Disuntikkan Kepada Ratu Elizabert II Ternyata Vaksin Pfizer/BioNTech Memiliki Dampak Alergi
Setelah disuntikkan dengan beberapa orang termasuk Ratu Elizabeth II, ternyata vaksin Covid-19 Pfizer/BioNTech memiliki dampak.
SRIPOKU.COM -- Setelah disuntikkan dengan beberapa orang termasuk Ratu Elizabeth II, ternyata vaksin Covid-19 Pfizer/BioNTech memiliki dampak.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab menyambut baik vaksin Covid-19 yang diterima negaranya.
Raab menyebut, vaksin pertama yang didistribusikan di Inggris ini adalah secercah cahaya di dalam suatu kegelapan Covid-19 yang cukup panjang.
"Hari ini adalah langkah maju yang besar dalam perjuangan kita melawan Virus Corona. Memiliki vaksin yang efektif adalah cara terbaik untuk melindungi mereka yang paling rentan, menyelamatkan puluhan ribu nyawa," ungkap Raab dalam keterangan Kedutaan Besar Inggris di Indonesia yang diterima Tribunnews.com, Rabu (9/12/2020).
Inggris melakukan vaksinasi Covid-19 pertama pada Selasa (8/12).
Vaksin Covid-19 Pfizer/BioNTech disuntikan kepada warganya termasuk pada Ratu Elizabeth II.
Regulator obat independen Inggris, tim ilmuwan dan dokter dari Badan Regulator Obat dan Kesehatan Inggris (MHRA) menginformasikan bahwa vaksin Pfizer / BioNTech telah lulus uji kualitas, keamanan, dan efektivitas yang ketat dan dapat diberikan kepada orang-orang di Inggris.
Ada pemeriksaan dan keseimbangan ekstensif yang diperlukan pada setiap tahap pengembangan vaksin, termasuk vaksin Covid-19.
Tidak ada tahapan dalam proses pengembangan vaksin yang terlewatkan.
Baca juga: Video Ratusan Warga Desa Sei Dua Terpaksa Jebol Tanggul Penahan Air, Tak Ingin Desanya Kebanjiran
Baca juga: Video Lamonde Perluas Pangsa Pasar Di Palembang Dengan Menambah Outlet
Baca juga: Kapolda Sumsel Ucapakan Terima Kasih, Pilkada Serentak Berjalan Aman, Lancar, Damai dan Sehat
CEO MHRA telah menjelaskan semua prosedur atau proses pembuatan vaksin yang ditetapkan harus dilewati.
Komite Bersama Vaksinasi dan Imunisasi Inggris (JCVI) telah menyarankan agar vaksin pertama diberikan kepada mereka yang tinggal di panti jompo berikut stafnya.
Lalu diikuti oleh orang-orang yang berusia di atas 80 tahun dan pekerja kesehatan dan sosial, kemudian kepada penduduk lainnya dalam urutan usia dan risiko.
"Ini adalah momen harapan besar. Tapi kita semua harus terus bersabar, di Inggris dan Indonesia, dimanapun kita berada mendistribusikan vaksin adalah upaya dan tantangan yang luar biasa. Sekarang bukan waktunya untuk melupakan fakta bahwa kita membutuhkan upaya global karena tidak ada satu negara, dan tidak ada perusahaan farmasi, yang dapat melakukannya sendirian," ujar Menlu Raab.
Inggris merupakan negara pertama yang memesan vaksin dari Pfizer / BioNTech, dengan 40 juta dosis yang dipesan untuk dikirim dalam beberapa bulan mendatang.
Dosis itu cukup untuk memvaksinasi hingga sepertiga populasi, dan mayoritas dosis akan diberikan pada awal tahun depan. Program vaksinasi akan terus meningkat dalam beberapa minggu dan bulan ke depan dan secara bertahap akan diperluas ke lebih banyak orang.
Inggris akan mengikuti saran Komite Vaksinasi Inggris (JCVI).
Memvaksinasi mereka yang paling berisiko terlebih dahulu, serta mereka yang bekerja paling dekat dengan mereka yang memiliki resiko tinggi.
Dikutip dari laman Russia Today, Kamis (10/12/2020), regulator kesehatan Inggris telah mengeluarkan peringatan terkait dampak alergi yang bisa ditimbulkan dari penggunaan vaksin ini.
Peringatan dari Medicines & Healthcare Products Regulatory Agency (MHRA) itu muncul setelah dua petugas medis Inggris mengalami reaksi alergi yang cukup signifikan usai mendapatkan vaksinasi.
Kanada telah menjadi negara ketiga yang menyetujui vaksin Virus Corona (Covid-19) yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi asal Amerika Serikat Pfizer dan perusahaan bioteknologi Jerman BioNTech.
Negara itu menyusul dua negara lainnya yakni Inggris dan Bahrain yang terlebih dahulu memberikan persetujuan.
Sementara itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS saat ini sedang merencanakan pertemuan untuk memutuskan apakah mereka akan merekomendasikan persetujuan vaksin ini untuk diedarkan di negara itu.
Sedangkan pemerintah AS belum memberikan keputusan apakah negara itu akan mewajibkan semua warganya untuk mendapatkan vaksinasi