Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober, Sejarah Terbentuk Sumpah Pemuda di Kongres Pemuda II 91 Tahun Silam
Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober, Sejarah Terbentuk Sumpah Pemuda di Kongres Pemuda II 91 Tahun Silam
Penulis: Tria Agustina | Editor: Welly Hadinata
Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober, Sejarah Terbentuk Sumpah Pemuda di Kongres Pemuda II 91 Tahun Silam
SRIPOKU.COM - Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober, Sejarah Terbentuk Sumpah Pemuda di Kongres Pemuda II 91 Tahun Silam
Peristiwa sejarah Sumpah Pemuda merupakan suatu pengakuan dari Pemuda-Pemudi Indonesia yang mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa.
Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 hasil rumusan dari Kerapatan Pemoeda-Pemoedi atau Kongres Pemuda II Indonesia yang hingga kini setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda.
Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, yaitu pada 1959, tanggal 28 Oktober ditetapkan sebagai Hari Sumpah Pemuda melalui Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959.
Kemerdekaan Indonesia didapat pada 17 Agustus 1945, namun jauh sebelum kemerdekaan itu pemuda Indonesia telah bertekat membangun bangsa.
Dalam sejarah lahirnya Sumpah Pemuda yang diperingati setiap 28 Oktober, ada perjuangan para pemuda hampir satu abad silam.
• Sosok yang Berprestasi Eks Putri Pariwisata Terjerat Prostitusi, Keluarga Takut Putri Amalia Dijebak
• Video: TV Online MotoGP Sirkuit Phillip Island di Australia Link Live Streaming Trans7, Rossi Takut!
• Kumpulan Ucapan Hari Sumpah Pemuda 2019, Berbagi Semangat dengan Update Status WhatsApp dan Medsos

Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh Indonesia.
Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat.
Merdeka merupakan kalimat sakral di saat masa perjuangan Indonesia untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan.
Kemerdekaan itu kemudian didapat pada 17 Agustus 1945, yang tentunya tak bisa lepas dari pengaruh dan kerja keras para pemuda.
Pemuda memang memiliki peran penting dalam sejarah Republik Indonesia.
Berkat desakan pemuda yang "menculik" Soekarno dan Mohammad Hatta ke Rengasdengklok, Jawa Barat, Indonesia kemudian memproklamasikan kemerdekaannya.
Meski begitu, peran pemuda dalam mengupayakan kemerdekaan jauh telah dilakukan sebelum 1945.
• Kumpulan Ucapan Hari Sumpah Pemuda 2019, Berbagi Semangat dengan Update Status WhatsApp dan Medsos
• Ditinggal Nikah Reino Barack, Sosok Ini Bongkar Calon Suami Luna Maya, Akan Dinikahi Pengusaha Kaya!
• Dulu Ditinggal Krisdayanti Demi Raul Lemos, Hidup Anang Hermansyah Makin Jaya, Rumahnya Saja Begini!

Tri Koro Darmo menjadi wadah awal dari perhimpunan pemuda.
Dilansir dari Kompas.com, tujuh tahun setelah berdirinya Budi Oetomo pada 1908, para pemuda mulai bangkit meskipun masih dalam suasana kesukuan.
Lahirnya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober tak lepas dari sejarah Kongres Pemuda I dan Kongres Pemuda II.
Bagaimana kisahnya? Simak sejarah Sumpah Pemuda berikut ini!
• Jadwal Sholat atau Waktu Sholat untuk Daerah Kota Palembang, Hari Ini Minggu 27 Oktober 2019
• 7 Tahun Menjanda Tamara Bleszynski Pamer Foto Romantis dengan Pacar Baru, Bak Remaja Lagi Kasmaran!
• Pindah ke Bali Pasca Nikah, Ayu Ting Ting Bocorkan Lokasi Pernikahan, Sosok Calon Suami Terungkap
Pemuda memang memiliki peran penting dalam sejarah Republik Indonesia.
Bangkitnya pemuda didasari seorang bernama Satiman yang memiliki semangat berkobar yang menjadi motor penggerak bagi pergerakan pemuda.
Kelak, para pemuda menyatukan tekadnya demi Indonesia dalam sebuah momentum yang dikenal dengan sebutan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.
Tri Koro Dharmo Dilansir dari buku Indonesia dalam Arus Sejarah (2013), organisasi Tri Koro Dharmo merupakan perkumpulan pelajar yang berdiri pada 7 Maret 1915.
Tri Koro Darmo menjadi wadah awal dari perhimpunan pemuda.

Anggotanya didapat dengan menjaring pelajar bumiputra yang berasal dari perguruan dan sekolah-sekolah yang ada di Jawa.
Pelajar dari Jawa dan Madura menjadi inti dari perkumpulan ini. Tri Koro Dharmo yang secara bahasa memiliki makna tiga tujuan mulia (sakti, bukti, bakti), menginginkan sebuah perubahan dari cara pandang pemuda akan kondisi yang terjadi di Indonesia.
Karena terdapat sebuah desakan akan keanggotaan Tri Koro Dharmo lebih luas, maka nama dari perkumpulan ini diubah menjadi Jong Java.
Seluruh pelajar dari Jawa, Madura, Bali dan Lombok bisa bergabung dalam wadah ini.
Berbagai kongres akhirnya dilakukan untuk menyempurnakan dan menyebarkan ke banyak kalangan akan pentingnya peran dari pemuda.
Pemberantasan buta huruf menjadi sasaran dari organisasi ini agar pemuda bisa melihat bebas dunia luar.
Menginspirasi Sebenarnya, sudah ada perkumpulan pemuda sebelum Tri Koro Dhamo dengan nama Perhimpunan Indonesia.
• Fisik Sering Dibully Netizen Indonesia, Artis Ini Justru Disukai di Kalangan Pria Bule!
• Tameng Palsu Pamitnya Raffi Ahmad, Suami Nagita Slavina Ada Niat Terselubung? Rasakan Sedih Mendalam
• Gaul Bareng Rosa Meldianti & Bebby Fey, Ria Ricis Dapat Peringatan Keras, Disebut Sampah Gegara Ini
Namun, organisasi yang dibentuk pada 1908 itu hanya sebatas perkumpulan mahasiswa yang belajar di Belanda dan belum menunjukan peran aktifnya di Indonesia.
Situasi kemudian berubah saat sejumlah tokoh masuk ke dalam Perhimpunan Indonesia, misalnya Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara) pada 1913.
Kelak, muncul nama tokoh lain yang dihasilkan Perhimpunan Indonesia dan tercatat berperan penting dalam kemerdekaan, misalnya Sutan Sjahrir dan Mohammad Hatta.
Barulah setelah para mahasiswa Perhimpunan Indonesia itu kembali ke Tanah Air, mereka mulai berhimpun dan bergerak demi kemerdekaan Indonesia.
Para pemuda ini mulai menyadari akan tujuan bersama dan mengurangi perpecahan yang diakibatkan perbedaan mereka yang berasal dari beraneka suku bangsa dan agama.
Dalam buku 45 Tahun Sumpah Pemuda (1974) yang diterbitkan oleh Museum Sumpah Pemuda, disebutkan bahwa setelah Tri Koro Dharmo atau Jong Java mulai muncul perkumpulan pemuda kedaerahan lainnya.
Selain Perhimpunan Indonesia, ada juga Jong Batak, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Islaminten Bon, Pemuda Kaum Betawi, Pemuda Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) dan masih banyak lainnya.
Mereka merasa membutuhkan dukungan untuk bisa bersatu demi kemerdekaan.
Muncul inisiatif untuk bisa menggabungkan dari para perhimpunan pemuda ke dalam sebuah musyawarah besar.

Kongres Pemuda I akhirnya dilakukan pada 30 April sampai 2 Mei 1926.
Ceramah-ceramah yang diberikan dalam kongres itu belum bisa menyatukan persatuan Indonesia.
Masih adanya ego kedaerahan yang kuat dari tiap kelompok.
Kemudian, mereka sadar bahwa ego kedaerahan itu akan mempersulit Indonesia untuk bersatu dan berjuang melawan penjajahan.
Pada 27 sampai 28 Oktober 1928, kebanggaan dan rasa senasib para pemuda sebagai anak bangsa menjadikan mereka berkumpul lagi.
Kongres Pemuda II digelar, dengan kepanitiaan dari berbagai perkumpulan.
Sugondo Djojopuspito dari PPPI sebagai ketua, Djoko Marsaid dari Jong Java sebagai wakil ketua, Mohammad Yamin dari Jong Sumatranen Bond sebagai sekretaris, dan Amir Sjarifuddin dari Jong Batak sebagai bendahara. Mereka berkumpul di Batavia (Jakarta) dan mulai menyatakan sebuah kesepakatan bersama akan pentingnya persatuan pemuda.
Deklarasi pun dilakukan, dan dikenal dengan nama "Sumpah Pemuda".
Istilah "Sumpah Pemuda" sendiri tidak muncul dalam putusan kongres tersebut, melainkan diberikan setelahnya.
• Kronologi Tangkap Basah Putri Pariwisata Asal Balikpapan Main dengan Pria Asal NTB di Kamar Hotel
• Status Tanggap Darurat Karhutlah Di Sumsel Diperpanjang Hingga 10 November 2019 Begini Alasannya
• 7 Tips Mudah Turunkan Berat Badan, Dijamin Tubuh Sehat & Ideal dengan Melakukan Kegiatan Rutin Ini
Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 hasil rumusan dari Kerapatan Pemoeda-Pemoedi atau Kongres Pemuda II Indonesia yang hingga kini setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda.
Kongres Pemuda II dilaksanakan tiga sesi di tiga tempat berbeda oleh organisasi Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) yang beranggotakan pelajar dari seluruh wilayah Indonesia.
Kongres tersebut dihadiri oleh berbagai wakil organisasi kepemudaan yaitu Jong Java, Jong Batak, Jong, Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Jong Ambon, dsb serta pengamat dari pemuda tiong hoa seperti Kwee Thiam Hong, John Lauw Tjoan Hok, Oey Kay Siang dan Tjoi Djien Kwie.
Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh Indonesia.
Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat.
Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng).
Dalam sambutannya, ketua PPPI Sugondo Djojopuspito berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda.
Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Yamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda.
Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.
Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan.
Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, berpendapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah.
Anak juga harus dididik secara demokratis.
Pada rapat penutup, di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106, Sunario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan.
Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional.
Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.
Adapun panitia Kongres Pemuda terdiri dari :
Ketua : Soegondo Djojopoespito (PPPI)
Wakil Ketua : R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
Sekretaris : Mohammad Jamin (Jong Sumateranen Bond)
Bendahara : Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)
Pembantu I : Djohan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond)
Pembantu II : R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia)
Pembantu III : Senduk (Jong Celebes)
Pembantu IV : Johanes Leimena (yong Ambon)
Pembantu V : Rochjani Soe'oed (Pemoeda Kaoem Betawi)
• Prakiraan Cuaca BMKG di Kota Palembang Hari Ini, Minggu 27 Oktober 2019, Disinyalir Hujan Petir
• Kalah Jauh sama Nagita Slavina, Intip Penampakan Baju Murah Rafathar Malik Ahmad, Cuma Rp 100 Ribu
• Lama Bungkam Ini Alasannya Putus dengan Reino Barack, Luna Maya: Ternyata Orang Itu Punya Agenda
Adapun peserta yang hadir dalam kongres tersebut terdiri dari
1. Abdul Muthalib Sangadji
2. Purnama Wulan
3. Abdul Rachman
4. Raden Soeharto
5. Abu Hanifah
6. Raden Soekamso
7. Adnan Kapau Gani
8. Ramelan
9. Amir (Dienaren van Indie)
10. Saerun (Keng Po)
11. Anta Permana
12. Sahardjo
13. Anwari
14. Sarbini
15. Arnold Manonutu
16. Sarmidi Mangunsarkoro
17. Assaat
18. Sartono
19. Bahder Djohan
20. S.M. Kartosoewirjo
21. Dali
22. Setiawan
23. Darsa
24. Sigit (Indonesische Studieclub)
25. Dien Pantouw
26. Siti Sundari
27. Djuanda
28. Sjahpuddin Latif
29. Dr.Pijper
30. Sjahrial (Adviseur voor inlandsch Zaken)
31. Emma Puradiredja
32. Soejono Djoenoed Poeponegoro
33. Halim
34. R.M. Djoko Marsaid
35. Hamami
36. Soekamto
37. Jo Tumbuhan
38. Soekmono
39. Joesoepadi
40. Soekowati (Volksraad)
41. Jos Masdani
42. Soemanang
43. Kadir
44. Soemarto
45. Karto Menggolo
46. Soenario (PAPI & INPO)
47. Kasman Singodimedjo
48. Soerjadi
49. Koentjoro Poerbopranoto
50. Soewadji Prawirohardjo
51. Martakusuma
52. Soewirjo
53. Masmoen Rasid
54. Soeworo
55. Mohammad Ali Hanafiah
56. Suhara
57. Mohammad Nazif
58. Sujono (Volksraad)
59. Mohammad Roem
60. Sulaeman
61. Mohammad Tabrani
62. Suwarni
63. Mohammad Tamzil
64. Tjahija
65. Muhidin (Pasundan)
66. Van der Plaas (Pemerintah Belanda)
67. Mukarno
68. Wilopo
69. Muwardi
70. Wage Rudolf Soepratman
71. Nona Tumbel
• Jadwal Lengkap Pertandingan Sriwijaya FC, Kick Off Babak Perempat Final Liga 2 Digelar 9 November
• Kumpulan Ucapan Hari Sumpah Pemuda 2019, Berbagi Semangat dengan Update Status WhatsApp dan Medsos
• Status Tanggap Darurat Karhutlah Di Sumsel Diperpanjang Hingga 10 November 2019 Begini Alasannya
Adapun Isi dari Sumpah Pemuda Hasil Kongres Pemuda Kedua pada 28 Oktober 1928 itu adalah:
Pertama: Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
Kedua: Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia
Ketiga: Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Rumusan sumpah sudah tertulis dan dibacakan dalam acara itu.
Dalam peristiwa sumpah pemuda yang bersejarah tersebut diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia untuk yang pertama kali yang diciptakan oleh W.R. Soepratman.
Lagu Indonesia Raya dipublikasikan pertama kali pada tahun 1928 pada media cetak surat kabar Sin Po dengan mencantumkan teks yang menegaskan bahwa lagu itu adalah lagu kebangsaan.
Lagu itu sempat dilarang oleh pemerintah kolonial hindia belanda, namun para pemuda tetap terus menyanyikannya.
Sumpah Pemuda dimaknai sebagai momentum bersatunya para pemuda, yang kemudian bergerak bersama dan berjuang menuju Indonesia merdeka.
Apabila kita ingin mengetahui lebih lanjut mengenai banyak hal tentang Sumpah Pemuda kita bisa menunjungi Museum Sumpah Pemuda yang berada di Gedung Sekretariat PPI Jl. Kramat Raya 106 Jakarta Pusat.
Museum ini memiliki koleksi utama seperti biola asli milik Wage Rudolf Supratman yang menciptakan lagu kebangsaan Indonesia Raya serta foto-foto bersejarah peristiwa Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 yang menjadi tonggak sejarah pergerakan pemuda-pemudi Indonesia.