Disentil Soal Ekspor Lobster Mantan Menteri Susi Pudjiastuti Berang, Tantang Balik Adik Prabowo

Dengan gamblang, Hashim Djojohadikusumo menjelaskan kronologis hingga akhir bagaiama dia dituduh menggunakan nama perusahaannya

Editor: Hendra Kusuma
Istimewa/handout
Disentil Soal Ekspor Lobster Mantan Menteri Susi Pudjiastuti Berang, Tantang Balik Adik Prabowo 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG-Disebut-sebut soal eksport dan budidaya Lobster bahkan Disentil Soal Ekspor Lobster Mantan Menteri Susi Pudjiastuti Berang, Tantang Balik Adik Prabowo.

Seperti diketahui, Hashim Djojohadikusumo mengaku kesal ketika penangkapan eks Menteri KKP Edhy Prabowo dikaitkan dengan dirinya dan perusahaan terkait ekspor Lobster.

Padahal tak ada bungan sama sekali dengan dia dan keluar. Namun setelah anaknya Sara Saraswati terusik dan mempengaruhi suara, Hashim Djojohadikusumo angkat bicara bahwa tak ada hubungan sama sekali dengan Edhy Prabowo.

Dengan gamblang, Hashim Djojohadikusumo menjelaskan kronologis hingga akhir bagaiama dia dituduh menggunakan nama perusahaannya PT Bima Sakti budaya Lobster tersebut.

Dia pun kemudian menyentil eks Menter Kelautan Pudji Astuti bahwa perusahaan tak ada izin sejak sang menteri wanita itu, sehingga PT Bima Sakti tidak memiliki izin sehingga dia kemudian membatalkan niatnya untuk usaha Lobster tersebut.

Namun sentilan itu membuat Susi Pudji Astuti berang dan mantan menteri kelautan ini menantang Hashim Djojohadikusumo untuk memberikan pembuktiannya:

Penandatanganan kerja sama di Hawai

Menteri KKP di Kabinet Indonesia maju ini menyaksikan penandatanganan kerja sama antara Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan Oceanic Institute of Hawaii Pacific University.

Dari penangkapan tersebut, petugas KPK mengamankan 17 orang.

Saat ini Edhy Prabowo sendiri sudah ditetapkan sebagai tersangka.

Namun ternyata kasus suap izin ekspor benur ini menyeret nama keluarga Prabowo Subianto.

Adik Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo dan putrinya, Saraswati Djojohadikusumo diketahui sempat mengurus izin PT Bima Sakti Mutiara ke Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk terlibat dalam bisnis lobster yang dilegalkan KKP.

Namun seiring mencuatnya kabar penangkapan Edhy Prabowo oleh lembaga anti-rasuah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dia merasa dikaitkan dengan kasus tersebut.

Dia merasa nama baik keluarganya dicemarkan.

Sudah berbisnis 34 tahun

Untuk mengklarifikasi hal itu, Hashim menyewa pengacara kondang Hotman Paris Hutapea untuk menjadi advokatnya dan Saraswati.

Kepada media, Jumat (4/12/2020), Hashim menjelaskan, keluarganya sudah melakukan bisnis di bidang kelautan dan perikanan sejak 34 tahun lalu sejak tahun 1986.

Usaha tersebut bergerak di bidang budidaya mutiara.

Namun sejak 5 tahun belakangan, bisnis mutiara mandek dan membuat Hashim mendulang kerugian.

Akhirnya pada saat itu, muncul ide untuk mendiversifikasikan usahanya ke budidaya sektor lain, seperti budidaya teripang, budidaya kepiting, maupun budidaya lobster.

Sayang, Menteri Kelautan dan Perikanan pada saat itu, Susi Pudjiastuti, melarang budidaya apalagi ekspor lobster.

Niat budidaya lobster pun diurungkan.

"Saya atas nama keluarga merasa sangat prihatin. Saya terus terang saja merasa dizhalimi, saya merasa dihina, difitnah, anak saya (yang tengah sibuk mengurus Pilkada) sangat merasakan," kata Hasyim dalam keterangannya kepada awak media di Jakarta, Jumat (4/12/2020).

Kendati sudah mengurus izin sejak Mei lalu, PT Bima Sakti Mutiara belum pernah mengekspor bibit sekalipun. Sebab ada empat dokumen yang harus dilengkapi sebelum ekspor dilakukan.

Empat dokumen tersebut, meliputi Surat Keterangan Telah Melakukan Pembudidayaan Lobster bagi Eksportir, Sertifikat Instalasi Karantina Ikan, Sertifikat Cara-cara Pembibitan yang Baik, dan Surat Penetapan Waktu Pengeluaran benih lobster.

Artinya, ekspor tidak bisa dilakukan karena PT Bima Sakti Mutiara belum mempunyai izin ekspor dari KKP.

"Artinya tidak pernah melakukan ekspor. Artinya tidak pernah nyogok untuk mendapatkan surat itu. Justru di situlah yang sangat disesalkan oleh Ibu Sara (Saraswati) ini, apa lagi bapaknya (Hashim)," sebut Hotman Paris di kesempatan yang sama.

Tidak kenal PT ACK

Selain belum pernah mengekspor benur, dia menegaskan perusahannya tidak berkaitan dengan PT Aero Citra Kargo, yakni perusahaan kargo yang memonopoli pengiriman ekspor benur melalui satu pintu saja, Bandara Soekarno Hatta.

PT ACK diketahui memberikan sejumlah uang kepada Edhy Prabowo, istrinya, serta dua Staf Khusus Edhy, Andreau Pribadi dan Safri saat rombongan melakukan dinas ke Hawaii, Amerika Serikat.

Pihaknya baru mengetahui ada monopoli kargo dalam bisnis ekspor benur Edhy Prabowo ditangkap oleh KPK.

"Bahwa ada perusahaan namanya ACK, saya baru tahu kamis lalu ada perusahaan izin kargo (PT) ACK. Dan terus terang saja kami sangat dirugikan dengan eksistensi perusahaan itu dan pelaku-pelakunya," ungkap Hashim.

Meski dia tak memungkiri, Hashim sempat meminta Edhy Prabowo untuk membuka ekspor benur seluas-luasnya tahun lalu.

Tak tanggung-tanggung, dia meminta Edhy membuka perizinan untuk 100 perusahaan calon eksportir benih lobster.

Adapun hingga November 2020, sebanyak 65 perusahaan telah mengantongi izin ekspor benih bening lobster.

"Saya bilang, "Buka saja, Ed, buka saja sampai 100,". Karena Pak Prabowo tidak mau monopoli, kami tidak suka monopoli, dan Partai Gerindra tidak suka monopoli. Berkali-kali saya sampaikan," ucap Hasyim.

Sindir Susi Pudjiastuti

Oleh karena itu dia tak segan-segan menyindir Susi Pudjiastuti yang melarang lobster dibudidaya, apalagi diekspor.

Hashim bilang, Indonesia berpotensi jadi negara super power dari budidaya hasil kelautan dan perikanan, termasuk budidaya lobster.

Kebijakan Susi yang tercantum dalam Peraturan Menteri Nomor 56 Tahun 2016 dianggap sebuah kekeliruan.

Banyak nelayan yang masih membudidaya lobster ditangkap akibat kebijakan Susi.

Dia menyebut empat tempat, yakni di daerah Jawa Barat, Jawa Timur, NTT, dan NTB.

"Maka kebijakan menteri lama (Susi Pudjiastuti) itu sangat keliru. Menteri lama melarang budidaya lobster, bukan hanya ekspor. Budidaya lobster dilarang, di banned, itu keliru," selorohnya.

Susi merespons

Mendengar ucapan Hashim, Susi naik pitam.

Dia lantas melambungkan komentar di akun Twitter pribadinya.

"Tuan Hashim yth, mohon info nama, alamat nelayan yg ditangkap oleh Susi ???? Saya tunggu jawaban Anda," tukas Susi.

Tak hanya itu, Susi mengungkapkan rasa pesimisnya mengenai penyetopan ekspor benur.

Meski Edhy Prabowo ditangkap karena kasus suap, kecil kemungkinan kebijakan kontroversial itu ditutup.

Bahkan dia mengakui, saat dilarang pada masanya pun, ekspor benih lobster tidak bisa disetop.

Banyak pihak yang melakukan lobi-lobi agar lobster bisa diekspor secara ilegal.

Hingga 2019, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di bawah komandonya berhasil menyelamatkan potensi kerugian negara senilai Rp 1,37 triliun dari penggagalan ekspor benur.

Menyelamatkan potensi kerugian negara senilai Rp 1,37 triliun dari penggagalan ekspor benur.

"Rasanya tidak mungkin berhasil.. yg punya kuasa kebijakan dan pengusaha tidak mungkin mau berhenti ekspor bibitnya," kata Susi dikutip dari akun Twitternya, Sabtu (5/12/2020).

Artikel ini terbit di Tribunnews:

https://newsmaker.tribunnews.com/amp/2020/12/05/adik-prabowo-subianto-buka-suara-soal-kasus-suap-ekspor-benur-susi-pudjiastuti-tanggapi-sindiran?page=4

Sumber:
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved