang dirasakan pertama kalinya pada Tahun 2021 dengan kekuatan magnitudo 5,0.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryoni melalui melalui keterangan pers yang diterima ANTARA di Jakarta, Jumat (1/1) 2021 menyebutkan, episenter gempa terletak pada koordinat 9,27 lintang selatan (LS) dan 119,03 bujur timur (BT), tepatnya di laut pada jarak 21 km arah barat laut Kota Tambolaka, Ibu Kota Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT dengan kedalaman hiposenter 83 km.

Guncangan gempa yang dirasakan sangat kuat di Tambolaka, Kabupaten Sumba Barat Daya dalam skala intensitas IV MMI (Modified Mercalli Intensity) menyebabkan warga lari berhamburan keluar rumah untuk menyelamatkan diri.

Sementara di Waingapu dan Waikabubak (NTT) dan Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) gempa dirasakan dalam skala intensitas III MMI, dan di Labuan Bajo guncangan dalam intensitas II MMI.

Hingga saat ini belum ada laporan kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa itu tidak berpotensi tsunami.

Gempa Sumba yang terjadi merupakan jenis gempa berkedalaman menengah akibat adanya deformasi batuan pada bagian slab Lempeng Indo-Australia yang tersubduksi di bawah Kepulauan Sunda Kecil (NTB-NTT).

Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa tersebut memiliki mekanisme pergerakan kombinasi mendatar dan naik (oblique thrust fault).

Hingga pukul 07.00 WIB pagi, kata Daryoni, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa susulan.

Masyarakat diimbau untuk waspada karena akhir-akhir ini aktivitas gempa signifikan dan dirasakan di Sumba sering terjadi.

Catatan BMKG menunjukkan gempa di Sumba Timur pada 1 Oktober 2018 dengan magnitudo 6,0 merusak banyak rumah dan beberapa orang luka. Selanjutnya gempa di Sumba Timur pada 2 Oktober 2018 kembali terjadi dengan magnitudo 6,3 yang juga merusak banyak rumah.

295 Patahan

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengatakan, Indonesia memiliki 295 patahan yang berpotensi memicu gempa bumi.

Dari sederet pulau di Indonesia, kata Doni, hanya Pulau Kalimantan yang relatif aman dari patahan yang menyebabkan potensi gempa bumi.

Hal itu disampaikan Doni Monardo saat Seminar Nasional Sosialisasi dan Pembelajaran Pemulihan Paccabencana Alam: Sosial, Ekonomi dan SDA, melalui siaran YouTube BNPB Indonesia, Selasa (15/12/2020).

“Kita juga punya 295 patahan."

"Dan sebagian besar berada di wilayah Indonesia bagian tengah dan bagian timur."

"Hanya Pulau Kalimantan relatif aman dari patahan,” kata Doni.

Tak hanya itu, Doni menyebutkan tidak kurang ada 50 desa di Indonesia yang berstatus rawan bencana.

Sehingga, ia pun meminta semua daerah memperhitungkan potensi terjadinya gempa.

Terlebih, hanya Kalimantan yang aman dari potensi terjadinya gempa.

“Oleh karenanya kita setiap saat harus bisa memperhitungkan semua daerah yang punya potensi terjadinya gempa."

"Tidak kurang dari 50 desa di wilayah nasional kita di status rawan bencana, termasuk khususnya bencana gempa."

"Ini yang harus kita perhatikan bahwa hanya satu wilayah Kalimantan, yang lainnya semua punya potensi,” jelas Doni.

Doni mengungkapkan, wilayah Indonesia memiliki pertemuan lempeng patahan subduksi Indo-Australia dan Pasifik, yang memicu terjadinya gempa dan tsunami di Aceh pada 2004 silam.

Bahkan, ia mengatakan, kejadian ini bisa terus berulang.

“Dan saya berani mengatakan akan terjadi berulang. Kapan?"

"Wallahualam, hanya Allah yang mengetahui, hanya Tuhan Yang Maha Kuasa yang mengetahuinya," ucapnya.

Masuk 35 Negara dengan Ancaman Bencana Alam Tertinggi di Dunia

Doni Monardo menyebut, Indonesia menjadi salah satu dari 35 negara dengan ancaman bencana alam tertinggi di dunia.

Ia pun menyebut catatan tersebut merupakan hasil pemantauan dari World Bank.

"Indonesia sudah dideklarasikan oleh World Bank sebagai salah satu dari 35 negara di dunia dengan tingkat ancaman bencana tertinggi."
"Jadi dari 35 negara dengan risiko bencana alam tertinggi, Indonesia menjadi salah satunya,” jelas Doni.

Doni pun merinci sejumlah catatan bencana alam yang terjadi antara 2018 sampai 2020 di Indonesia.

Ia mengingatkan, kerugian akibat bencana yang terjadi pada lima tahun terakhir juga begitu besar.
Kerugian yang dicatat meliputi kerugian personel, kerugian material, juga infrastruktur.

Pada 2015, terjadi sebanyak 1.694 bencana. Kemudian pada tahun 2016 mengalami peningkatan 2.384 kejadian bencana.

Lalu, pada tahun 2017, mengalami penurunan sebanyak 2.372 kejadian bencana.

Kemudian pada 2018, mengalami peningkatan 3.397 kejadian bencana.

"Pada 2019 sebanyak 3.814 kejadian bencana, dan pada 2020 hingga 14 Desember tercatat sebanyak 2.823 kejadian bencana,” papar Doni.

Bahkan, kata Doni, bencana beruntun terjadi di Indonesia pada tahun 2018.

Hal itu menjadikan Indonesia sebagai negara tertinggi pertama mencatatkan kasus kematian atau korban jiwa terbanyak akibat bencana.

“Indonesia berada pada peringkat pertama korban jiwa terbanyak di dunia."

"Lebih dari 6.000 warga negara kita yang kita cintai wafat meninggal karena bencana yang terjadi di beberapa daerah NTB, Sulteng, Selat Sunda yaitu Banten dan juga Lampung."

"Dan di akhir tahun, itu terjadi juga tanah longsor di wilayah Sukabumi yang merenggut satu desa, sebanyak 10 orang lebih tertimbun oleh longsoran,” ungkapnya.

Tahun ini, Indonesia tak hanya dilanda oleh pandemi global yakni Covid-19.

Namun, sejumlah bencana alam juga menyertai seperti banjir, banjir bandang, dan juga tanah longsor.

“Lantas 2020, sudah kita ketahui selain pandemi Covid-19, kita juga dihadapi dengan sejumlah bencana terutama banjir, banjir bandang dan tanah longsor,” beber Doni Monardo.

Doni juga menyampaikan, BNPB hingga hari ini mencatat tidak kurang dari 362 orang meninggal dunia dan 39 orang masih dalam pencarian.

Ia pun mengebut, bahwa Indonesia sangat berada dalam titik yang sangat berisiko terhadap bencana alam.

Ketua Satgas Penanganan Covid-19 ini pun meminta negara melalui Kementerian/Lembaga, termasuk BNPB, harus selalu hadir dalam setiap bentuk bencana di Tanah Air.

Sebab, Presiden Jokowi sudah menegaskan keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi.

"Bahwa BNPB harus selalu bersama masyarakat yang terdampak bencana di berbagai daerah.”

“Bagaimana juga yang selalu disampaikan oleh Bapak Presiden Jokowi, solus populi suprema lex, keselamatan rakyat adalah hukum yang tertinggi."

"Nah di sinilah, kita tidak cukup hanya berpikir pada konstruksi."

"Tetapi kita juga harus mengetahui bagaimana cara melakukan pencegahannya dan juga mitigasinya."

"Kenali ancamannya, siapkan strateginya, ketahui masalahnya, carikan solusinya,” jelasnya.

Ancaman Gunung Berapi

Doni Monardo mengatakan, ancaman bencana geologi dan vulkanologi akan terus mengintai Indonesia.

Sebab, 500 gunung api dan 127 gunung dinyatakan aktif tersebar diseluruh pulau di Indonesia.

“Ancaman yang terus mengintai wilayah Indonesia adalah bencana geologi dan vulkanologi."
"Kita punya 500 gunung api, dan 127 aktif,” ucap Doni Monardo.

Doni pun menyebut, sebanyak 8 gunung api dengan letusan terbesar sepanjang sejarah di planet bumi, 3 di antaranya ada di Indonesia.

Yakni, gunung api purba Danau Toba, gunung api Krakatau, dan Gunung Tambora.

Letusan ketiga gunung api itu mengubah peradaban dunia.

Sehingga, Doni mengingatkan ancaman itu terus ada dan mengintai Indonesia.

Bahkan, Indonesia berada pada titik paling berisiko terhadap bencana alam.

“Inilah bukti betapa Indonesia berada pada titik yang sangat berisiko."

"Oleh karenanya sebagaimana juga ketahui dalam pembukaan Undang-undang Dasar negara kita."

"Bahwa negara melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,” jelas Ketua Satgas Penanganan Covid-19 ini. (Fransiskus Adhiyuda)

Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul Gempa di Morowali, Getaran Terasa hingga ke Luwu dan Luwu Utara, https://makassar.tribunnews.com/2021/01/04/gempa-di-morowali-getaran-terasa-hingga-ke-luwu-dan-luwu-utara?page=all.
Penulis: Chalik Mawardi
Editor: Hasriyani Latif

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved