Kisah Penjual Bambu di Palembang, Tak Dapat Bantuan Corona, dari Kertapati Pikul Bambu Keliling Kota
Masa pandemi Covid-19 atau Virus Corona tak menyurutkan semangat Alamsah (53) untuk terus berjualan bambu secara keliling.
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Masa pandemi Covid-19 atau Virus Corona tak menyurutkan semangat Alamsah (53) untuk terus berjualan bambu secara keliling.
"Sejak subuh saya keluar untuk berjualan bambu dengan cara dipikul secara keliling.
Pulangnya jelang magrib," kata Alamsah, Selasa (12/8/2020).
• Kunci Jawaban Tema 1 Kelas 2 SD, Buku Tematik Subtema 2 Pembelajaran 1, Halaman 51, 53, 55, 57, 58
Lebih lanjut ia mengatakan, bahwa ia tinggal di daerah Kecamatan Kertapati Lorong Rawah-rawah.
Biasanya, saat pergi diantarkan naik becak ke daerah yang akan dikelilinginya, kemudian setelah sampai tempat ia akan pikul bambu jualannya.
"Daerah jualan saya seluruh wilayah di Palembang ini, dari Musi II, Pusri, Perumnas, Km 12, dan lain-lain.
Kalau diperkirakan ya sampai berkilo-kilo meter saya jalan kaki berjualan memikul bambu ini," ungkapnya.
• Pengakuan Firdaus Salah Satu Tersangka Pembunuh Azhari di Musi IV Palembang, Saya Ingin Melerai
Pria yang sudah berusia paruh baya ini pun bercerita, bahwa meskipun masih masa pandemi Covid-19 tak menyurutkan niatnya untuk berjualan bambu secara keliling.
Hal ini dilakukannya lantaran untuk menghidupi keempat anaknya.
"Kalau takut dengan Virus Corona kita tidak bisa makan, mau makan saja susah, jadi harus tetap berdagang keliling.
Apalagi sampai sekarang saya belum pernah dapat bantuan dari pemerintah," curhatnya.
• Ini Wajah Sopir yang Viral di Media Sosial Ngebut di Kawasan SMPN 21 Pakjo Palembang, Warga Lahat
Menurutnya, ia mempunyai anak empat orang, dua masih sekolah dan duanya belum ada pekerjaan.
Sebelumnya ada anaknya yang bekerja sebagai sekuriti, namun karena adanya pendemi ini dirumahkan.
Sedangkan anak yang satunya terkadang bantu jualan keliling.
Kini ia menjadi tulang pungung keluarga. Terlebih istrinya sudah meninggal, sehingga ia menjadi orangtua tunggal dari keempat anaknya.
• Tunggakan Listrik di Empat Lawang Mencapai Rp 1 Miliar, Paling Banyak Kecamatan Tebing Tinggi
"Untuk jualan bambu ini penghasilannya tidak seberapa, dibilang cukup ya cukup dibilang tidak ya tidak cukup. Apalagi masih ada anak sekolah.
Dalam sehari paling tidak laku 20 batang bambu, namun saat jelang 17 Agustus ini lumayan meningkat bisa 30 bambu," katanya.
Sudah sejak empat tahun lalu, Alamsah menjadi pedagang bambu keliling. Bambu yang ia jual ditawarkan sebatang Rp 20 ribu, namun bisa ditawar.
Terkadang ada yang menawar Rp 5000, sedangkan pasaranya sendiri Rp 10 ribuan.
• Tunggakan Listrik di Empat Lawang Mencapai Rp 1 Miliar, Paling Banyak Kecamatan Tebing Tinggi
"Bambu ini bisa digunakan berbagai hal, ada yang untuk tiang bendera, pagar, tirai bambu dan lain-lain. Untuk bambu ini saya ambil dari Bos, dia ambilnya di Gelumbang," ungkapnya.