Revitalisasi Ekonomi, Upaya Badan Restorasi Gambut Pulihkan Ekosistem di Lahan Gambut

BRG dan masyarakat dalam melindungi lahan adalah menguatkan program revitalisasi ekonomi bagi masyarakat di desa-desa yang di wilayah gambut

Editor: adi kurniawan
handout
Kepala Badan Restorasi Gambut Nazir Foead saat berkunjung ke Desa Menang Raya, Kecamatan Pedamaran, Kabupaten OKI, melihat langsung proses pembuatan berbagai macam kerajinan yang berbahan dasar purun yang diambil masyarakat dari lahan gambut 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG -- Dalam tiga tahun ini, salah satu kerja nyata Badan Restorasi Gambut (BRG) dan masyarakat dalam melindungi lahan adalah menguatkan program revitalisasi ekonomi bagi masyarakat di desa-desa yang ada di wilayah gambut.

Adapun, saat ini BRG tengah mendampingi Desa Peduli Gambut (DPG) guna memaksimalkan penguatan kapasitas pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) dan Badan Usaha Milik Desa ( Bumdes) di desa-desa gambut, diantaranya di Sumatera Selatan.

Kepala Badan Restorasi Gambut Nazir Foead mengatakan, pihaknya tengah melindungi dan menjaga lahan gambut, baik yang disebabkan manusia atau alam, selain menjaga dan merestorasi gambut juga melakukan revitalisasi ekonomi, seperti memberikan pendampingan kepada masyarakat agar lahan gambut yang ada dapat dimanfaatkan sehingga akan meningkatkan perekonomian masyarakat.

Ia menjelaskan untuk desa gambut yang ada Sumatera Selatan sendiri diantaranya, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Banyuasin, dan Kabupaten Musi Banyuasin pemanfaatan dari lahan gambut sendiri sudah dilakukan dan produknya pun sudah dipasarkan seperti, beras merah, madu, minyak kelapa, kopi liberika dan aneka kerajinan tangan dari bahan purun.

"Jadi seperti di Desa Menang Raya, Kecamatan Pedamaran, Kabupaten OKI, diberikan pendampingan agar wilayah gambut tetap terjaga kita dampingi mereka aneka kerajinan tangan dari bahan purun hingga kepemasaran, dengan ini perekonomian masyarakat meningkat," katanya.

Herman Deru Wacanakan Masukkan Pembelajaran Khusus Lahan Gambut ke Kurikulum Muatan Lokal

Produk yang dihasilkan petani dan masyarakat di Sumsel khususnya desa gambut cukup bagus, sehingga perlu terus dipromosikan agar semakin dikenal dan digemari masyarakat baik di dalam maupun luar wilayah Sumsel, bahkan diyakini bisa bersaing di tingkat internasional.

Untuk mendorong petani dan masyarakat desa gambut dengan berbahan dasar purun yang diambil dari lahan gambut ini agar kerajinan yang lebih bervariasi dan berkualitas, pihaknya akan terus melakukan pendampingan.

"Dengan pola ini masyarakat merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap lahan gambut. Sebab, bahan produksi UMKM atau Bumdes berada di lahan gambut," katanya.

Adaptasi UMKM di era digital

Pada era modern seperti saat ini pun para pelaku UMKM di desa peduli gambut belum banyak yang beradaptasi dengan pasar digital.

Oleh sebab itu, kerja sama BRG-Bukalapak.com salah satu tujuannya adalah agar produk UMKM dan Bumdes dikenal khalayak luas.

Menurut dia, dunia maya saat ini adalah pasar yang baik dan efektif untuk menjual produk usaha.

“Ekonomi tak akan berjalan jika tidak ada pasar yang baik,” katanya.

Sementara itu, Kades Desa Menang Raya, Kecamatan Pedamaran, Kabupaten OKI, Suparedi mengatakan, dengan adanya pendampingan yang dilakukan Badan Restorasi Gambut masyarakat yang dulunya kesusahan untuk melakukan pemasaran kerajinan yang dibuat berbahan dasar purun yang diambil masyarakat di lahan gambut kini semakin semarak atau meningkat.

"Dengan inovasi yang kami dapat dari pemdampingan Badan Restorasi Gambut kerajinan yang berasal dari purun ini bisa terpasarkan melalui online," katanya.

Ia menjelaskan, disamping pemasaran sudah dengan online inovasi lainnya pun dilakukan dengan berbagai motif dan kreasi selama ini masyarakat menggunakan purun hanya untuk tikar saja tetapi saat ini produk masyarakat lebih lanyak lagi seperti, pembuatan tas, topi, pat bunga, masker, polibet, dan masih banyak macamnya dan harganya pun lebih menjanjikan.

"Biasanya tikar purun itu kita jual dengan harga Rp 15 ribu, tetapi dengan dibuat kreasi dan inovasi berkat pendampingan BRG ini bisa mencapai Rp 200 ribu. Artinya pendapatan masyarakat meningkat dan masyarakat semangat untuk membuat dan menjaga lahan yang ditumbuhi purun tersebut agar tidak terbakar," ujarnya.

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved