Curhatan Hati Deny Arleo Warga Palembang Lewat Suatu Cerpen, Ku Relakan Dikau Pergi

Tuhan, seandainya aku diberi satu permintaan untuk bisa segera dikabulkan, jadikan semua ini hanya mimpi saja.

Editor: Refly Permana
Istimewa
Ilustrasi berdoa 

Cerita pendek (cerpen) yang dibuat oleh seorang pria asal Palembang, Deni Arleo

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - AKU berharap aku hanya sedang tertidur saat ini. Aku berharap semua yang aku rasakan saat ini hanya bagian dari mimpi yang bisa kapan saja aku lari dari sana. Tapi nyatanya semua ini memang sangat nyata jika hanya untuk disebut sebagai sebuah bunga tidur.

Hangatnya aliran air dari mata ini terasa sangat menyakitkan dan tentu saja basah. Tuhan, seandainya aku diberi satu permintaan untuk bisa segera dikabulkan, jadikan semua ini hanya mimpi saja. Cukup itu saja Tuhan. Sisanya aku akan berusaha lebih keras.

Pikiranku melayang pada masa-masa beberapa bulan lalu. Masa dimana aku bisa tersenyum sebegitu lebarnya, terbawa dalam rasa bahagia yang ia ciptakan. Lalu kenapa sekarang berubah menjadi sesak? Terhempas jatuh hanya dalam hitungan bulan. Kenapa manusia begitu cepat berubah? Entahlah.

Baca juga: Pesan Gubernur Sumsel Herman Deru untuk Kepala BKN Palembang Margi Prayitno: Jangan Lupa Koordinasi

Jujur aku bingung harus apa aku sekarang ini. Sekeras apapun aku mencoba membuat ‘ia’ yakin pun, tidak akan merubah apa pun. Ia telah berubah, jadi terima saja. Tapi, bagaimana caranya aku menerima semua itu dengan mudah.

Tuhan, malam ini begitu terasa lebih sunyi dan dingin. Bahkan jauh terasa lebih dingin dari malam-malam yang lalu. Jadi begini rasanya patah hati. Begini rasa nya ketika tahu sesuatu akan segera lenyap esok hari. Dan malam ini akan jadi malam terakhir dimana aku bisa merasakan hangatnya senyuman itu.

Aku tidak ingin menangis di hadapannya. Demi Tuhan tidak. Tapi bagaimana jika aku tidak sanggup menahannya. Aku memang tidak sanggup. Mungkin benar ucapannya dulu bahwa aku ini cengeng. Dan ya .. aku cengeng hanya untuknya saja.

Baca juga: Gisel Sedih Tanggapi Soal Video Syur Mirip Dirinya, Bingung Mau Klarifikasi, Polisi Tanggapi Begini

Selama ini aku selalu menuruti pintanya, tapi kali ini aku tidak bisa. Apa bisa aku menuruti kemauannya untuk meninggalkanku? Aku tidak bisa. Meski begitu aku pun tidak bisa membuat ia menarik kembali kata-kata yang terucap dari bibir mungil itu.

Mungkin memang ada yang tidak bisa dipaksakan. Tapi tidak bisakah hal itu diperbaiki lagi. Aku ingin memperbaiki semuanya, bukankah ini tidak semerta-merta salahku. Apa dirinya tidak pernah berfikir disini ada orang yang benar-benar ingin memilikinya tanpa menakar kelebihan dan kekurangan yang ia miliki?
Ataukah ini hanyalah sedikit bentuk wujud dari ke egoisanku? Entahlah ..

Dan ya .. mungkin dia sudah berusaha tapi tetap tidak bisa. Aku mulai berpikir, seburuk itukah sifatku ini? Sudahlah.

Ia bilang masih menyayangiku, tetapi ia tidak bisa lagi denganku. Bisa-bisanya ia menyebut ia menyayangiku tetapi tidak bisa menerima sifatku. Tidak, bukan begitu, aku ini egois, aku hanya tidak ingin dia pergi.

Baca juga: UIN RF Palembang ke Depan Diharapkan Lebih Unggul, Lebih Kompetitif dan Miliki Tata Kelola yang Baik

Aku belum tahu kalau aku sangat menya yanginya. Tentu hal yang harus aku lakukan jika aku benar menyayanginya adalah merelakan dia pergi dari sisiku. Aku belum sanggup, aku terlalu menginginkannya. Mungkin suatu saat aku akan merelakannya.

Biarkan tangannya menggenggam tanganku lebih lama lagi sebelum esok semuanya akan hilang. Biarkan tanganku mengusap rambutnya seperti yang selalu kulakukan dulu. Biarkan aku menyentuh wajahnya sebelum esok hal itu akan menjadi tabu. Aku takut memikirkan tentang esok, lusa, dan hari seterusnya. Aku masih bisa melihatnya, tapi semuanya telah menjauh.

Berulang kali aku mengatakan padanya aku menyayanginya. Sangat menyayanginya. Tapi percuma, ia bersikeras dengan apa yang telah menjadi keputusannya.

Kau tahu enggak apa yang sangat aku takutkan? Melihatnya bersama orang lain yang tentu saja akan menusukku jauh lebih tajam daripada saat ia menyakitiku.

Baca juga: PBFI Resmi Jadi Cabang Olahraga Baru, Koni Sumsel Dukung Semangat Pengurus Baru Gelar Kejuaraan

Aku melihat tangan itu masih memegangiku. Aku tahu tidak akan lama lagi waktunya. Tapi bisakah malam ini menjadi lebih panjang dari biasanya? Jawabannya tetap tidak. ia menyuruhku untuk tidak menangis. Maaf sayang, kali ini aku tidak bisa.

Biarkan aku menunjukkan padamu bahwa aku ingin seperti dulu. Seperti saat kau mengucapkan kau menya yangiku. Persis di tempat ini jugalah kau mengucapkan hal itu. Sebentar lagi semua itu akan berakhir di sini pula.

Dan… aku mengerti ini saatnya untuk menerima bahwa semua ini harus hilang. Apa dirinya tahu bibirku sangat berat saat menyuruhnya pulang? Pasti, tapi ia tidak akan menolak.

Sayang, kumohon tinggalah sebentar lagi, tolong abaikan ucapanku barusan, dan katakan kau masih ingin bersamaku sebentar lagi. Kumohon katakanlah.

Baca juga: Terbentunya Cabor Baru Bernama Fitnes, KONI Sumsel Dukung Penuh Cabor Baru PBFI

Ia berdiri dari duduknya dan sejenak aku sadar, ia akan segera pergi. Tidak akan ada lagi ucapan selamat malam untukku. Tidak ada lagi kata-kata darinya yang membuatku tersenyum di hari-hari yang memberatkanku. Benar-benar akan hilang.

Aku mencoba menahan diriku untuk tetap diam di hadapannya. Sialnya, aku langsung memeluknya erat. Untuk yang terakhir kali aku dapat mencium bau par fum nya di sela-sela kubernafas.

Dia balas memelukku walau sebentar. Setelah itu dia pergi. Dan kini dia telah benar-benar pergi. Pergi dari sisi ini.
Padahal sebelumnya dia berjanji tidak akan pergi meninggalkan aku. Tuhan, yakinkan aku untuk merelakannya pergi.

Baca juga: Ini Sosok Sarah McBridge, Senator Transgender Pertama di Amerika Serikat

Kukecup pipinya untuk yang terakhir kali. Sayang, pergilah kemanapun kau mau. Aku tidak akan menghalangimu lagi setelah ini. Tidak akan pernah. Aku tidak akan mencoba menarikmu ke dalam duniaku, tidak akan lagi.

Aku terlalu menyayangimu dan menginginkan kau bebas seperti yang kau mau. Kumohon, jangan ada kata menyesal. Aku berjanji padamu aku akan bahagia untukmu.

Sayang, katakanlah dulu kau benar-benar pernah mencintaku, itu saja sudah cukup. Setidaknya kita pernah benar-benar saling mencintai tanpa rekayasa dan paksaan. Pergilah, meski aku akan tetap merindukanmu. Sampai jumpa lagi ketika hatiku sudah sembuh.

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved