Mau Lihat Kain-Kain Tradisional Sumsel? Yuk ke Museum Balaputra Dewa Palembang

Dinas Kebudayaan Pariwisata Provinsi Sumatera Selatan bersama Museum Balaputra Dewa mengadakan pameran yang bertajuk "Pesona Kain Tradisional Sumsel"

Editor: Refly Permana
tribunsumsel.com/linda
Suasana di Museum Balaputra Dewa, Jalan Srijaya I Nomor 288 KM 5.5, Selasa (5/11/2019). 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Dinas Kebudayaan Pariwisata Provinsi Sumatera Selatan bersama Museum Balaputra Dewa mengadakan pameran yang bertajuk "Pesona Kain Tradisional Sumsel" di Museum Balaputra Dewa, Jalan Srijaya I Nomor 288 KM 5.5.

Kegiatan ini diadakan dalam rangka memeriahkan ulang tahun Museum Balaputra Dewa.

Yang menggangkat kekayaan budaya Provinsi Sumsel yang berupa kain. Baik kain yang berarti sesungguhnya maupun yang sudah dibentuk menjadi beragam barang yang dipakai dalam kegiatan sehari-hari.

Pembukaan pameran ini dilakukan oleh Wakil Gubernur Sumsel didampingi oleh Kepala Museum Negeri Provinsi Sumsel Chandra Amprayadi SH, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel Aufa Syahrizal, Kepala Museum Nasional Siswanto dan juga beberapa pejabat terkait lainnya.

"Sumsel ini memiliki banyak kekayaan budaya. Ada yang sudah dilestarikan dan belum seperti kain-kain yang sudah lama.

Jadi dengan adanya event ini bisa mengenalkan ke masyarakat luas kain-kain yang ada di Sumsel," kata Aufa Syahrizal, Selasa (4/11/2019).

Menurut Aufa, tujuan diadakannya kegiatan ini untuk mengajak masyarakat lebih mengenal dan lebih dekat dengan museum.

Lalu ada juga pameran kain. Nah di Sumsel ini banyak kain tradisional dan kain-kain lama, yang sebagian generasi muda belum kenal.

Sebab kebanyakan orang taunya songket, jumputan dan lain-lain.

Padahal di Sumsel juga ada kain-kain lainnya seperti kain batik lasem, kain rumpak, kain sarung tajung poleng limar patut dan lain-lain.

Kain-kain tersebut dipamerkan di Museum Balaputra Dewa.

Puluhan kain-kain khas Sumsel tersusun rapi seperti kain batik lasem yang dibuat dari bahan dasar katun dan diproses cap.

Untuk warna dasarnya kuning dan bagian tengah warna dasarnya merah. Dengan motif sulur-suluran, geometris, pucuk rebong dan burung hong yang sudah distilir.

Kain ini digunakan dalam upacara adat Palembang dan kegiatan sehari-hari. Ada juga kain tajung dengan bahan dasar benang sutra dan nilon.

Sementara itu Mawardi Yahya menambahkan, bahwa dengan adanya kegiatan seperti ini bagus sekali. Krena budaya yang ada di Sumsel memang harus dijaga dan dipertahankan.

Pemprov Sumsel juga akan memperhatiakan benar tentang budaya ini.

"Kita harus banga dengan produk-produk yang ada di Sumsel dan budaya yang ada.

Karena esensi budaya merupakak ketahanan nasional. Jika di Kabupaten/Kota budayanya dipertahankan maka tidak akan mungkin terpengaruh budaya luar," katanya.

Berbagai kegiatan diadakan di pameran ini seperti pada tanggal 5 November 2019, setelah agenda pembukaan ada workshop bertema kain songket dan perkembangannya.

Yang disampaikan oleh Defrico Audi, designer. Lalu ada lomba sang juara tingkat SMA yang mengangkat tema sejarah dan budaya Sumsel.

Selanjutnya pada tanggal 6 November ada seminar dengan tema "Menguak Pusaka Swarna Bhumi di Lahan Basah Pantai Timur Sumsel", yang baru-baru ini beritanya menjadi viral karena ditemukannya banyak barang-barang sejarah akibat kebakaran hutan dan lahan.

Lalu pada Minggu berikutnya tanggal 12 November 2019 akan didakan workshop tentang "Busana Adat Palembang".

Di tanggal 19 November 2019 akan diadakan acara yang melibatkan anak-anak usia dini dalam rangka mengedukasi mereka tentang budaya dan sejarah Sumsel.

Sumber: Tribun Sumsel
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved