Mahasiswi Brazil Korban Pelecehan Seksual di Australia,Terkuak Eksploitasi Terhadap Mahasiswa Asing

Di Australia, mahasiswa asing menjadi sasaran eksploitasi dengan dibayar murah dan dilecehkan secara seksual.

Editor: Refly Permana
SRIPOKU.COM/ANTON
Ilustrasi korban pelecehan seksual. 

SRIPOKU.COM - Di Australia, mahasiswa asing menjadi sasaran eksploitasi dengan dibayar murah dan dilecehkan secara seksual.

Jarang di antara mereka yang membawa kasus mereka ke pengadilan.

Seperti yang dialami Paula, mahasiswa asal Brasil, yang datang ke Melbourne untuk kuliah di bidang manajemen bisnis.

BREAKING NEWS: Rustam Otak Pelaku Perampokan Pajero Ditangkap Jatanras Polda Sumsel di Kertapati

Kepada "Program 7.30" dari ABC, Paula mengaku mengalami pelecehan seksual di tempat kerjanya. "Dia minta ciuman dan juga pakaian dalamku," ujarnya.

"Aku menolak keinginannya yang berusaha memanfaatkanku secara seksual. Aku juga minta uangku yang belum dibayarkan," kata Paula.

"Dia kemudian mencoba menghukumku, mengancam akan memberikan pekerjaanku kepada pegawai baru," ujarnya.

Paula kemudian berhenti dari pekerjaan tersebut, tetapi mengaku tertekan untuk menyembunyikan apa yang dialaminya.

"Dia omong besar seakan-akan dia itu orang penting, punya banyak koneksi, dan terus-menerus mengancam melaporkanku ke Imigrasi," tutur Paula.

Pengalaman serupa dialami oleh Talita, yang juga berasal dari Brasil.

Peringatan Dini Gelombang Tinggi Dari BMKG 3 Juli 2020, Ketinggian Capai 6 Meter

Talita mengaku rekan kerjanya yang senior mencoba menciumnya dan menawarkan bayaran untuk berhubungan seks. Talita pun menyampaikan hal ini kepada majikannya.

"Dia berusaha menciumku. Dia menggigit bibirku," ujarnya. "Aku berusaha melarikan diri, tapi dia terus mengejar. Dia bilang, kamu kan butuh uang, akan kuberikan asal tetap bersamaku," jelas Talita.

Dia kehilangan pekerjaan dan pulang ke Brasil setelah kejadian itu. Kini Talita kembali ke Melbourne dan bertekad mewujudkan mimpinya menjadi koki.

Beberapa mahasiswa mengaku takut untuk menceritakan kisah mereka melalui media. Menurut Profesor Berg, ada impunitas di kalangan majikan yang membuat mahasiswa asing memilih untuk diam.

"Siswa-siswa internasional ini jauh dari rumah, kebanyakan tinggal sendirian, tidak akrab dengan sistem hukum Australia sehingga, sayangnya, sangat rentan terhadap eksploitasi majikan."

Fenomena Baru di Pantai Selatan Yogjakarta: Sejumlah Uur-ubur Terdampar, Ratusan Orang Tersengat

Eksploitasi lain yang dilakukan terhadap mahasiswa asing di Australia adalah dana pensiun yang tidak dibayarkan oleh para majikan.

Hal ini terungkap dalam laporan SBS News, mengenai seorang mahasiswa asal Kolombia bernama Andres Puerto yang kuliah S2 di bidang sistem informasi bisnis.

Ia bekerja di sebuah kafe dan toko buku dan sebagaimana pemegang visa sementara lainnya, dia berhak menarik dana pensiunnya lebih awal.

Kepada SBS, Andres mengaku telah kehilangan pekerjaan dan berencana menarik dana pensiunnya. Ia baru sadar tidak memiliki dana pensiun sama sekali setelah mendapat pemberitahuan dari kantor pajak Australia (ATO).

Ternyata majikan Andres tidak pernah menyetorkan dana pensiun yang berjumlah 3.500 dollar Australia (sekitar Rp 34 juta) selama dua tahun bekerja.

Andres mengaku telah menghubungi majikannya secara langsung yang menjanjikan dirinya pembayaran. Entah kapan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Eksploitasi terhadap Mahasiswa Asing di Australia, dari Pelecehan Seksual sampai Tidak Dibayar Sesuai"

Sumber:
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved