Ibu dari Bupati di NTT Ini Tetap Jualan Sayur di Pasar, Margaretha: Anak Saya untuk Masyarakat

Berstatuskan orangtua dari seorang bupati logikanya kehidupan Margaretha Hati Manhitu (78) serba berkecukupan.

Editor: Refly Permana
(KOMPAS.COM/SIGIRANUS MARUTHO BERE)
Margaretha Hati Manhitu (Ibu kandung Bupati Timor Tengah Utara) sedang jualan jagung dan sayur di pasar. 

SRIPOKU.COM - Berstatuskan orangtua dari seorang bupati logikanya kehidupan Margaretha Hati Manhitu (78) serba berkecukupan.

Selain pendapatan dari anak yang sudah laik, fasilitas sebagai seorang bupati tentunya bisa pula dinikmati Margaretha.

Namun, semuanya ditolak dan lebih memilih tetap tinggal di rumah sederhana sembari mencari nafkah dengan berjualan di pasar tradisional.

Raymundus Sau Fernandes nama anaknya, yang merupakan bupati di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) selama 2 periode termasuk kepala daerah yang berprestasi untuk daerah yang dipimpin.

Margaretha bersama suaminya, Yakobus Manue Fernandez, tak heran diundang ke Jakarta oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Mereka mendapatkan penghargaan karena karena dianggap telah berhasil mengasuh putra sulung mereka Raymundus Sau Fernandes hingga menjadi bupati.

Yakobus dan Margaretha juga dianggap menjadi inspirasi bagi orangtua lain dalam mengasuh anak.

Pasangan suami istri itu dijadwalkan akan menerima penghargaan oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga pada 6-7 November 2019 di Hotel Menara Peninsula, Jakarta.

Kepada Kompas.com, Senin (4/11/2019) Raymundus Sau Fernandes, Bupati TTU akan mengantar kedua orangtunya ke Jakarta.

"Saya hanya bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan dan semua pihak yang telah membantu dengan caranya masing-masing sehingga membuat semua seperti ini," ujar Raymundus.

Lantas, apa alasan Margaretha dan suaminya enggan hidup laik sesuai dengan status anaknya?

Meski sang anak sudah dilengkapi rumah dinas, argaretha Hati Manhitu dan suaminya, Yakobus Manue Fernandez, ternyata masih tinggal di rumah yang sederhana di Desa Bijeli, Kecamatan Noemuti, Kabupaten TTU, provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Saat ditemui Kompas.com, Kamis (16/8/2019), Margaretha mengaku masih rutin menjual asam dan sayur.

Ia dan suaminya juga mengolah sendiri asam yang dipetik dan dipungut dari pohon yang ada di dekat rumahnya.

Asam kering tersebut kemudian dikumpulkan dan dikupas sebelum dijual kepada pelanggan.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved