Cerita Seorang Bidan Disekap dalam Angkot di Tengah Malam Bersama Seorang Perawat, Kini Masih Trauma

Mereka tak bisa banyak bergerak. Kaki para pria itu menindih tubuh mereka. Rasa sesak bertambah karena mereka masih mengenakan masker di wajah.

Editor: Sudarwan
SRIPOKU.COM/LENI JUWITA
Ilustrasi angkot 

Di bawah ancaman senjata tajam, mereka tak punya banyak pilihan.

Wajah mereka menghadap ke lantai mobil. Punggung mereka ditutup kain oleh 2 laki-laki tak dikenal itu.

Mereka tak bisa banyak bergerak. Kaki para pria itu menindih tubuh mereka. Rasa sesak bertambah karena mereka masih mengenakan masker di wajah.

"Kita enggak tahu dibawa ke mana. Pelakunya sempat bilang kita di Ciawi.

Saya kan agak banyak tanya ke pelaku, terus beberapa kali coba bergerak karena badan saya sakit banget terjepit.

Tapi, setiap gerak pelaku tuh memukul kepala saya, badan kita juga kan diinjak terus," kata SR.

Dalam gelap di dalam kabin, SR mengaku sesekali coba menengadahkan kepala, mengintip ke arah jendela belakang yang dibuka.

Ia melihat Rumah Sakit Annisa. Tanda bahwa mereka memang mengarah ke Citeureup.

Mereka sama-sama tak tahu pukul berapa waktu itu.

Yang jelas, perjalanan tak kunjung berakhir, padahal mereka sudah ada di kawasan Citeureup.

Sopir angkot tak bicara apa-apa karena rasanya, ujar SR, juga ada dalam tekanan yang sama.

Sopir hanya manut perintah pelaku untuk lurus atau putar balik.

Siapa pun tentu tak tahan dalam situasi itu. Di tengah ancaman, SR masih berani beberapa kali mendongak untuk melihat posisi mereka.

Kedua laki-laki itu mulai menyerang. SR mengaku, beberapa kali ia juga dilecehkan secara seksual.

"Karena saya sering bertanya atau ngomong gitu ke dia, lalu disuruh diam.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved