Tambang Batubara Longsor

Polisi Kembali Datangi Lokasi Tambang Ilegal di Muaraenim yang Tewaskan 8 Orang, Bareskrim Back Up

"Selain dari Polda Sumsel, Sebanyak 8 orang anggota dari Bareskrim sengaja didatangkan untuk memback up kita dalam mengusut adanya kecelakaan tersebut

Editor: Refly Permana
handout
Rombongan penyidik dari Polres Muaraenim, Polda Sumsel, dan diback-up oleh Bareskrim Mabes Polri mendatangi lokasi tambang ilegal yang menewaskan 11 pekerja. 

SRIPOKU.COM, MUARAENIM - Delapan orang tim Bareskrim Mabes Polri membantu Polres Muaraenim dalam mengusut kasus terkait peristiwa tewasnya 11 orang di kawasan pertambangan ilegal di Desa Penyandingan, Kecamatan Tanjung Agung, Kabupaten Muaraenim.

Kapolres Muaraenim, AKBP Donni Eka Saputra, melalui Kasat Reskrim, AKP Dwi Satya Arian, membenarkan hal tersebut.

"Selain dari Polda Sumsel, Sebanyak 8 orang anggota dari Bareskrim sengaja didatangkan untuk memback up kita dalam mengusut adanya kecelakaan tersebut," kata Dwi, Sabtu (24/10/2020).

Baca juga: Jumat Tengah Malam Sosok Anak Kecil Putih Bermain di Halaman, Aksinya Terekam CCTV Ternyata Tuyul

Dikatakan Dwi, pihaknya bersama anggota dari Polda Sumsel dan diback up oleh tim dari Bareskrim tersebut sengaja mendatangi lokasi kejadian lagi untuk kembali melakukan olah TKP.

"Ya untuk melengkapi berkas-berkas penyelidikan, dan kita serius untuk menangani kasus ini," kata Dwi.

Dikatakannya pihaknya masih mendalami penyidikan terhadap ketiga tersangka yang merupakan pekerja yang telah diamankan Polres Muaraenim beberapa hari yang lalu.

Baca juga: Tingkatkan Jalur Kereta Api Lahat-Linggau, Balai Perkeretaapian Pekerjakan Warga Terdampak Covid-19

"Kita masih fokus ke tiga tersangka itu dulu, dengan tujuan untuk pengembangan kepada pemilik lahannya," ungkapnya.

Lokasi penambangan batu bara di Desa Penyandingan, Kecamatan Tanjung Agung, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan sudah dipasang garis kepolisian oleh petugas.

Namun, sebelum sampai ke lokasi pertambangan, medan jalan yang dilalui pun tidaklah mudah, kami harus menempuh jarak sekitar tiga kilometer.

Tak hanya jarak yang jauh, medan jalan pun sulit dilalui.

Masyarakat harus berjalan kaki untuk bisa sampai ke lokasi penambangan ilegal tersebut.

Baca juga: Pelamar Kerja Hajar Seorang Karyawan Perusahaan di OKI, Sudah Lama Menunggu tapi tak Dilayani

Tumpukan batu bara dan perkebunan menjadi pemandangan tim untuk menuju lokasi.

Kemudian masyarakat harus melewati perkebunan karet warga.

Mulai dari perkebunan ini, jarak tempuh yang dilalui pun tidak mudah dikarenakan tekstur tanah merah, membuat akses jalan ketika musim hujan sulit dilalui.

Tak cukup sampai disitu, jalan tidak rata dan ada tanjakan.

Kondisi ini diperparah dengan tekstur tanahnya pada saat musim hujan seperti ini licin.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 15 menit lamanya, barulah rombongan sampai di pertambangan batu bara yang menewaskan 11 orang penambang tersebut.

Baca juga: Sebulan Ditinggal Nikah Meggy, Kini Kiwil Gaet Janda Cantik Venti Fegianti ke Pelaminan

Lokasi tambang pun dikelilingi hutan belantara dengan pohon-pohon tinggi berada di sekitarnya.

Setibanya di lokasi pertambangan, terlihat posisi tambang batu bara tersebut seperti jurang yang kedalamannya diperkirakan lebih dari 10 meter.

Tepatnya di lokasi ini 11 orang penambang tertimbun longsor pada Rabu (21/10/2020).

Lokasi kejadian yang memiliki kedalaman sekira lebih dari 10 meter ini saat ini digenangi oleh air.

Dikarenakan hujan semalaman yang terjadi di Muaraenim.

Tak hanya tampak seperti jurang, disekitaran lokasi yang luasnya kurang lebih satu hektar ini pun tampak tumpukan tanah yang diketahui merupakan tanah hasil kerukan tambang tersebut.

Aktivitas pertambangan di lokasi ini pun semakin terlihat nyata dengan adanya pondok-pondok yang berdiri disekitaran lokasi pertambangan.

Baca juga: 5 Fakta Menarik Ikatan Cinta, Sinetron Terbaru RCTI yang Layak untuk Ditonton!

Bukan hanya di lokasi kejadian yang menewaskan 11 orang penambang, disebelahnya pun juga tampak adanya bekas galian pertambangan batu bara yang cukup dalam dan bekas pertambangan seperti terpal hitam dan kayu-kayu yang terpasang di lokasi.

Tumpukan batu bara yang sudah berbungkus karung pun terlihat sudah berjajaran dan siap diangkat.

Namun saat ini belum terlihat adanya aktivitas penambang yang melakukan penambang batubara di area ini.

Lokasi tambang batubara ilegal di Desa Penyanding Muaraenim yang menelan 11 korban usai tertimbun longsor, Kamis (21/10/2020) (SRIPOKU.COM / Bayazir Al Rayhan)

Kronologi Kejadian

Sedikitnya 11 orang pekerja tambang batu bara rakyat di Desa Tanjung Lalang Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muaraenim, tewas tertimbun longsor, Rabu (21/10) siang.

Mereka tertimbun dinding tanah sedalam 8 meter.

"Iya ada yang tertimbun tanah longsor dan meninggal dunia, sudah dievakuasi semua dan dibawa keluarga ke rumah masing-masing untuk disemayamkan," kata Kapolres Muaraenim AKBP Donni Eka Saputra dihubungi dari Palembang, Rabu.

Dari informasi, sebelum kejadian ada sekitar 14 pekerja sedang membuat jalan masuk untuk tambang batubara.

Ada yang di bawah dan sebagian lainnya berada di atas.

Ketika sedang bekerja, tiba-tiba tanah di tebing sebelah kanan jalan tersebut longsor dan menimbun para pekerja yang selamat.

Baca juga: PROMO JSM Indomaret 23-25 Oktober 2020 Diskon Biskuit, Minyak hingga Sabun, Catat Hanya Tiga Hari!

Melihat hal tersebut beberapa pekerja yang selamat memberitahu rekan-rekannya dan bersama-sama memberikan pertolongan.

Sementara itu proses evakuasi berlangsung selama tiga jam menggunakan alat berat dan semua korban dapat dievakuasi pada Rabu sore ke puskesmas terdekat.

Tim kepolisian mengidentifikasi masing-masing korban sebelum diserahkan ke keluarga.

Kapolres Muaraenim AKBP Donni Eka Syaputra menyatakan, pihaknya telah memeriksa tiga saksi yang melihat saat kejadian.

Kemudian di lokasi kejadian telah memberikan garis police line untuk menutup sementara lokasi tambang dan melarang warga untuk melakukan aktifitas penambangan terutama pihaknya sedang melakukan penyelidikan.

Saat ini, lanjut AKBP Donni, semua korban sudah dilakukan tindakan medis oleh Pihak Puskesmas Tanjung Agung dan telah diserahkan kepada keluarga korban untuk dibawa ke rumah duka.

Untuk korban yang berdomisi di luar daerah, telah dijemput oleh pihak keluarga dan dibawa menuju rumah kediamannya.

Baca juga: Cantik dan Proporsional, Natasya Putri Remaja Sumsel 2020 Siap Berkompetisi di Jakarta, Minta Restu

Sementara Kapolsek Tanjung Agung AKP Faisal Pangihutan Manulu menyatakan bahwa disekitar lokasi memang banyak aktivias penambangan batu bara yang dikelola warga.

Namun tambang tersebut tergolong ilegal dan sudah sering diingatkan pihak kepolisian agar tak dilakukan pembangan.

"Kalau selama saya jadi kapolsek baru ini ada kejadian tertimbun. Tapi dari keterangan warga dulu sudah pernah ada kejadian serupa," kata AKP Faisal menambahkan.

Tambang Ditutup

TERKAIT peristiwa longsornya tambang batu bara rakyat, Rabu (21/10) siang, Plt Bupati Muaraenim Juarsah, menegaskan terhitung hari ini (Kamis, 22/10) menghentikan seluruh aktivitas tambang ilegal yang ada.

Ia meminta pemilik lahan untuk menyetop melakukan penambangan.

"Dengan adanya kejadian ini saya tegaskan, bagi pemilik lahan tambang ilegal untuk menghentikan aktivitas di tambang ilegal sampai ada proses lebih lanjut dari penegak hukum, mengingat kejadian hari ini, korbannya tidak sedikit, dan kepada pihak berwajib saya harap bisa mengusut tuntas peristiwa ini," katanya, Rabu (21/10).

Pihak Pemkab Muaraenim juga menghimbau masyarakat, untuk lebih waspada mengingat saat ini rawan terjadinya bencana longsor dan banjir dikarenakan musim penghujan ini.

"Jadi masyarakat harus lebih hati-hati dimana saja berada, mengingat kondisi cuaca yang terkadang ekstrem ditengah musim penghujan," pungkasnya.

Sumber: Tribun Sumsel
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved