3 Wong Kito Ini Masih Dipercaya Presiden Jokowi, Masa Kecilnya Hidup Susah, ada yang Jualan Sabun!
3 Wong Kito Ini Masih Dipercaya Presiden Jokowi, Masa Kecilnya Hidup Susah, ada yang Jualan Sabun!
Penulis: Nadyia Tahzani | Editor: Welly Hadinata
3 Wong Kito Ini Masih Dipercaya Presiden Jokowi, Masa Kecilnya Hidup Susah, ada yang Jualan Sabun!
SRIPOKU.COM - 3 Wong Kito Ini Masih Dipercaya Presiden Jokowi, Masa Kecilnya Hidup Susah, ada yang Jualan Sabun!
Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin memperkenalkan para menteri dalam Kabinet Indonesia Maju, Rabu (23/10/2019).
Mereka yang dipanggil ada yang wajah lama alias menteri Jokowi di periode sebelumnya, namun ada juga wajah baru.
Jika dikelompokkan, wajah lama yang dipanggil Jokowi adalah Airlangga Hartarto, Pratikno, Sri Mulyani, Agus Gumiwang Kartasasmita, Siti Nurbaya Bakar, Basuki Hadimuljono, Budi Karya Sumadi, Yasonna Laoly, Sofyan Djalil, Moeldoko, Tjahjo Kumolo, Bambang Brodjonegoro dan Luhut Panjaitan.
Sedangkan wajah baru adalah Mahfud MD, Christiany Eugenia Paruntu, Erick Thohir, Whishnutama, Nadiem Makarim, Fadjroel Rachman, Nico Harjanto, Jenderal Tito Karnavian, Prabowo Subianto, Edhy Prabowo, Syahrul Yasin Limpo, Juliari P Batubara, Suharso Monoarfa, Fachrul Razi, Ida Fauziah, Bahlil Lahadalia, Zainudin Amali, Abdul Halim Iskandar, Johny G Plate, Teten Masduki, dan Dr Terawan.
• Inilah 7 Posisi Tidur Suami Istri Paling Mesra di Ranjang, Bikin Langgeng Tidak Mudah Bosan
• Perhatikan, Per Lima Detik Motor Bisa Saja Dicuri Ketika Parkir, Ada Cakram Lebih Sulit
• Jenderal Polisi yang Dulunya Viral Ini Jadi Kapolri, Kasih Uang ke Anggota untuk Beli Seragam Baru!
Selain Budi Karya Sumadi siapa saja dua putra terbaik Sumsel yang menjadi Menteri, berikut profilenya yang dirangkum Sripoku.com dari berbagai sumber.
1. Budi Karya Sumadi
Pria kelahiran Palembang 18 Desember 1956 ini menghabiskan masa kecil di kota kelahirannya. Kala itu, waktu usianya menginjak 10 tahun, Budi Karya sempat membantu usaha orang tuanya berjualan sabun, lilin, makanan kering, dan selai pisang. Barang jualan tersebut didatangkan dari luar daerah. Budi kecil menjual barang dagangan tersebut dengan dua metode yaitu menitipkan di warung dan menjajakan sendiri ke calon pembeli.
Ayah Budi Karya, seorang pejuang di Sumatera Selatan bernama Abdul Somad Sumadi saat itu bekerja di Kanwil Deppen Sumsel (1962) setelah sebelumnya pernah bekerja sebagai guru dan utusan pemerintahan Bung Karno.
Sedangkan sang ibu, Kusmiati bekerja sebagai guru TK yang kemudian menjadi anggota DPRD Sumsel tahun 1956-1959. Sang ibu juga pernah menjadi pimpinan Redaksi Obor Rakyat yang terbit tahun 1962.
Budi Karya mengenyam pendidikan di SD Muhammadiyah Bukit Kecil. Lalu, melanjutkan ke SMPN 1 Talang Semut Lama dan SMA Xaverius I. Setelah itu, Ia pun hijrah ke tanah Jawa tepatnya, Yogyakarta untuk kuliah Arsitektur di Universitas Gadjah Mada.
Mengawali karier sebagai arsitek perencanaan di Departemen Real Estate PT. Pembangunan Jaya, prestasi Budi Karya terbilang gemilang. Bahkan, ketika ia sukses menyabet kursi Direktur Utama PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk. dan PT. Jakarta Propertindo yang merupakan bagian Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Budi Karya banyak terlibat di berbagai proyek ibukota.
Salah satu proyek yang pernah dibangun oleh PT. Jakarta Propertindo di bawah kepemimpinan Budi Karya yaitu revitalisasi taman kota Waduk Pluit dan Waduk Ria-Rio, penyelesaian rumah susun sederhana sewa (rusunawa) di Marunda, serta Electronic Road Pricing (ERP).
Atas kesuksesannya, Budi Karya juga dipercaya untuk memimpin Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu PT. Angkasa Pura II yang mengelola 13 bandara di Indonesia termasuk Bandara Internasional Soekarno-Hatta.