Derita Anak Amrozi Pelaku Bom Bali I yang tak Terungkap, Selain Susah Kerja Ternyata Juga Alami Ini

Derita Anak Amrozi Pelaku Bom Bali I yang tak Terungkap, Selain Susah Kerja Ternyata Juga Alami Ini

Editor: Fadhila Rahma
IST/kolase
amrozi 

Derita Anak Amrozi Pelaku Bom Bali I yang tak Terungkap, Selain Susah Kerja Ternyata Juga Alami Ini

SRIPOKU.COM - Zulia Mahendra, putra sulung Amrozi, pelaku Bom Bali 1 menuturkan tekadnya berjihad demi keluarga dan menjaga anak-anaknya.

Ia mengaku berkeinginan agar anak-anaknya tak seperti dirinya yang terbebani dan dikucilkan orang karena kesalahan bapaknya.

Ia dijauhi masyarakat, sulit mencari kerja, dan merasakan depresi, ada satu momen yang membuatnya menangis.

Momen ketika melihat anaknya tidur, anak yang selalu dipeluk ketika pulang, dan pergi dari rumah untuk mencari nafkah.

Putra Amrozi Pelaku Bom Bali 1 Ini Merasa Seperti Sampah, Dijauhi, Sulit Cari Kerja Hingga Depresi

Indonesia Terancam ISIS! Mantan Teroris Ungkap Ketakutan Jika WNI Dipulangkan, Ada yang Pura-pura!

Cara Ahok Ngemong Bayi Jadi Sorotan, Baru Sebulan Punya Anak Suami Puput Nastiti Devi Malah Begini

Hal itu yang menimbulkan tekad untuk membesarkan anak dan "berjihad untuk keluarga."

Itulah yang dikatakan Zulia Mahendra, putra sulung Amrozi, pelaku Bom Bali 1.

Mahendra baru menginjak usia 16 tahun saat ayahnya ditangkap, tak lama setelah Bom Bali 1 pada 12 Oktober 2002.

Usia yang dia sebut "masih mencari jati diri", serta merasa "marah dan terkejut serta tak percaya" bahwa ayahnya termasuk salah seorang pelaku utama di balik serangan terparah di Indonesia dengan 202 korban jiwa itu.

Saya merasa sampah, depresi karena dijauhi orang setelah bapak ditangkap
Saya merasa sampah, depresi karena dijauhi orang setelah bapak ditangkap dan eksekusi kata Hendra

Setelah penangkapan dan eksekusi, Mahendra mengatakan dia bahkan sempat ingin mengikuti dan "melanjutkan apa yang dilakukan bapak".

Perubahan besar inilah yang disampaikan Hendra - nama panggilannya - ketika bertemu dengan putra salah seorang korban Bom Bali 1, Garil Arnandha pertengahan Oktober 2019.

"Satu malam, saya emosional, lagi ingat bapak.

Saya lihat anak saya yang pertama tidur.

Saat menatap anak saya waktu tidur, saya menangis.

Saya harus membahagiakan dia," ceritanya kepada Garil, dikutip dari Kompas.com.

"Jangan sampai anak saya bernasib sama seperti saya.

Halaman
1234
Sumber: TribunnewsWiki
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved