AS Tuduh Korea Selaan Bikin Tentara Lumba-lumba, Mampu Deteksi Ranjau dan 3 Kemampuan Lainnya
Kini Korea Utara melakukannya dan dicurigai melatih hewan mamalia yang termasuk kategori hewan cerdas itu menjadi tentara.
SRIPOKU.COM, PALEMBANG-Korea Utara kembali menarik perhatian Amerika Serikat, sebab negeri yang dipimpin oleh Kim Jong Un, ini dicurigai melatih Lumba-lumba untuk menjadi tentara di air.
Seperti diketahui, menjadikan Lumba-lumba sebagai tentara tidak hanya dilakukan Korea Utara, sebelumnya negara-negara maju seperti Amerika Serikat, dan beberapa negara Eropa seperti Rusia juga melatihan tentara Lumba-Lumba.
Kini Korea Utara melakukannya dan dicurigai melatih hewan mamalia yang termasuk kategori hewan cerdas itu menjadi tentara.
Lebih menarik lagi karena Lumba-lumba yang dilatih oleh angkataran perang Korea Selatan itu, dalam jumlah yang cukup banyak.
Entah apa tujuan Korea Utara menggunakan Lumba-lumba sebagai tentara, dan siapa yang akan mereka perangi.
Lumba-lumba disebut-sebut Amerika Serikat dan tengah dilatih itu, memang tampak terlihat dari lokasi perairan yang ditempati angkatan perang Korea Selatan.
Meski masih menduga, namun pihak Amerika Serikat terus melakukan pengamatan, karena seperti dilansir dari new york post sebagai dikutip juga oleh kampas.com, tampak Lumba-lumba berenang dan tengah dilatih.
sementara kapa perang juga bersandar tak jauh di kandang hewa itu pada Kamis (12/11/2020) kemarin.
---
Terlihat diantara Kapal Perang Korea Utara.
Lembaga non-profit dari Amerika Serikat ( AS), United States Naval Institute (USNI), melaporkan Korea Utara mencoba melatih lumba-lumba untuk siap berperang.
USNI melaporkan, hasil analisis dari citra satelit yang mereka dapatkan menunjukkan bahwa Korea Utara melatih lumba-lumba untuk dijadikan anggota angkatan lautnya.
Citra satelit tersebut menunjukkan adanya kandang hewan yang mengapung di sebuah perairan di antara galangan kapal dan dok bongkar muat batu bara.
Sementara itu, tampak kapal perang juga bersandar tak jauh di kandang hewan itu sebagaimana dilansir dari New York Post, Kamis (12/11/2020).
USNI melaporkan, menurut citra satelit tersebut, program dari Korea Utara itu setidaknya sudah dimulai sejak 2015.
