Terungkap Sejumlah Persoalan Domestik Lebanon Setelah Ledakan di Beirut
Tidak banyak yang mengetahui apa dan bagaimana kondisi Beirut, ibukota Libanon sebelum terjadi ledakan yang meluluhlantakan berbagai kehidupan
REUTERS via BBC INDONESIA/Kompas.com
Pelabuhan Beirut setelah ledakan dahsyat akibat 2.750 ton amonium nitrat pada Rabu (5/8/2020)
Kemudian, kebakaran hutan yang belum pernah terjadi sebelumnya di pegunungan barat negara itu menyoroti minimnya dana dan kelengkapan layanan pemadam kebakaran.
Di pertengahan Oktober 2019, pemerintah mengusulkan pajak baru untuk tembakau, bensin, dan telepon dari aplikasi seperti WhatsApp, guna mendapat lebih banyak pemasukan.
Namun reaksi keras dari rakyat Lebanon membuat rencana itu dibatalkan.
Puluhan ribu orang turun ke jalan yang mengawali mundurnya Perdana Menteri Saad Hariri.
Aksi protes itu melibatkan semua sektarian, yang merupakan fenomena langka sejak perang saudara di Lebanon pada 1975-1989.
Akibatnya, roda kehidupan Lebanon terhenti.
PM Hassan Diab yang baru diangkat kemudian mengumumkan Lebanon akan gagal menyicil utang luar negeri untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Dikatakannya, cadangan uang mata asing sudah mencapai tingkat "kritis dan berbahaya", lalu dana yang tersisa dibutuhkan untuk membayar barang impor vital.
Pandemi memperburuk keadaan
Setelah kematian Covid-19 pertama dan lonjakan kasus, lockdown diberlakukan pada pertengahan Maret untuk mencegah penyebaran virus corona.
Di satu sisi itu meredakan aksi unjuk rasa, tetapi juga membuat krisis ekonomi makin parah dan menguak ketidakmampuan sistem kesejahteraan sosial Lebanon.
Banyak tempat usaha terpaksa memberhentikan staf atau mempekerjakan mereka tanpa dibayar; kesenjangan antara nilai pound Lebanon pada nilai tukar resmi dan pasar gelap kian melebar, dan bank pun memperketat kontrol modal.

REUTERS/GORAN TOMASEVIC/kompas.com