Penembakan Simpatisan Habib Rizieq
Soal Kronologi Penembakan Terbelah dua, Pengamat: Opini Publik Jadi Liar: Ada yang Disembunyikan?
Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun turut menyoroti tewasnya enam anggota Front Pembela Islam yang mengawal rombongan Habib Rizieq Shihab.
"Masalah utamanya adalah dugaan pelanggaran protokol kesehatan, masalah utamanya adalah pemanggilan Habib Rizieq. Padahal banyak kasus yang mestinya bisa diselidiki, kasus korupsi, kasus yang melibatkan orang-orang penting di negeri ini," ujar Refly.
Refly Harun mengajak merenung bahwa ada yang 'tidak beres' di negeri ini hingga menyebabkan adanya korban jiwa yang menurutnya 'tidak perlu'.
Ini semua menyadarkan kita agar kita sama-sama mencoba untuk berpartisipasi memperbaiki sesuatu yang sepertinya mampet di republik ini, sehinga terjadi hal-hal seperti ini yang menyebabkan terjadinya korban jiwa.
"Bagaimana pun korban jiwa tidak seharusnya tumpah, kecuali kita menghadapi orang-orang yang membahayakan negeri ini, seperti teroris atau orang yang mau memberontak dengan menggunakan kekuatan senjata."
"Tapi kalau sipil seperti FPI yang dihadapi dengan kekuatan bahkan pangdam berjanji membantu, maka negara ini seperti menghadapi masyarakat sipil dengan aparatur negara yang ada."
Refly berharap agar permasalahan ini bisa terbuka seterang-terangnya demi menciptakan keadilan.
"Mudah-mudahan masalah ini akan terang dalam waktu sedekat-dekatnya, penuh dengan keadilan tidak ditutup-tutupi, yang melakukan harus beranggung jawab demikian juga orang-orang yang barangkali melalukan pembiaran, entah itu dari pihak kepolisian maupun FPI. Jangan sampai enam orang yang meninggal menuntut mereka-mereka yang sampai sekarang masih bisa tertawa di dunia ini," tandasnya.
Dua kronologi berbeda
Seperti diketahui, terdapat dua kronologi berbeda antara polisi dan pihak Front Pembela Islam terkait insiden di ruas tol Jakarta-Cikampek yang disebut menewaskan enam pengawal keluarga Habib Rizieq Shihab.
Polisi menyebut pihaknya diserang dan ditembaki sehingga mereka balas menembak dan menewaskan enam anggota laskar.
Sementara, pihak FPI punya pandangan berbeda.
Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran mengakui anggotanya menembak enam orang pengikut Front Pembela Islam (FPI), sementara kuasa hukum FPI membeberkan kronologi penembakan.
Irjen Fadil Kapolda Metro Jaya membenarkan ada 6 dari 10 pendukung atau pengikuti MRS atau HRS yang ditembak mati polisi di Jalan Tol Jakarta-Cikampek Km 50, Karawang, Jawa Barat.
"Memang benar tadi pagi di Jalan Tol Jakarta Cikampek KM 50petugas yang melakukan penyelidikan pendukung MRS, terpaksa melakukan tindakan tegas dan terukur," ujar Irjen Fadil Imran, Senin (7/12/2020) siang ini.
Irjen Fadli Imran mengatakan itu didampingi Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman.
Dudung Abdurachman mendukung tindakan tegas yang dilakukan polisi terhadap siapa saja yang akan menganggu keamanan dan ketertiban.