Meskipun Gajinya Dipangkas 50 Persen, Robert Alberts Betah di Persib Bandung Karena Hal Ini
Robert Alberts mengungkapkan alasannya tetap bertahan di Persib Bandung setelah mendapat pemangkasan gaji hingga setengahnya.
SRIPOKU.COM -- Robert Alberts mengungkapkan alasannya tetap bertahan di Persib Bandung setelah mendapat pemangkasan gaji hingga setengahnya.
Pemangkas gaji dilakukan bukan hanya kepada pelatih, namun para pemain juga harus menerima kenyataan tersebut.
Pemangkasan gaji pemain dan pelatih merupakan salah satu kebijakan yang ditelurkan PSSI.

• Ganguan Layanan Terjadi di Wilayah Sumatera, Begini Penjelasan Pihak Telkomsel
• Alih Fungsi Status Jadi ASN, Ternyata Gaji Pimpinan hingga Pegawai Tak Berubah Berikut Rinciannya
• Insentif Pembebasan & Diskon Tagihan Listrik Diperpanjang Hingga Desember 3 Pelanggan Ini Bisa Pakai
Kebijakan itu mengacu SK bernomor SKEP/53/VI/2020 tentang "Kelanjutan Kompetisi Dalam Keadaan Luar Biasa Tahun 2020".
Dalam SK itu, PSSI memperbolehkan klub melakukan pemotongan gaji pemain dan pelatih hingga 50 persen dari kesepakatan kontrak awal, saat kompetisi kembali digelar pada 1 Oktober 2020.
Aturan tersebut sempat menjadi polemik. Bahkan, Arema FC harus kehilangan Mario Gomez yang memutuskan mundur.
Gomez memilih mundur dari jabatan pelatih kepala Arema FC karena tidak sepakat dengan aturan soal pemotongan gaji yang dikeluarkan PSSI.
Jejak Gomez mundur dari Arema pun diikuti oleh Marcos Gonzales (pelatih fisik) dan Jonatan Bauman (pemain).
Alberts mengatakan, adalah hak bagi setiap orang untuk menyetujui atau tidaknya kebijakan tersebut.
• Video Viral Petugas Pemakaman Pakai Tangan Kuburkan Jenazah Covid-19, Ini Yang Terjadi Sebenarnya
• Termasuk Figo dan Zico, Shin Tae Yong Pulangkan 11 Pemain Seleksi Timnas U-20 Lebih Cepat
Hanya saja, menurut Alberts, kebijakan pemotongan gaji pemain dan pelatih yang dikeluarkan PSSI memang tidak lazim di sepak bola internasional.
Bahkan, kebijakan tersebut juga sampai mengundang perhatian FIFPro.
Asosiasi pesepak bola profesional internasional itu berpandangan, federasi tidak memiliki hak untuk mencampuri urusan negosiasi gaji pemain.
Pasalnya, hal itu adalah ranah internal klub dengan pemain atau pelatih yang bersangkutan.
"Saya rasa itu hak pribadi. Secara pribadi, peraturan yang diberikan kepada kami dari otoritas sepak bola Indonesia itu sangat dipertanyakan," kata Alberts di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Kota Bandung, Selasa (11/8/2020).
"Dan dari FIFA sendiri menyatakan tidak bisa ada pihak ketiga yang memutuskan soal kontrak saya (pemain dan pelatih). Jadi, jika ada yang tidak menemukan kesepakatan dengan klub, itu adalah hak pribadi," ucap dia.