Kawasan Langganan Banjir di Palembang
CERITA Warga yang Tinggal di Daerah Langganan Banjir, Sebelum Ada Bendungan Banjir tidak Pernah
CERITA Warga yang Tinggal di Daerah Langganan Banjir, Sebelum Ada Bendungan Banjir tidak Pernah
Penulis: maya citra rosa | Editor: Welly Hadinata
Laporan wartawan Sripoku.com, Maya Citra Rosa
CERITA Warga yang Tinggal di Daerah Langganan Banjir, Sebelum Ada Bendungan Banjir tidak Pernah
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Sudah 46 Tahun, Hadi tinggal di Jalan Tombak RT Kelurahan 20 Ilir II, Kecamatan Kemuning Palembang, melihat kondisi banjir yang semakin parah, dia merasa prihatin, karena kondisi yang sangat berbeda dari sejak kecil sampai saat ini, Minggu (16/02/2020).
Dia menjelaskan bahwa semasa kecil tidak pernah merasakan banjir, namun beberapa tahun terakhir banjir di kawasan ini semakin parah, bahkan pernah masuk setinggi pinggang orang dewasa.
Hadi mengatakan awalnya sebelum adanya bendungan atau DAM yang mengaliri air ke Sungai Musi langsung, terdapat beberapa anak sungai yang membelah bendungan, sehingga jika hujan turun, air tidak akan meluap ke rumah warga, melainkan ikut arus menuju sungai besar.
"Sejak adanya bendungan, kita tidak tahu air itu akhirnya dimana, walaupun katanya mengalir ke Sungai Musi," ujarnya lelaki kelahiran 25 Agustus 1974 tersebut.

• BREAKING NEWS : Palembang Banjir, Ini Kawasan-kawasan Pemukiman Warga yang Jadi Langganan Banjir
• KISAH Polwan Cantik yang Fotonya Jadi Modus Penipuan, Pemuda Asal Palembang Tertipu Selama 2 Tahun
• 7 Kasus Pendaki Gunung di Indonesia Hilang Misterius, Selama 30 Tahun Jejak & Jasad tak Ditemukan
Menurutnya DAM tersebut juga merupakan upaya pemerintah yang baik, namun dalam pelaksanaannya justru tidak ada keberlanjutan, seperti seringnya ada pengerukan di dasar DAM.
"Setau saya hanya dua kali setahun pengerukan itu, tentu kan dasar DAM keras, akhirnya dangkal, akibatnya seperti ini, banjir dimana-mana," ujarnya.
Banjir juga menghambat aktivitasnya untuk bekerja, jika terjadi banjir di hari kerja, aktivitas istrinya dan kedua anaknya untuk sekolah juga terhambat, sehingga terpaksa untuk tidak masuk karena banjir yang tidak dapat dilewati oleh kendaraan.
"Rumah saya yang tinggi ini saja sampai masuk ke dalam, itu tahun lalu paling parah, karena ada DAM ini yang jarang dikeruk, jadi air meluap ke rumah-rumah warga," ujarnya.