Virus Corona
Masih Banyak yang Salah, Ternyata Ini Jam Terbaik Berjemur di Bawah Matahari, Jangan Sebelum Pukul 9
Misalnya, banyak orang yang menganggap, sinar matahari terbaik adalah yang bersinar di bawah pukul 09.00 WIB.
SRIPOKU.COM - Berbagai anjuran banyak dikeluarkan oleh berbagai instansi guna memerangi penyebaran Virus Corona.
Dari lockdown atau berdiam diri di rumah, hingga berjemur di bawah matahari.
Kegiatan berjemur sinar matahari mendadak banyak dilakukan banyak orang sejak Virus Corona mewabah.
Dengan berjemur disebut-sebut bisa menjaga kekebalan tubuh.
Sinar matahari memang tak bisa membunuh Corona, tapi setidaknya bagus untuk membentuk imun atau kekebalan tubuh manusia.
Dengan berjemur sinar matahari, manusia berharap bisa mendapatkan Vitamin D3.
Tapi, masih banyak yang salah kaprah soal berjemur sinar matahari ini.
Misalnya, banyak orang yang menganggap, sinar matahari terbaik adalah yang bersinar di bawah pukul 09.00 WIB.
Selebihnya, matahari dianggap sumber kanker.
Nah, anggapan itu ternyata salah kaprah.
Dilansir Kompas.com, Ketua Perhimpunan Geriatri Medik Indonesia (Pergami), Prof dr Siti Setiati, SpPD-KGER, mengatakan, sinar matahari di atas jam 09.00 pagi ternyata yang terbaik bagi tubuh kita.
Kendati menyengat dan kerap diyakini tak baik bagi kulit, sinar matahari di atas jam 09.00 bermanfaat khususnya bagi lansia.
"Sinar matahari yang dianjurkan bukan yang di bawah jam 09.00, karena ultraviolet-B (UVB) belum ada," kata Ketua Perhimpunan Geriatri Medik Indonesia (Pergami), Prof dr Siti Setiati, SpPD-KGER di Jakarta, pada 4 Juli 2019 lalu.
Siti menjelaskan ultraviolet-A dan ultraviolet-C adalah jenis UV tak sehat.
Sementara, ultraviolet-B lah yang memberikan vitamin D yang baik bagi pertumbuhan tulang dan gigi.
"Nah, UVB adanya di jam 09.00 ke atas sampai jam 15.00. Kebutuhannya berbeda, kalau jam 09.00 cukup (paparan) 15 menit, jam 11 cukup 5 menit, makin siang makin dikit kebutuhannya," jelas Siti.
Tak hanya itu, salah kaprah yang lain, adalah soal lama waktu berjemur.
Banyak yang berjemur setiap hari, padahal Siti menganjurkan, cukup 3 kali seminggu.
"Ini (berjemur) cukup tiga kali seminggu," ujar Siti.
• Diberi Uang Rp 2.000,Kakek 82 Tahun di Muratara Perkosa Anak 8 Tahun,Korban Cerita Kepada Temannya
• Ayah Angkat Wafat, Pedangdut Ini Nekat Nikahi Ibu Angkat Sendiri, Pas Cerai Cari Istri Berusia Muda!
Kesimpulan ini didapatkan Siti setelah mengamati 74 perempuan berusia 60-90 tahun yang tinggal di empat panti werda di Jakarta dan Bekasi.
Sebanyak 74 perempuan ini dibagi menjadi dua yakni kelompok kontrol dan kelompok studi.
Kelompok kontrol hanya mendapat kalsium 1000 mg/hari, sedang kelompok intervensi dipajankan dengan matahari selama 6 minggu.
Hasil yang diukur sebelum dan sesudah 6 minggu paparan sinar matahari adalah konsentrasi 25(OH)D, PTH, dan ion kalsium.
Ditemukan bahwa waktu paparan yang optimal adalah 1 jam sebelum dan sesudah tengah hari.
Prevalensi defisiensi vitamin D pada wanita usia lanjut adalah 35,1 persen. Pada kelompok terpapar sinar, konsentrasi 25(OH)D meningkat lebih tinggi daripada yang tidak dipajan yakni 51,8 persen banding 12,5 persen.
Hasil tambahan adalah rerata asupan kalsium 248 mg/hari, dan rerata asupan vitamin D 28 IU/hari.
Bagi perempuan lanjut usia, vitamin D berperan penting untuk mencegah osteoporosis, osteomalasia, kelemahan otot, jatuh dan fraktur osteoporotik.
"Matahari kita perlukan, ini paling murah soalnya dari pada suplemen vitamin D. Dan jangan berlebihan, nanti bisa kena kanker kulit kalau kata dokter kulit. Tapi tenang saja, kita orang Indonesia diperkaya dengan melanin yang melindungi kita," kata Siti.
Artikel ini telah tayang di Tribunsolo dengan judul Awas Salah Kaprah di Masa Wabah Corona : Berjemur Matahari Jangan Sebelum Pukul 9, Jangan Tiap Hari!