Tangisan Ustaz Adi Hidayat Kisahkan Sosok Ibunya, Berdoa Kelak Pakaian Sederhana Diganti Kain Ihram
Tangisan Ustaz Adi Hidayat Kisahkan Sosok Ibunya, Berdoa Kelak Pakaian Sederhana Diganti Kain Ihram
Penulis: Tria Agustina | Editor: Welly Hadinata
Maa syaa Allah, waktu kecil itu bahkan sebelum lahir bajunya sudah dicarikan.
Carikan bajunya yang bagus, yang terlihat indah, kadang-kadang sebagian orangtua nyarinya susah,
Jual ini dulu, jual itu dulu, kadang nyangkul untuk memberikan pakaian terbaik.
Masak setelah Anda dewasa punya segalanya, untuk Ramadhan aja belum bisa memberikan sesuatu.
Padahal Anda sudah luarbiasa cukupnya, cobalaha menabung.
Masih inget saya, nabung, saya pulang itu dari pesantren, saya lihat ibu saya itu sedang jemur pakaian.
Setelah ayah meninggal, tahun 1997 itu saya masih ingat waktu saya pulang, senyum saya datang, Maa syaa Allah saya cium tangannya.
Saya kaget, pakaiannya kemana? Kenapa begini?
Pakaiannya tidak layak menurut saya, padahal sebelum saya masuk pesantren pakaiannya bagus-bagus, baik dan sebagainya.
Saya pergi ke dalam saya bongkar pakaiannya gak ada bagus-bagusnya.
Saya tanya kakak saya yang perempuan, ini kenapa pakaiannya begini semua?
Terus saya diem, nangis luarbiasa saat itu.
Saya disampaikan bahwa sudah sejak kita sekolah itu mama diam tidak memberikan apapun, informasi apapun, beliau menjual semua pakaiana terbaiknya, perhiasan terbaiknya, kami gak ada yang tahu sama sekali.
Dia taunya punya uang saku setara dengan yang lainnya.
Ibu saya tanya kawan-kawan yang sudah diatas leting saya berapa uang saku dalam sebulan.