Cerita Nelayan di Natuna Terusir di Laut Sendiri, Dikejar Kapal Asing Tenggelam Hingga Hancur
"Banyak kejadian seperti ini yang terjadi, bahkan ada yang hampir tenggelam dan hancur. Saya merasa terasing di daerah sendiri," kata Budi.
Cerita Nelayan di Natuna Menyebut Diri Mereka Terusir & Terasing di Laut Sendiri, Dikejar Kapal Asing Tenggelam dan Hancur
SRIPOKU.COM -- Nelayan di Natuna, menyebut kondisi mereka merasa terusir dan terasing di laut sendiri.
Nelayan Indonesia, kerap diberlakukan tak manusiawi oleh kapal asing di sana.
mereka dikejar, dilempar dan sampai diputuskan alat menangkap ikan
Seperti diungkapkan beberapa nelayan yang ada di sana.
Malam itu, 18 Desember 2019, sekira pukul 10 malam, Muhammad Budiman dan tujuh awak buah kapalnya (ABK) ketakutan dan badan mereka gemetar.
Keringat mengalir deras dari kulit mereka walaupun udara dingin dan angin laut bertiup kencang.
Budiman yang bertanggung jawab sebagai nakhoda kapal ikan berteriak,
"Matikan genset! Semua lampu juga matikan!" Saat cahaya bulan redup karena tertutup awan, yang terdengar hanya suara mesin kapal yang melaju cepat dan deru ombak yang dihantam kapal.
Budiman, yang biasa disapa Budi, memacu kecepatan maksimal kapal ikan berkekuatan 29 gross tonnage (GT) yang berasal dari Tanjung Balai Karimun itu tanpa arah.
Dalam pikirannya, ia harus kabur secepat mungkin dan bersembunyi di balik gelapnya malam.
"Kita (laju) gas habis-habisan karena jarak kapal yang mengejar kita itu kurang dari 40 sampai 50 meter," kata Budi menceritakan kepada BBC News Indonesia, Raja Eben Lumbanrau, seperti dikutp dari Kompas.com, Selasa (28/1/2020) di Pulau Tiga Barat, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, 16 Januari lalu.
Ia pun menghubungi teman-teman nelayan lain lewat radio agar siap sedia membantu jika kejadian buruk terjadi.
Kapal yang dinakhodai Budi saat itu dikejar-kejar oleh dua pasang kapal nelayan asing di Laut Natuna Utara, Kepulauan Riau.
Selain itu, kata Budi, masih terdapat banyak lampu jauh kapal asing lain yang sedang mencuri ikan di saat bersamaan.
"Saat itu takut sekali. Keringat semua badan, gemetar lagi. Intinya yang penting nyawa selamat," kata warga asli Pulau Tiga Barat itu.