Tewas Diterkam Harimau
Setue Makin Ganas, Sebab Perjanjian Sakral Sudah Diingkar? Ini Penjelasan Pemerhati Budaya Sumsel
Harimau dan manusia di jaman dulu sebenarnya tidak saling menganggu, tidak seperti sekarang di saat harimau terus meneror manusia.
Penulis: Refli Permana | Editor: Refly Permana
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Seorang petani asal Muaraenim, Mustadi, tewas diterkam harimau. Peristiwa ini menambah deretan panjang masyarakat yang menjadi korban terkaman harimau.
Mustadi, yang tewas di lokasi yang berbatasan antara Lahat dan Muaraenim, menambah daftar masyarakat yang tewas di kawasan Pagaralam dan Lahat. Bagi seorang pemerhati budaya di Sumsel, Vebry Al Lintani, dari segi kebudayaan ada tingkah laku manusia yang mengubah hubungan dua makhluk ciptaan ini menjadi tidak harmonis.
Dihubungi melalui telepon Jumat (13/12/2019), Vebry mengatakan harimau sebenarnya dari dulu sudah ada di wilayah Pagaralam dan Lahat. Mereka memang hidup di habitat bukit barisan sehingga ada pula di wilayah Sekayu hingga Lampung dan Jambi.
• Detil Luka yang Diderita Mendiang Mustadi Pasca Diterkam Harimau di Kota Agung Lahat
"Mereka hidup di hutan dan memang masih banyak hewan lain yang mereka santap. Namun, sekarang sudah sangat berkurang," kata Vebry.
Berkurangnya mangsa lantaran sudah banyak hewan-hewan seperti rusa yang tak lain adalah santapan utama harimau dibunuh oleh manusia. Habitat mereka juga semakin mengecil karena hutan yang tadinya memang tempat tinggal para harimau kini dijadikan wilayah komersil.
Dulu, cerita Vebry, harimau dan manusia tidak saling ganggu. Harimau bahkan termasuk salah satu hewan yang dihormati masyarakat Pagaralam dan Lahat sampai-sampai ada sapaan Puyang dan sapaan Setue untuk masyarakat tang ada di Lahat.
"Masyarakat jaman dulu tidak pernah menyebut nama harimau atau macan, tetapi selalu dengan dua istilah tadi sebagai bentuk rasa hormat manusia kepada harimau," kata Vebry.
• KRONOLOGI Mustadi Tewas Diterkam Harimau, Sedang Ambil Pikat Burung, Harimau Muncul dari Kebun Kopi!
Mitos lainnya, masih dikatakan Vebry, harimau dan manusia memiliki semacam perjanjian khusus supaya mereka tidak saling menyerang. Manusia tidak boleh menganggu habitat dan mangsa mereka, sementara harimau pun akan melakukan hal yang sama, bahkan harimau dipercaya bisa melindungi masyarakat.
"Setiap kali manusia jaman dulu merasa mulai masuk ke habitatnya harimau, mereka selalu meminta ijin. Ada juga yang meminta harapan supaya harimau menjaga keluarga mereka," kata Vebry.
Dengan kata lain, masyarakat Pagaralam dan Lahat dulunya memang sangat menghormati habitat makhluk ciptaan Tuhan yang lain sehingga bisa hidup tanpa saling ganggu.
Namun, mitos-mitos itu dipatahkan oleh dua faktor.
• Masih Ada Teror Harimau, Pemkot Pagaralam Ajak Masyarakat Gelar Istighosah
Vebry mengatakan, dari faktor agama, ada kesan syirik dari cerita mitos tersebut. Ia pun beranggapan, mitos ini disampaikan dengan cara yang sedikit salah. Sebab, jika dikaitkan dengan kondisi yang sekarang, mitos turun temurun tersebut sebenarnya teguran atau sebagai pengingat untuk kita yang hidup di jaman sekarang.
"Andai kita masih menghomati harimau sebagai sama-sama makhluk ciptaan Tuhan, mereka tidak akan keluar dari sarangnya. Lah sekarang, jika mereka bertahan di habitatnya, mau makan apa lagi karena hewan-hewan yang biasa mereka santap sudah sangat berkurang sehingga mereka pun merambah kehidupan manusia." kata Vebry.
Dalam mitos juga ada yang menyebut perjanjian antara manusia dengan harimau. Jika dibandingkan dengan jaman sekarang, sebenarnya ini tidak sepenuhnya salah karena di jaman modern seperti sekarang toh ada yang namanya pawang yang bisa berkomunikasi dengan harimau.
• Lihat Aktivitas 2 Desa di Pagaralam yang Diteror Harimau Hingga Telan Korban Jiwa, Kebun Kini Sepi
Faktor lainnya yang sangat berpengaruh adalah kerakusan manusia, dimana habitat harimau mulai dijadikan kawasan komersil seperti untuk berkebun, baik itu perorangan maupun didirikan perusahaan.
Ekosistem harimau sangat terganggu karena habitat mereka makin terbatas. Hal ini pula yang membuat kehidupan harimau semakin ke sini semakin berkurang.
"Maka dari itu, marilah kita kembali ke budayanya masyarakat jaman dulu yang hidup saling menghormati tanpa menganggu habitat.
Tak sampai tiga bulan ini, beberapa petani di Pagaralam dan Lahat sudah menjadi korban dari terkaman harimau.
• Lihat Aktivitas 2 Desa di Pagaralam yang Diteror Harimau Hingga Telan Korban Jiwa, Kebun Kini Sepi
Berikut data yang sudah dirangkum sripoku.com:
1. 16/11/2019
Seorang wisatawan Sekayu, Irfan diserang harimau saat berkemah di Tugu Rimau, Kota Pagaralam
2. 16/11/2019
Pemetik Teh di kaki Gunung Dempo melihat harimau sumatera melintas areal kebun teh di dekat Base Camp Pendakian Kampung IV, Kota Pagar Alam
3, 17/11/2019
Petani, Kuswanto (48) Warga Desa Pulau Panas Kecamatan Tanjung Sakti, Lahat wafat usai diterkam oleh harimau Sumatera saat berada di Kebunnya.
4. 2/12/2019.
Yudiansyah (41) wafat usai diserang harimau di kawasan Hutan Lindung dekat Hutan Adat Tebat Benawa, kecamatan Dempo Selatan, Kota Pagar Alam. Akibat serangan harimau sebagian besar tubuhnya tak ditemukan karena telah dimakan harimau.
5. 2/12/2019
Petani Kopi Marta (24) warga Dusun Tebat Benawa diserang harimau saat berada dikebunnya. Marta mengalami luka cakar di pinggang, bokong dan kaki kanan. Lokasi serangan Harimau terhadap Marta berada tak jauh dari lokasi Yudiansyah.
6. 7/12/2019
Enam orang Petani, Nupis (42) , Diliadi (50) , Pingki (21), Jumadi (45) , Neus ( 42) , Jimi (40) tak berani pulang usai melihat harimau sumatera di kebun yang tengah digarap di Desa Meringang Demp Selatan Pagar Alam.
7. 8/12/2019
Ari Sandi (20) warga Desa Kerinjing Kecamatan Dempo Utara Kota Pagar alam melihat harimau di kebun miliknya.
8. 12/12/2019
Msutadi, petani kopi, tewas di Lahat pasca diterkam harimau.