Hidup dengan Satu Paru-paru, Komedian Ini Jelaskan Bahayanya Menjadi Perokok Pasif!

Hidup dengan Satu Paru-paru, Komedian Ini Jelaskan Bahayanya Menjadi Perokok Pasif!

Penulis: Nadyia Tahzani | Editor: Refly Permana
Kolase Sripoku.com/Instagram
Hidup dengan Satu Paru-paru, Komedian Ini Jelaskan Bahayanya Menjadi Perokok Pasif! 

Almarhum sempat berpesan bahwa asap rokok yang mengudara akan sangat merugikan orang lain di sekitarnya.

Dilansir dari Kompas.com, dalam penjelasan laman resmi American Cancer Society, para perokok pasif sebenarnya menghirup dua jenis asap dari pembakaran tembakau.

Pertama, asap yang dihembuskan perokok aktif.

Kedua, jenis asap dari ujung rokok atau cerutu yang memiliki konsentrasi tinggi agen penyebab kanker (karsinogen) dan lebih toksik dibanding asap biasa.

Jenis asap kedua ini memiliki partikel lebih kecil dibanding asap pertama yang dihembuskan langsung oleh perokok, sehingga lebih mudah masuk ke paru-paru dan sel-sel tubuh lain.

"Ketika non-perokok terpapar kedua jenis asap ini, mereka disebut perokok pasif. Mereka (perokok pasif) juga mengisap nikotin dan bahan kimia beracun sama halnya seperti perokok aktif," tulis American Cancer Society.

Banyak studi membuktikan asap rokok dapat menyebabkan kanker.

Syahrini Tampil Cetar Reino Barack Justru Ketahuan Pakai Baju Lama, Postingan 2 Tahun Lalu Dibongkar

Bukan Kasihan, Ini yang Buat Ruben Onsu Pilu saat Ketemu Betrand Peto, Luluh saat Dipanggil Ayah!

Akrab, Bukan Pak atau Mas, Ini Sapaan Wishnutama ke Mendikbud Nadiem Makarim, Gaul

Dilansir dari Alodokter, dampak kesehatan akibat rokok merupakan masalah yang terjadi secara global.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan terdapat lebih dari 7 juta kematian terjadi akibat penyakit yang ditimbulkan oleh asap rokok setiap tahunnya.

Sekitar 890.000 kasus kematian tersebut terjadi pada perokok pasif di seluruh dunia.

Ketika dihembuskan oleh perokok, asap rokok tidak hilang begitu saja. Asap rokok dapat bertahan di udara hingga 2,5 jam.

Asap rokok akan tetap ada meski tidak terdeteksi oleh indera penciuman maupun penglihatan Anda. Hal ini juga berlaku di tempat tertutup yang tidak luas, seperti di dalam mobil.

Bahkan, asap rokok mungkin masih ada dalam jumlah besar meskipun orang tersebut telah berhenti merokok.

Studi menunjukkan, anak-anak yang orangtuanya merokok lebih rentan sakit, memiliki lebih banyak infeksi paru-paru seperti bronkitis dan pneumonia, lebih mudah batuk dan sesak napas, juga lebih mungkin mengalami infeksi telinga.

Selain hal itu, perokok pasif anak-anak juga berisiko mengalami serangan asma atau memperburuk gejala asma.

Halaman
1234
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved