Tewas Dikeroyok di 9 10 Ulu Palembang
Ini Wajah Pelaku Pengeroyokan yang Menewaskan Ridho di 9 10 Ulu Palembang, Ternyata Ini Motifnya!
Ini Wajah Pelaku Pengeroyokan yang Menewaskan Ridho di 9 10 Ulu Palembang, Ternyata Ini Motifnya!
Melihat reaksi Wek, korban bereaksi dengan menanyakan pemukulan itu.
Namun pelaku Wek justru tersinggung sehingga akhirnya terlibat cekcok dengan korban.
Keributan terhenti ketika keduanya memutuskan untuk pergi dari tempat tersebut.
Tidak lama kemudian, korban yang sedang bersama lima rekannya, secara tidak sengaja bertemu dengan keempat pelaku dikawasan 7 Ulu.
Disinilah terjadi keributan hingga akhirnya korban membacok pelaku Iyan (DPO) dan kemudian lari ke lorong tangga panjang Palembang.
Kemudian keributan itu kembali terjadi. Sekira pukul 01.30 pagi, keempat pelaku melihat korban tengah melintas tepat di depan kantor lurah 9/10 Ulu bersama dua rekannya.
Oleh keempat pelaku, korban dikejar dan kemudian ditendang hingga terjatuh.
Korban yang terkapar, kemudian ditusuk berkali-kali oleh para pelaku dan meninggalkannya dalam kondisi terkapar bersimbah darah.
"Satu dari empat orang pelaku berhasil diamankan setelah satu jam kami menerima laporan. Turut juga diamankan barang bukti salah satunya sebilah senjata tajam yang diduga digunakan tersangka untuk mengeroyok korban," ujar Anom.
Anom juga mengimbau agar ketiga pelaku yang masih buron agar segera menyerahkan diri.
"Sebab identitasnya juga sudah kami ketahui dan akan terus kami lakukan pengejaran hingga dapat. Maka kami imbau, lebih baik segera menyerahkan diri,"tegasnya.
Polisi berhasil menangkap satu dari empat pelaku pengeroyokan hingga mengakibatkan tewasnya Ridho Soleh (23).
Seperti diketahui, warga jalan Tembok Baru Lorong Sehati RT. 18 RW 08 Kelurahan 11 Ulu Palembang itu, tewas usia menjadi korban pengeroyokan, Selasa (24/12/2019).
Saat ditemui di Mapolsek Seberang Ulu (SU) 1 Palembang, tersangka Heri Gunandi (19) hanya tertunduk lesu saat ditanya mengenai alasan pengeroyokan terhadap korban.
"Dia itu memang sering buat ulah. Satu dua kali diamkan, lama kelamaan jadi keterlaluan. Kami kesal melihatnya," ujar Heri.