Kisah Nyata! Film Ini Berkisah Tentang Perjuangan Sekelompok Petugas Pemadam Karhutla
Kisah Nyata! Film Ini Berkisah Tentang Perjuangan Petugas Pemadaman Karhutla, Berkorban Tinggalkan Keluarga
Penulis: Tria Agustina | Editor: Welly Hadinata
Jelas tidak mengherankan jika kemudian Only the Brave berjalan dengan presentasi cerita bertema pengorbanan dan kepahlawanan yang telah cukup familiar.
Meskipun begitu, dengan penulisan dan pengarahan cerita yang apik, Only the Brave memiliki cukup banyak amunisi untuk membuatnya tetap menjadi sebuah presentasi yang menyentuh.
Only the Brave memulai pengisahannya dengan memperkenalkan karakter Brendan McDonough (Miles Teller), seorang pemuda bermasalah yang berniat untuk membenahi kembali kehidupannya dengan mencoba melamar pekerjaan menjadi seorang pemadam kebakaran pada Granite Mountain Hotshots yang khusus bertugas untuk memadamkan kebakaran yang terjadi pada daerah-daerah hutan.
Berkat didikan keras sang penyelia, Eric Marsh (Josh Brolin), keberadaan Brendan McDonough yang awalnya dipandang sebelah mata oleh rekan setimnya secara perlahan mulai membaik.
Brendan McDonough bahkan mampu menemukan sosok-sosok sahabat baru yang turut memberikan pengaruh baik bagi kehidupan kesehariannya.
Dalam pekerjaan mereka sendiri, Granite Mountain Hotshots dikenal sebagai kelompok pemadam kebakaran yang tangguh dan selalu dapat diandalkan dalam setiap tugas.
Namun, ketika kawasan hutan di daerah Yarnell Hill, Arizona, Amerika Serikat, terbakar akibat sambaran petir, sebuah tantangan baru nan hebat datang menghampiri kelompok tersebut.
Sekilas, Only the Brave memang tidak menawarkan sebuah pola pengisahan yang terlalu istimewa jika dibandingkan dengan film-film sepantarannya.
Pengembangan konflik dan karakter dilakukan dengan sederhana.
Penceritaan Only the Brave mampu menghadirkan momen-momen emas ketika film ini memilih untuk berfokus pada hubungan persahabatan yang terjalin antara anggota pemadam kebakaran Granite Mountain Hotshots.
Para karakter pemadam kebakaran tersebut mampu digarap baik dengan jalinan hubungan yang tampil meyakinkan sehingga begitu mudah untuk disukai.
Sebuah sentuhan yang nantinya membuat konflik di penghujung pengisahan film mampu bekerja maksimal dan tampil emosional.
Beberapa kisah personal yang coba diangkat – yang seluruhnya bertema tentang hubungan romansa maupun usaha untuk membangun sebuah keluarga – juga berhasil memberikan banyak momen-momen menyentuh dalam presentasi cerita Only the Brave meskipun seringkali terasa gagal untuk dikembangkan secara lebih baik.
Sebagai film non-fiksi ilmiah pertama yang diarahkannya – setelah sebelumnya mengarahkan Tron: Legacy (2010) dan Oblivion (2013), Joseph Kosinski harus diakui memiliki kemampuan yang handal dalam menggarap dan menjaga aliran ritme pengisahan film.
Meski akhirnya Only the Brave terasa bercerita dengan durasi terlalu lama akibat banyaknya konflik-konflik minor yang hadir di berbagai bagian cerita, Kosinski berhasil menyajikan filmnya dengan tempo penceritaan yang tidak pernah terasa terlalu lambat maupun buru-buru sehingga secara tepat menaungi seluruh konflik yang hadir dalam film ini.
