Munas MUI

Lahir dari Keluarga Santri, Ini Dia Jejak Rekam Ketua MUI 2020-2025 Pengganti KH Ma'ruf Amin

KH Miftachul Akhyar menggantikan Ketua Umum MUI Ma'ruf Amin yang sebelumnya maju di Pipres 2019 sebagai Wakil Presiden

Editor: Wiedarto
dok MUI
Musyawarah Nasional (Munas) X Majelis Ulama Indonesia (MUI) menetapkan KH Miftachul Akhyar, Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, sebagai Ketua Umum MUI periode 2020-2025 menggantikan Ma’ruf Amin, di Hotel Sultan Jakarta, Jumat (27/11/2020). 

SRIPOKU.COM-KH Miftachul Akhyar resmi menjadi Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) periode 2020-2025 dalam Munas X MUI yang digelar Kamis (26/11/2020) malam.

KH Miftachul Akhyar menggantikan Ketua Umum MUI Ma'ruf Amin yang sebelumnya maju di Pipres 2019 sebagai Wakil Presiden berpasangan dengan Joko Widodo.

Seperti apa sosok KH Miftachul Akhyar?

Miftachul Akhyar lahir dari keluarga pesantren. Ayahnya, KH Abdul Ghoniadalah pengasuh Pondok Pesantren Tahsinul Akhlaq, Rangkah, Surabaya.

Sebelum resmi diangkat menjadi ketua umm MUI, KH Miftachul Akhyar sehari-harinya dikenal sebagai Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama PBNU) untuk periode 2018-2020.

Kyai kelahiran Surabaya, 1 Januari 1953 ini juga dikenal sebagai [engasuh di Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, Surabaya.

Karier KH Miftachul Akhyar di lingkungan PBNU dijalaninya sejak lama. Sebelumnya, KH Miftachul Akhyar pernah menjadi Rais Syuriah PCNU Surabaya 2000-2005.
Kemudian naik menjadi Rais Syuriah di Pengurus Wilayah Nahdlatul Ualama (PWNU) Jawa Timur 2007-2013, 2013-2018.

Berikutnya KH Miftachul Akhyar dipercaya menjadi Wakil Rais Aam PBNU 2015-2020 dan didaulat sebagai Pj. Rais Aam PBNU 2018-2020.

Sejak muda, KH Miftachul Akhyar gemar menekuni Agama Islam.

Dia tercatat pernah mondok di Pondok Tambak Beras, Jombang, Jawa Timur.

Miftachul Akhyar muda juga tercatat pernah menjadi santri di Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur.

Dia juga pernah memperdalam ilmu agama di Pondok Pesantren di Lasem, Jawa Tengah.

Miftachul Akhyar juga aktif mengikuti majelis ta’lim Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Makki Al- Maliki di Malang semasa Sayyid Muhammad mengajar di Indonesia.

Ketua Panitia Pengarah Munas MUI ke X, KH Abdullah Jaidi mengatakan, KH Miftachul Akhyar dipilih oleh utusan dari sejumlah MUI provinsi, sejumlah ormas di bawah naungan MUI, utusan perguruan tinggi, serta pesantren yang juga akan masuk di tim formatur.

“Ada juga tujuh orang itu dari MUI provinsi dari tujuh zona, dan dari 14 peserta ormas yang hadir offline (luring) akan dipilih lima orang, lalu satu utusan dari perguruan tinggi dan satu utusan dari pesantren,” ungkapnya di selaa Munas X MUI.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved