Terungkap Sejumlah Persoalan Domestik Lebanon Setelah Ledakan di Beirut
Tidak banyak yang mengetahui apa dan bagaimana kondisi Beirut, ibukota Libanon sebelum terjadi ledakan yang meluluhlantakan berbagai kehidupan
Seorang demonstran mengibarkan bendera Lebanon di depan pasukan polisi, dalam aksi unjuk rasa di Beirut, Lebanon, pada Sabtu (8/8/2020).
Harga barang-barang semakin melambung, sehingga banyak keluarga tak mampu membeli kebutuhan pokok.
Pada April seorang pemuda ditembak mati oleh tentara dalam demo yang berlangsung ricuh di Tripoli, dan beberapa bank dibakar.
Sementara itu pemerintah akhirnya menyetujui rencana pemulihan yang diharapkan dapat mengakhiri krisis ekonomi, dan mendapat bantuan dari International Monetary Fund (IMF) untuk paket dana talangan senilai 10 miliar dollar AS (Rp 147,12 triliun, kurs Rp 14.700/dollar AS).
Kemudian saat lockdown dilonggarkan pada Mei, harga beberapa bahan makanan masih naik dan perdana menteri memperingatkan Lebanon berisiko mengalami "krisis pangan besar".
"Banyak orang Lebanon tidak membeli daging, buah-buahan, dan sayuran lagi, mungkin juga bakal sulit membeli roti," tulis Hassan Diab di Washington Post.
Lebanon Kenapa krisis sangat keras menghantam Lebanon?
Kebanyakan analis menunjuk pada satu faktor kunci, yakni sektarianisme politik atau kelompok yang menjaga kepentingan mereka sendiri.
BBC memberitakan, Lebanon secara resmi mengakui 18 komunitas agama, yakni 4 Muslim, 12 Kristiani, sekte Druze, dan Yudaisme.
Kursi pimpinan di tiga lembaga politik utama yaitu presiden, ketua parlemen, dan perdana menteri, dibagi antara tiga komunitas terbesar: Kristen Maronit, Islam Syiah, dan Islam Sunni menurut perjanjian sejak 1943.
Total 128 kursi parlemen juga dibagi rata antara Kristen dan Islam (termasuk Druze).
Keragaman agama inilah yang dituding jadi sasaran empuk campur tangan kekuatan eksternal, seperti yang terlihat dengan dukungan Iran terhadap gerakan Syiah Hezbollah, yang dipandang sebagai kelompok militer dan politik terkuat di Lebanon.

Papan reklame raksasa yang terpasang di persimpangan La Guardia di Tel Aviv, Israel, yang menampilkan sosok karikatur pemimpin Hezbollah, Hassan Nasrallah.
Sejak akhir perang saudara, para pemimpin politik dari sep sektarian mempertahankan kekuasaan dan pengaruh mereka melalui sistem jartiaingan patronase, yaitu melindungi kepentingan komunitas agama yang mereka wakili dengan menawarkan imbalan uang.
Upaya itu mereka lakukan secara legal maupun ilegal. Lebanon berada di peringkat 137 dari 180 pada Indeks Persepsi Korupsi Transparency International 2019.