Berita Palembang
Kisah Asli dan Istrinya, Bertahan Hidup diatas Rawa, Tetap Membecak Meski Tubuhnya Sudah Bungkuk
Mereka berdua hidup di tengah rawa-rawa dengan rumah papan berukuran 3x2 meter di tanah milik orang, di Jalan Pertahanan Ujung Plaju Palembang.
Penulis: maya citra rosa | Editor: Tarso
Akhirnya, Hj Maimunah pemilik tanah rumahnya saat ini, menghibahkan tanah kepada dua sepasang suami istri tersebut.
"Kami dibangunkan rumah ini, Alhamdulillah Cik Maimunah memang baik orangnya," tutur Ning Aina.
Aina bercerita, jika setiap pagi Asli selalu bangun subuh, mandi dan pergi sehabis subuh untuk bekerja di sekitar Pasar Yakin.
Meski tubuh Asli sudah tidak sekuat muda dulu, tidak ada pilihan lain selain tetap bekerja sebagai tukang becak.
Dulu, dia biasa membawa penumpang menggunakan becaknya sampai ke Pasar Plaju.
Namun kini sejak beberapa bulan terakhir, untuk membawa uang 5000 ribu rupiah saja, Aina sudah sangat bersyukur.
Menurutnya, banyak orang tidak mau naik becak Asli karena merasa iba dengan kondisi tubuhnya yang membungkuk tersebut.
"Kakak (Asli) sering kalau pulang bilang sama saya, 'Dek, kakak tidak dapat duit hari ini,' ya sudah, mau bagaimana lagi, namanya kita orang susah," tuturnya sambil menghapus air matanya.
Asli juga seringkali mendapatkan tiga nasi bungkus setiap hari Jumat, itu pun dirinya bawa pulang untuk dimakan bersama istrinya.
Bahkan ketika tim Sripoku.com dan ACT Sumsel datang, Ning Aina dan Asli hanya makan nasi lauk kecap.
Aina mengaku seringkali jika ada uang hasil suaminya menarik becak, dia membeli ikan seharga 5000 rupiah, yang itu pun hanya dapat seekor ikan saja.
"Kadang kalau dapat duit beli ikan ya cuma dapat seekor," katanya.
Tidak ada harapan yang besar diinginkan keduanya selain kesehatan dan tetap mendapatkan rezeki yang cukup untuk hidup berdua.
"Terimakasih atas bantuannya, yang penting doanya kami berdua sehat, saya tidak tau lagi kalau tidak ada istri saya ini, rezeki cukup untuk kami berdua hidup sehari-hari saja," ujar Asli.