KISAH Mualaf Asli Palembang Memilih Jualan Es Cincau di Jalanan, Dulunya Manajer Bergelimang Harta

Tapi, apa jadinya jika memiliki harta berlimpah, rumah megah dan hidup mewah jika semuanya tak bernilai apa-apa dan membuat hati hampa.

Penulis: Tria Agustina | Editor: Welly Hadinata
Tangkap layar YouTube/Gavy Story
Kisah perjalanan hidup seorang mualaf yang dulu bergelimang harta sebagai manajer 

SRIPOKU.COM - Roda kehidupan di dunia ini berputar dan tidak ada seorang pun yang mengetahui sesuatu yang akan terjadi di masa depan.

Seperti halnya nasib seseorang yang sudah digariskan oleh Yang Maha Pencipta sejak dalam kandungan atau rahim seorang ibu.

Namun, bukan berarti seseorang dapat menerima saja takdir tersebut dengan berdiam diri.

Melainkan adanya usaha dan kerja keras untuk mengubah takdir yang bisa merubah diri ke arah yang lebiih baik.

Tak hanya itu, untuk mengubah nasib dan takdir juga diperlukan adanya pertolongan dan hidayah dari Allah SWT sebagai yang Maha Pemberi.

Tapi, apa jadinya jika memiliki harta berlimpah, rumah megah dan hidup mewah jika semuanya tak bernilai apa-apa dan membuat hati hampa.

Kejadian inilah yang dirasakan betul oleh seorang pria bernama Hasanudin.

Pria kelahiran Palembang itu merasakan betul lika-liku kehidupannya di masa lalu. Mulai dari bergelimang harta, hingga kini berjualan es cincau.

Sebagai seorang mantan manajer, Hasanudin sempat hidup enak dengan gaji fantastis hingga mencapai Rp 100 juta per bulannya.

Meski pendapatan tak seberapa, namun kini ia mampu merasakan ketenangan hidup yang luar biasa.

Kisah inspirasi ini dibagikan melalui kanal Youtube, Gavy Story Selasa, (26/5/2020) yang mengangkat kisah dirinya, pria yang kini berusia 66 tahun itu sempat menjabat sebagai General Manager (GM) sebuah tempat hiburan terkenal di Jakarta.

Kisah Bocah Laki-laki Penjual Kerupuk Dibully, Dagangan Berserakan, Ada si Penolong Baik Hati

Sosok pak Hasanudin
Sosok pak Hasanudin (Tangkap layar YouTube/Gavy Story)

Kisah Pilot Jadi Driver Ojol, Pramugari Jadi Penata Rambut, Demi Bertahan Hidup Saat Pandemi Corona

Selama itu pula, Hasanudin merasakan betul kemewahan yang diperolehnya dari hasil kerja keras selama ini.

Pak Hasanudin tinggal di Jakarta dan memiliki sebuah rumah mewah, mobil bagus, keluarga yang harmonis, dan sebagainya.

Saking melimpahnya, ia tak mempermasalahkan saat istrinya ingin berbelanja, makan enak di restoran enak, hingga memberi sang mertua.

Hasanudin yang sempat mengenyam pendidikan di Singapura dan mahir berbahasa Inggris dan mandarin itu juga kerap diutangi sejumlah uang oleh teman-temannya.

Alhasil, uangnya pun perlahan-lahan mulai menipis. Ia bahkan pernah menumpuk utang hingga Rp 3 miliar.

Pak Hasanudin saat berjualan es cincau
Pak Hasanudin saat berjualan es cincau (Tangkap layar YouTube/Gavy Story)

KISAH Pilu Kehidupan Wanita Penghuni Penjara di Tempat Ini, Sel Tahanan Sempit, Begini Kondisinya!

Saat itu konflik pun mulai muncul antara dirinya dengan hingga kemudian memutuskan untuk bercerai.

Hasanudin kemudian mencoba untuk membangun rumah tangganya kembali dengan menikahi seorang wanita.

Sayang, pernikahannya ini juga diwarnai konflik dan kembali kandas hingga kekayaan yang dimiliki Hasanudin habis.

Tak menyerah dengan nasib, Hasanudin kemudian bertemu dengan seorang muslimah yang ingin dinikahinya.

Kemudian calon istrinya itu mengajukan syarat agar dirinya menjadi harus memeluk Islam terlebih dahulu.

Akhirnya Hasanudin resmi menjadi seorang mualaf di usia 43 tahun. Ia kemudian merantau ke Sukabumi, Jawa Barat, dan memulai hidup baru dengan sang istri.

Di sana, ia bertekad meninggalkan masa lalunya yang pelik. Untuk menopang kebutuhan hidupnya sehari-hari, ia memilih berjualan es cincau dengan gerobak dorong. Setiap hari, ia menyusuri jalanan menjajakan dagangannya tersebut.

Meski hasilnya tak sebanyak dulu saat dirinya menjadi seorang manajer, Hasanudin tetap bersyukur.

Kisah perjalanan hidup pak Hasanudin dari seorang manajer hingga penjual es cincau
Kisah perjalanan hidup pak Hasanudin dari seorang manajer hingga penjual es cincau (Tangkap layar YouTube/Gavy Story)

KISAH Gadis Jepang Memutuskan Jadi Mualaf Masuk Islam, Ditolak Ibu Hingga Neneknya Ikut Bersyahadat

Pernah pada suatu ketika, ia dihadapkan kesulitan saat sang anak membeli sepatu dan diharuskan membayar uang sekolah sebanyak Rp 300 ribu.

Saat itu ia hanya pasrah sembari tetap berikhtiar mencari jalan keluar dengan tetap berjualan keliling. Karena tak kunjung mendapat pembeli, cincau yang ia jual mulai rusak. 

Beruntung, ada seseorang yang ingin membeli es cincaunya tersebut. Hasanudin pun menolak seraya menjelaskan bahwa barang dagangannya itu telah rusak dan tidak layak konsumsi.

Sang pembeli pun tetap membeli minuman lainnya yang juga dijual oleh Hasanudin yakni es nanas sebanyak dua bungkus seharga Rp 10 ribu. Tak disangka, sang pembeli kembali memanggil Hasanudin dan memberinya Rp 300 ribu. Jumlah yang selama ini dicarinya untuk sang anak.

Pak Hasanudin
Pak Hasanudin (Tangkap layar YouTube/Gavy Story)

Mualaf ini Rela Jual Harta Demi Bantu Penanganan Corona, Ternyata Berdonasi Hanya Satu Alasan Saja

Saat itulah, ia merasa sangat terharu. Hasanudin merasa Allah telah menolongnya saat dirinya membutuhkan.

Ia kemudian teringat akan gaji Rp 100 juta yang dulu didapatnya. Hasanudin merasa bahwa uang sebesar Rp 300 ribu yang diperolehnya saat itu nilainya lebih besar dari Rp 100 juta saat ia masih menjadi seorang manajer. 

Ada sebuah kepuasan batin yang membuatnya untuk bersyukur. “Saya buka uangnya pas Rp300 ribu. Ya Allah saya sedih, Allah itu sering tolong saya. Allah tolong saya, saya jadi ada uang untuk beli sepatu anak saya. Allah tolong saya terus. Dulu saya dapat gaji Rp100 juta, sekarang nilainya dari itu,” ucapnya dalam video tersebut.

Kisah Hasanudin di atas, merupakan sebuah fase kehidupan yang bergerak seperti perputaran roda nasib.

Dari seorang manajer dengan gaji ratusan juta, ia kini hidup sederhana sebagai penjual es cincau.

Meski demikian, hal tersebut tetap disyukuri oleh Hasanudin karena membuat dirinya lebih tenang.

Simak video selengkapnya

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved