news
Hidup Terlunta-lunta di Jalanan, Kakak-Adik Ini Rajin Menabung dari Mengemis, Saldonya Rp 135 Juta
YAHNYA yang semula menjadi tempat berteduh dan tempat mengadu, akhirnya meninggal dunia.
SRIPOKU.COM-AYAHNYA yang semula menjadi tempat berteduh dan tempat mengadu, akhirnya meninggal dunia. Pengayuh becak ini tidak meninggalkan apa-apa untuk dua anaknya. Sementara istrinya telah mendahulu. Termasuk anak sulungnya.
Tinggalah bocah kakak adik yang terlunta-lunta di jalanan tanpa bimbingan orangtua.
Untuk makan sehari-hari, keduanya terpaksa menjadi pengemis di jalanan. Ada pelajaran yang berharga dari keduanya. Meski hidup dari belas kasihan orang lain, namun kedua bocah ini, ternyata menyisihkan hasil mengemisnya untuk di tabung di bank.
Pengemis abang adik di Aceh Tenggara memiliki uang mencapai Rp 135 juta lebih di bank menimbulkan berbagai tanda tanya hingga membuat banyak orang jadi penasaran.
Pengemis ini setiap harinya berjalan berduaan dengan sang abang memakai tongkat meminta uang kepada pejalan kaki dan pengendara.
Ternyata di balik tabungan seratusan juta rupiah di bank, kehidupan keluarga pengemis tajir ini cukup menyedihkan dan memilukan.
"Informasi yang kita dapat, uang sebanyak itu dia kumpulkan membutuhkan waktu puluhan tahun, mulai dari penyedia jasa beca barang hingga akhirnya menjadi mengemis di Aceh Tenggara," jelas Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Kasatpol PP) Aceh Tenggara, Rahmad Fadli SSTP MSi kepada Serambinews.com, Rabu (4/11/2020).
Fadli menceritakan, kisah kehidupan pengemis abang beradik yang disebut-sebut bernama Dona dan Doni ini. Awalnya, mereka ada berempat termasuk abang satu lagi dan ayahnya.
Keempatnya rutin di pasar membawa beca dayung muatan barang yang menjual jasa pengantar dan mengangkut barang pelanggan untuk diantar seperti sayur-mayur.
Namun, beberapa tahun kemudian, salah satu abangnya meninggal dunia. Sedangkan, ayah mereka kemudian jatuh sakit sehingga kedua kaki ayahnya tak bisa berjalan alias lumpuh.
Setelah abang meninggal dan lumpuhnya sang ayah, Dona dan Doni setiap hari membawa ayahnya berkeliling Kutacane dengan becak dayung tanpa bak penumpang.
Di sana, sambil mengais rezeki ayahnya tetap mereka bawa kemana pun mereka berdua pergi. Hingga akhirnya ayah mereka meninggal dunia, sehingga mereka berdua tinggal dan tidak menetap dikarenakan tak punya rumah seperti pengemis lainnya.
Usai ayah meninggal, kakak beradik ini tidak lagi terlihat membawa becak dayung, namun tiba-tiba berkeliaran di Kutacane menjadi pengemis.
Para dermawan dengan ikhlas memberikan sejumlah uang ketika abang beradik yang setiap saat berjalan bersama sambil berbicara dan tertawa itu menyodorkan tangannya.
Menurut Kasatpol PP Aceh Tenggara, ketika pengemis abang beradik yang miliki tabungan mencapai Rp 135 juta itu menuju ke bank, pihak bank langsung melayani mereka dengan baik.
Mereka sepertinya sudah lama dikenal oleh petugas bank tersebut, sehingga ketika mereka datang maksud mereka sudah diketahui pihak bank.
"Saya kira tabungan Rp 135 juta memang hasil mengemis abang adik hingga kini sudah mencapai puluhan tahun," ujar Rahmad Fadli SSTP MSi.