WASPADA, Sering Pendam Perasaan bisa jadi itu Gangguan Kejiwaan, Ini 16 Tanda-tanda Psikopat!
Kata "psikopat" mungkin akan mengingatkan kita pada pembunuh berantai yang kita saksikan di film-film layar lebar.Padahal, ternyata ciri-ciri psikopat
Penulis: Nadyia Tahzani | Editor: Welly Hadinata
Gangguan kejiwaan suka menyulut api atau dikenal dengan istilah piromania adalah ciri psikopat lainnya.
Dengan membakar suatu barang, para psikopat akan merasa puas setelah melakukannya. Piromania juga merupakan bentuk ekspresi psikopat untuk menunjukkan kemarahan atau pembangkangan.
10. Pesona Palsu
Dalam menjalin hubungan dengan orang lain, baik sebagai teman maupun kekasih, psikopat menampilkan diri mereka sebagai seseorang yang menarik.
Ia akan memperlihatkan pesonanya untuk membuat orang lain kagum. Padahal, semua yang ia perlihatkan palsu.
11. Empati yang hilang-timbul
Seorang psikopat tidak peduli dengan dampak dirinya terhadap orang lain, apakah dari segi finansial, sosial, atau pribadi.
Hal itu diakibatkan ketidakmampuan mereka merasakan emosi bahkan bagi dirinya sendiri. Namun, sebuah studi pada tahun 2013 mempelajari aktivitas otak berbagai kekerasan para psikopat dan menemukan ada area pada otak mereka yang diasosiasikan dengan berbagi penderitaan dengan orang lain.
Bagian tersebut bisa timbul dan hilang. Jadi, di lain kesempatan mereka bisa sangat empati dan manipulatif dengan orang lain.
12. Pandai berbicara dan suka tebar pesona
Psikopat adalah “pembicara hebat yang dapat dengan mudah menaburkan chit-chat dengan tanggapan cerdas dan cerita "tidak mungkin tapi meyakinkan" yang membuat mereka terlihat baik, tulis psikolog Robert Hare, kreator "Hare Psychopathy Checklist," dalam sebuah posting di Psychology Today.
Tidak hanya itu seorang psikopat sering tebar pesona dan membuat anggapan bahwa psikopat itu orang yang menyenangkan.
13. Motif dan niat sadis
Tanda yang paling terkenal dalam menunjukan jika seseorang psikopat adalah sifat sadis.
Seorang psikopat memotivasi orang lain melalui rasa takut, dan bukannya rasa hormat serta berniat untuk menghancurkan daripada membetulkan.
14. Merasa unggul
Seorang psikopat cenderung menilai dirinya lebih baik dari orang di sekitarnya, itulah mengapa seringkali mereka tak peduli dengan dampak buruk yang terjadi dari aksi mereka.
Randall Salekin menjelaskan, dalam konteks pekerjaan, bisa jadi ia tak peduli dengan tim dan menolak saran orang lain hingga saran tersebut terbukti mampu menolong dirinya.
15. Punya problematika masa kecil
Seorang psikopat mengalami gangguan personal dan kepribadiannya kerap berubah. Hal ini seringkali diakibatkan pengalaman masa kecil.
Sebuah studi yang dipublikasikan di The British Journal of Psychiatry menemukan, hiperaktif dan gangguan tingkah laku spesifik cenderung mengarah secara kuat pada prilaku psikopatik di usia dewasa.
16. Memendam Perasaan
Melansir Kompas.com, Menurut psikiater dr Elly Ingkiriwang, SpKJ, terlalu sering memendam perasaan merupakan salah satu faktor yang berperan terhadap timbulnya psikosomatik.
Dia mengatakan, memendam perasaan adalah penyebab stres yang merupakan pemicu utama gangguan kejiwaan ini.
"Sejak kecil, kita sudah diajarkan untuk memendam perasaaan. Coba lihat kalau bayi menangis, orangtua selalu menyuruh untuk berhenti. Padahal tangis merupakan salah satu upaya menyaluran emosi," kata staf pengajar di Fakultas Kedokteran Ukrida.
Belum lagi, lanjut Elly, ketika beranjak dewasa, saat emosi sedang meluap-luap dan butuh penyaluran, justru malah dimarahi. Lama kelamaan kebiasaan memendam emosi ini akan terbawa hingga dewasa dan dapat memicu gangguan kejiwaan, salah satunya psikosomatis.
Elly mengatakan, perasaan marah, kecewa, sedih, dan lain-lain perlu penyaluran. Meskipun hal itu perlu bimbingan agar penyaluran bisa bersifat positif.
"Yang paling penting lagi adalah mengetahui penyebab dari perasaan tidak menyenangkan tersebut. Jika tidak mengetahui penyebabnya, lama-lama kita jadi tidak sadar mengalami stres dan kesulitan mencari penyebabnya," tuturnya.
Pada kesempatan yang sama, dr Andri, SpKJ, psikiater dari RS Omni Alam Sutera menyampaikan, karena sering mengalami stres, banyak orang yang tidak lagi menyadarinya. Sayangnya, hal ini justru menyulitkan jika tiba-tiba mereka mengeluhkan gejala psikosomatis. Alasannya, mereka menjadi kesulitan menjadi penyebab stres.
"Perlu diketahui penyebab stresnya supaya bisa diselesaikan akar masalah dari pemicu psikosomatis. Namun tak semua orang bisa tahu penyebab stres mereka," ujarnya.
Menurut Andri, ini terjadi karena tubuh mereka sudah beradaptasi dengan stres. Padahal jika sampai tidak menyadari adanya stresor, maka ada yang salah dengan proses adaptasi tersebut.
Karena itu, Andri menyarankan agar selalu menyadari setiap stres yang terjadi pada tubuh. Selain itu, dibutuhkan berpikir positif untuk segala sesuatu, termasuk dalam menyikapi sesuatu yang negatif.
• Pernah Bertemu di Semifinal All England 2020, Viktor Axelsen Anggap Lee Zii Jia Pesaing baru