Berita OKI
Danau Teluk Gelam Icon Wisata Kabupaten OKI Kini Memprihatinkan, Gedung dan Bangunan tak Terurus
Danau wisata Teluk Gelam yang berlokasi di Jalan Lintas Timur (Jalintim), Kecamatan Teluk Gelam, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) cukup strategis.
SRIPOKU.COM, KAYUAGUNG -- Danau wisata Teluk Gelam yang berlokasi cukup strategis terletak di Jalan Lintas Timur (Jalintim), Kecamatan Teluk Gelam, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI).
Jika dari Kota Kayuagung masyarakat dapat menempuh dalam waktu kurang lebih setengah jam, dan lokasinya tepat berada di pinggir Jalintim.
Dengan pilihan lokasi yang sangat strategis, membuat Pemerintahan Kabupaten OKI ingin merubah citra negatif dan menghidupkan kembali wisata yang dahulu merupakan andalan masyarakat OKI.
Tempat tersebut juga sebagai Icon wisata Kabupaten OKI, dan pernah menjadi lokasi event besar seperti Pekan Olahraga Nasional ke-16 pada 2004 dan Jambore Nasional tahun 2011 silam.
Setelah mendengar kabar bahwa telah dilakukan pembangunan ulang di danau tersebut, Wartawan Tribunsumsel pun mencoba mendatangi lokasi Danau wisata Teluk Gelam, Rabu (15/1/2020).
Namun kenyataannya, setelah gerbang utama terlewati, kedatangan pengunjung akan langsung disambut oleh sebuah gedung hotel.
Ironisnya hotel itu terlihat kusam, tidak terurus dan mengalami kerusakan di seluruh bagian.
Bukan hanya awak media saja yang akan terganggu dengan keadaan gedung, para pengunjung yang mendatangi danau tersebut pasti akan merasa sangat kecewa dengan kondisi danau yang saat ini masih saja rusak parah, terutama gedung-gedung yang ada di sekitar Danau.
"Ya menurut saya pembangunannya sangat kurang, awalnya sih mengira bangunan hotel kembar dan gedung lainnya sudah diperbaiki dan menjadi indah,"
"Tetapi saat tiba disini menjadi kecewa, karena bangunan gedung tampak hancur dan tidak terawat, tidak sama sekali dilakukan pembangunan," ucap Sanah warga yang mengunjungi danau Teluk Gelam.
Hal serupa juga dikeluhkan Ifna, pedagang yang kini masih bertahan di Danau Teluk Gelam, menurutnya pembangunan ulang yang hanya sedikit tersebut tetap tidak mampu menarik wisatawan untuk mendatangi danau ini.
"Pembangunan wahana selfie tidak mampu menarik minat wisatawan sejauh ini, dan pengunjung tetap sepi" jelasnya.
Dikatakannya lebih lanjut, jika ingin membuat tempat tersebut kembali ramai dan menjadi tempat wisata andalan pemerintah, seharusnya pembangunan lebih merata dan tuntas.
• Empat Usulan Kota Pagaralam Disetujui Gubernur Sumsel, SAlah SAtunya Pembangnan Jembatan Lematang
• Palembang-Bengkulu Jalin Kerjasama Wujudkan Kehidupan Bermasyarakat yang Religius
• Gadis 19 Tahun Ini Curhat Tentang Bahaya Pakai Vape, Paru-parunya Rusak, Sebut Pembunuh Diam-diam!
"Harapan saya gedung-gedung dan tempat rekreasi yang ada di Danau ini harus dibangun ulang, biar pengunjung tambah ramai seperti dulu lagi,"
"Kan kalau semua terlihat baru lebih menyegarkan mata juga, untuk apa kita datang tapi justru melihat bangunan-bangunan yang sudah rusak," ungkapnya.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Indesi Karyanto belum dapat berbuat lebih banyak menuruti saran masyarakat dalam membangun Danau yang sempat menjadi Icon ini, dikarenakan keterbatasan anggaran dalam hal merenovasi ulang gedung rusak tersebut.
"Sebenarnya untuk gedung-gedung yang sudah rusak tersebut bukanlah wewenang kami," tutur Indesi.
Dijelaskan lebih lanjut oleh Indesi, jika setiap dinas memiliki tugas pokok dan fungsinya masing-masing, dalam hal ini dinas yang dipimpinnya memiliki keterbatasan sehingga masalah ini perlu didengar oleh dinas terkait yang lebih sesuai dengan tupoksinya.
"Kan keterbatasan untuk poksi ini, kalau misal dari Dana Alokasi Khusus (DAK) itu dananya terbatas. Misalnya dinas kami mau merehab gedung ya tidak ada dananya,"
"Makanya kami sangat berharap dinas-dinas yang terkait dapat membantu untuk membangun atau merahab ulang gedung," jelasnya.
Selanjutnya, Indesi menyebutkan jika terdapat solusi lainnya untuk membuat gedung tersebut menjadi lebih bagus lagi yaitu dengan cara memanfaatkan gedung yang ada dan menata ulang.
"Nah untuk masalah ini kami sudah membicarakan dengan bidang-bidangnya, di masterplan atau perencanaan kan ada museum rawa, yang dibuat pada tahun 2007,"
"Kami sempat berpikir bagaimana kalau gedung hotel itu dijadikan tempat wisata rawa yang bisa dibuat akuarium, contohnya ada ikan jenis-jenis ikan beserta nama ilmiahnya," pungkasnya.
Namun Indesi menyadari bahwa solusi yang dicetuskannya belum bisa dikatakan efektif karena menilik biaya yang masih terbatas.
"Yah walaupun sepenuhnya kita tidak meniru yang ada di masterplan tapikan semua butuh biaya besar. Jadi semua tergantung dianggarannya," tutupnya.