Curhatan Hati Deny Arleo Warga Palembang Lewat Suatu Cerpen, Ku Relakan Dikau Pergi
Tuhan, seandainya aku diberi satu permintaan untuk bisa segera dikabulkan, jadikan semua ini hanya mimpi saja.
Aku melihat tangan itu masih memegangiku. Aku tahu tidak akan lama lagi waktunya. Tapi bisakah malam ini menjadi lebih panjang dari biasanya? Jawabannya tetap tidak. ia menyuruhku untuk tidak menangis. Maaf sayang, kali ini aku tidak bisa.
Biarkan aku menunjukkan padamu bahwa aku ingin seperti dulu. Seperti saat kau mengucapkan kau menya yangiku. Persis di tempat ini jugalah kau mengucapkan hal itu. Sebentar lagi semua itu akan berakhir di sini pula.
Dan… aku mengerti ini saatnya untuk menerima bahwa semua ini harus hilang. Apa dirinya tahu bibirku sangat berat saat menyuruhnya pulang? Pasti, tapi ia tidak akan menolak.
Sayang, kumohon tinggalah sebentar lagi, tolong abaikan ucapanku barusan, dan katakan kau masih ingin bersamaku sebentar lagi. Kumohon katakanlah.
Baca juga: Terbentunya Cabor Baru Bernama Fitnes, KONI Sumsel Dukung Penuh Cabor Baru PBFI
Ia berdiri dari duduknya dan sejenak aku sadar, ia akan segera pergi. Tidak akan ada lagi ucapan selamat malam untukku. Tidak ada lagi kata-kata darinya yang membuatku tersenyum di hari-hari yang memberatkanku. Benar-benar akan hilang.
Aku mencoba menahan diriku untuk tetap diam di hadapannya. Sialnya, aku langsung memeluknya erat. Untuk yang terakhir kali aku dapat mencium bau par fum nya di sela-sela kubernafas.
Dia balas memelukku walau sebentar. Setelah itu dia pergi. Dan kini dia telah benar-benar pergi. Pergi dari sisi ini.
Padahal sebelumnya dia berjanji tidak akan pergi meninggalkan aku. Tuhan, yakinkan aku untuk merelakannya pergi.
Baca juga: Ini Sosok Sarah McBridge, Senator Transgender Pertama di Amerika Serikat
Kukecup pipinya untuk yang terakhir kali. Sayang, pergilah kemanapun kau mau. Aku tidak akan menghalangimu lagi setelah ini. Tidak akan pernah. Aku tidak akan mencoba menarikmu ke dalam duniaku, tidak akan lagi.
Aku terlalu menyayangimu dan menginginkan kau bebas seperti yang kau mau. Kumohon, jangan ada kata menyesal. Aku berjanji padamu aku akan bahagia untukmu.
Sayang, katakanlah dulu kau benar-benar pernah mencintaku, itu saja sudah cukup. Setidaknya kita pernah benar-benar saling mencintai tanpa rekayasa dan paksaan. Pergilah, meski aku akan tetap merindukanmu. Sampai jumpa lagi ketika hatiku sudah sembuh.