Tolak Uluran Tangan Dunia, Diam-diam Kim Jong Un Memohon Bantuan Untuk Alat Virus Corona ke Rusia

Tolak Uluran Tangan Dunia, Diam-diam Kim Jong Un Memohon Bantuan Untuk Alat Virus Corona ke Rusia

Editor: Fadhila Rahma
Kolase Daily Mail dan BBC
Tolak Uluran Tangan Dunia, Diam-diam Kim Jong Un Memohon Bantuan Untuk Alat Virus Corona ke Rusia 

Sementara Kim Jong Un masih secara terbuka membantah dan menyatakan bahwa negaranya memang tak memiliki kasus virus corona.

Pada 26 Februari, Kementrian Luar Negeri Rusia mengumumkan bahwa atas permintaan Pyongyang, mereka meberikan sebanyak 1.500 alat uji tes virus corona.

"Karena risiko yang berkelanjutan dari infeksi Covid-19 yang baru, Rusia telah menyumbangkan 1.500 alat tes diagnostik coronavirus ke Pyongyang atas permintaan Republik Rakyat Demokratik Korea. Kami berharap langkah ini akan membantu Korea Utara mencegah penularan dari negara itu," kata rilis Kementerian Luar Negeri Rusia, seperti dikutip dari Time, via TribunnewsWiki.com.

 

Meskipun virus ini telah menyebar ke berbagai negara yang berbatasan dengan China dan menginfeksi sebanyak 4.000 orang di Korea Selatan, Korea Utara secara tegas menyatakan bahwa negaranya tidak memiliki kasus Covid-19.

Kendati demikian, Zhang Jun, duta besar China untuk PBB mengatakan bahwa Korea Utara menderita efek negatif dari Covid-19.

Berdasarkan pengalaman negara-negara yang lebih dulu terjangkit virus corona, menyembunyikan adanya wabah dari dunia Internasional, hanya akan memperburuk keadaan.

Ada banyak alasan untuk khawatir dengan kemungkinan adanya kasus virus corona di Korea Utara.

Pasalnya, negara-negara yang memiliki sistem kesehatan masyarakat modern seperti Korea Selatan, Jepang, dan Italia, bahkan kecolongan dengan pandemi ini.

Sementara sistem kesehatan Korut dianggap masih menderita lantaran kurangnya dana, peralatan, dan cakupan medis yang sangat buruk di area pedesaan miskin di negara itu.

Kee B. Park, Direktur Proyek Kebijakan Kesehatan Korea dan Dosen Kesehatan Global dan Kedokteran Sosial di Harvard Medical School menyebutkan sanksi global yang diterima Korut dapat menyulitkan bantuan, sehingga sanksi itu dilunakkan.

Sayangnya, Korut tetap menutup perbatasannya.

“Korea Utara merupakan negara berisiko tinggi, sebagai negara dengan sistem kesehatan yang lemah, untuk virus yang menimbulkan bahaya besar, ”ujar Park, seperti dikutip Sosok.ID, dilansir dari Time, Rabu (4/3).

Menurut Park, sistem perawatan kesehatan di Korea Utara berjuang dengan kelangkaan sumber daya.

“Mereka menggunakan kembali hampir semuanya sampai menjadi tidak dapat digunakan. Mereka adalah ahli dalam memperbaiki dan memelihara peralatan medis, ”kata Park.

Keadaan tersebut akan membuat Korut kuwalahan dalam menghadapi kasus yang nantinya lebih besar.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved