Dinkes Minta RSUP Mohammad Hoesin Selektif Terima Rujukan Pasien Covid-19, Ternyata Ini Alasannya

Tingkat keterisian ruang perawatan (bed) pasien Covid-19 di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Mohammad Hoesin hampir mencapai 80 persen.

Penulis: Jati Purwanti | Editor: adi kurniawan
Istimewa/handout
Ilustrasi Virus Corona atau Covid-19 

Laporan Wartawan Sripoku.com, Jati Purwanti

SRIPOKU.COM, PALEMBANG -- Tingkat keterisian ruang perawatan (bed) pasien Covid-19 di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Mohammad Hoesin hampir mencapai 80 persen.

Berdasarkan data dari RSUP Mohammad Hoesin, saat ini dari jumlah keseluruhan 137 bed yang disediakan sudah 108 yang terisi.

Namun, menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel, Lesty Nuraini, 48 rumah sakit rujukan Covid-19 lain di Sumsel tingkat keterisiannya baru 42 persen.

Adapun jumlah ruang khusus pasien Covid-19 di Sumsel yakni sekitar 1.068 bed yang dilengkapi ventilator dengan tekanan negatif kurang lebih 16 unit.

Selain itu, ada beberapa RS rujukan yang sedang mengembangkan ruang perawatan.

Menghadapi permasalahan ini, Lesty sarankan rumah sakit rujukan agar lebih selektif dalam merujuk pasien ke RSUP Mohammad Hoesin.

"Jadi, tentunya RSUP Mohammad Hoesin juga harus lebih selektif dalam menerima pasien rujukan. Seharusnya hanya pasien berat dirujuk ke RSMH."

"Kalau masih tergolong sedang, rumah sakit rujukan Covid-19 yang lain mampu merawat," ujarnya, Sabtu (5/9/2020).

5 Fakta Perjalanan Karier Reza Artamevia Lagunya Hits di Kalangan Anak Muda, Kini Terjerat Narkoba

Kisah Pengamen Daftar Haji Bersama Ibunya, Nabung Selama 10 Tahun

Dia mengakui, saat ini memang RSUP Mohammad Hoesin masih menerima pasien Covid-19 kategori sedang.

Penerimaan pasien ini dikarenakan juga khawatir pasien sedang bisa berkembang ke arah berat dengan cepat, sedangkan kemampuan RS rujukkan belum semua sama.

"Kalau di sana (RSUP dr Mohammad Hoesin) ada yang kosong tentu mereka mempertimbangkan untuk diterima karena pe
Progresifitas penyakit Covid-19 ini bisa berlangsung cepat," tambah Lesty.

Lesty meminta, rumah sakit yang menjadi rujukan Covid-19 harus meningkatkan kemampuan pelayanan, baik dari segi prasarana maupun SDM.

Dia menyebutkan, sesuai dengan buku pedoman pencegahan dan pengendalian Covid-19 revisi lima, penanganan pasien Covid-19 yang tergolong ringan cukup dengan isolasi mandiri.

Dinkes provinsi Sumsel meminta agar pemerintah kabupaten dan kota menyediakan tempat isolasi mandiri di wilayah masing-masing.

Menurut Lesty, Rumah Sehat Covid-19 Jakabaring disediakan oleh pemerintah provinsi provinsi untuk menangani ODP dan PDP ringan dan sifatnya supporting.

"Sudah lima bulan pandemi dan tidak tahu kapan pandemi akan berakhir. Jadi, kita mendorong agar kabupaten/kota juga lebih mandiri menangani ini. Bukannya wisma atlet ditutup malah ikut tutup karena masyarakat tidak semua bisa isolasi mandiri, baik alasan tidak bisa disiplin atau memang kondisi rumahnya yg tidak memungkinkan, terang dia.

Nantinya pula, untuk penelurusan kontak (tracing) dan pengambilan swab test pun akan dilakukan di puskesmas di tingkat kabupaten dan kota. Untuk itu, Lesty menekankan, kemampuan puskesmas ditingkatkan dan SDM dilatih dalam upaya menangani Covid-19 di Sumsel.

"Kabupaten/kota juga diharapkan punya laboratorium yang mampu periksa PCR," ujar dia.

Saat ini, kemampuan provinsi Sumsel untuk melakukan tes sudah mencapai angka 1.200 tes per hari dan sudah ada enam laboratorium di Sumsel yang disiapkan untuk Tes Cepat Mandiri (TCM) yang tersebar di enam kabupaten kota selain BBLK, yakni laboratorium BTKLP, laboratorium RS Pusri, laboratorium RSUD Siti Fatimah, laboratorium RSMH, dan laboratorium swasta.

"Laboratorium lain yang juga akan menyusul Pertamina, kemampuan test per hari mencapai 1200 an per hari, ini sudah sangat meningkat. Pada awal pandemi hanya 250 tes per hari" jelas dia.

Lesty menilai, penanganan Covid-19 di Sumsel pun telah lebih baik, dengan adanya bantuan ventilator dari berbagai pihak. Berdasarkan catatan Dinkes Sumsel ada 25 unit ventilator bantuan dari Temasek, lalu 45 unit dari Kemenkes RI , dan beberapa unit lagi bantuan dari pemerintah provinsi Sumsel dan pihak swasta seperti Budha Suci.

Ditegaskan dia, upaya penanganan Covid-19 ini tentunya bukan hanya dari pemerintah saja. Masyarakat pun berperan dengan patuh menerapkan protokol kesehatan, yakni 3 M atau Maskeran, Menjaga jarak dan Mencuci tangan.

"Untuk penanggung jawab kegiatan, institusi, termasuk pengelola fasilitas umum, agar benar benar menerapkan protokol kesehatan serta memastikan yg ikut dalam kegiatan adalah orang yang sehat," lanjut dia.

Dia pun mengimbau, Dinkes kabupaten dan kota bersama puskesmas di Sumsel agar lebih ketat mengawasi orang-orang yang melakukan isolasi mandiri. Tujuannya, agar penularan terkendali dan memberikan perhatian lebih pada kelompok yang rentan, lansia dan memiliki penyakit penyerta seperti hipertensi, diabetes melitus, jantung, paru-paru dan lainnya.

Bagi masyarakat yang merasa ada gejala yang tidak biasa, pernah berkontak dengan yg positif Covid-19 atau sebagai pelaku perjalanan diharapkan segera menghubungi fasilitas pelayanan kesehatan seperti klinik, puskesmas, atau RS.

Upaya penanganan Covid-19 berupa 3T (Tracing, Test and Treatment) tetap menjadi pokok penanganan dibarengi pemberdayaan masyarakat untuk patuh protokol kesehatan.

"Gubernur juga selalu mengimbau masyarakat untuk patuh pada protokol kesehatan agar pandemi cepat berlalu. Jadikan diri kita sebagai bagian yang ikut memutuskan rantai penularan covid 19, karena pandemi ini tanggung jawab kita bersama." kata dia.

Sumber:
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved