Amalan Dahsyat Bulan Muharram, Anjuran Puasa 10 Muharram, Puasa Sehari Hapus Dosa Selama 1 tahun
Amalan Dahsyat Bulan Muharram, Anjuran Puasa 10 Muharram, Puasa sehari Hapus Dosa Selama 1 tahun
Penulis: Tria Agustina | Editor: Fadhila Rahma
Amalan Dahsyat di Bulan Muharram, Anjuran Puasa Tiap Tanggal 10 Muharram, Ini Sejarahnya
SRIPOKU.COM - Salah satu bulan suci bagi umat Islam, selain bulan Ramadhan adalah bulan Muharram.
Tanggal 1 Muharram 1441 Hijriah jatuh pada tanggal 1 September 2019.
Ada banyak amalan dan ibadah yang bisa dilakukan menyambut tahun baru Islam seperti puasa.
Pada bulan Muharram, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak puasa.
Puasa di bulan Muharram merupakan puasa yang utama setelah puasa di bulan Ramadhan.
Keistimewaan tanggal 1 Muharram adalah berkaitan dengan peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW dari Mekah ke Madinah.
• Inilah 3 Pasang Anak Kembar Artis yang Sudah Beranjak Dewasa, Nakula dan Sadewa Kini Bikin Pangling!
• Sulit Temukan Awan Cumulonimbus di Sumsel, Upaya TMC untuk Hujan Buatan, Tim BPPT Tetap Siaga
• Minder Karena Baru, Jangan Risau, Ini 9 Trik Agar Mudah Akrab Dengan Teman Kerja
Rasulullah SAW menyebut bulan Muharram menjadi bulan yang istimewa untuk memperbanyak amalan ibadah, salah satunya dengan menunaikan puasa Asyura dan Tasu'a.
Shaum atau puasa Asyura adalah shaum yang dilaksanakan tiap tanggal 10 di bulan Muharram dalam hitungan tahun Hijriyah.
Kenapa ada shaum yang dilaksanakan di tanggal tersebut? Begini sejarahnya seperti dikutip Tribun-Timur.com dari dakwah.id:

Pada masa jahiliyah, orang-orang Quraisy memiliki kebiasaan shaum di tanggal 10 tiap bulan Muharram.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun juga melaksanakan shaum itu saat masih berada di Mekkah.
Hal ini pernah diceritakan oleh Istri beliau, Aisyah radhiyallahu ‘anha. Beliau berkata,
كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِى الْجَاهِلِيَّةِ، وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُهُ، فَلَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ صَامَهُ، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ، فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ تَرَكَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ، وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ
“Di zaman jahiliyah dahulu, orang Quraisy biasa melakukan shaum ’Asyura. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam juga melakukan shaum tersebut. Saat tiba di Madinah, beliau melakukan shaum tersebut dan memerintahkan yang lain untuk melakukannya. Namun tatkala puasa Ramadhan diwajibkan, beliau meninggalkan shaum ’Asyura. Lalu beliau bersabda, ‘Barangsiapa yang mau, silakan shaum. Barangsiapa yang mau, silakan meninggalkannya (tidak shaum).’” (HR. Bukhari no. 2002 dan Muslim no. 1125)
Shaum Asyura yang diamalkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat di Mekkah, hanya untuk beliau sendiri.
Beliau tidak pernah sekalipun memerintahkan kepada para sahabatnya untuk mengamalkan shaum tersebut.
Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah, saat di Madinah beliau melihat orang yahudi juga melakukan shaum itu.
• Larangan di Bulan Muharram & Bulan Suro, Amalan yang Dianjurkan Nabi, Lengkap Niat Puasa Muharram
• Bacaan Niat Puasa Asyura dan Puasa Tasua, Jadwal dan Keutamaan di Bulan Muharram
• Tahun Baru Islam 1441 H: Niat Puasa Asyura, dan Puasa Tasua, Jadwal dan Keutamaan di Bulan Muharram
Bahkan, mereka juga menjadikan tanggal 10 Muharram sebagai hari raya istimewa. Orang Yahudi sangat memuliakan hari itu.
Mereka berargumen, bahwa hari 10 Muharram adalah hari di mana Allah ‘Azza wa Jalla menyelamatkan Nabi Musa dan kaumnya.
Pada hari itu pula, Allah ‘Azza wa Jalla menenggelamkan Fir’aun beserta bala tentaranya.
Kisah ini tercantum dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma. Beliau berkata,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-قَدِمَ الْمَدِينَةَ فَوَجَدَ الْيَهُودَ صِيَامًا يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- «مَا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِى تَصُومُونَهُ». فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ أَنْجَى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَقَوْمَهُ وَغَرَّقَ فِرْعَوْنَ وَقَوْمَهُ فَصَامَهُ مُوسَى شُكْرًا فَنَحْنُ نَصُومُهُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- «فَنَحْنُ أَحَقُّ وَأَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ ». فَصَامَهُ رَسُولُ اللَّهِ-صلى الله عليه وسلم-وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ.
“Ketika tiba di Madinah, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam mendapati orang-orang Yahudi melakukan puasa ’Asyura. Kemudian Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bertanya, “Hari yang kalian bepuasa ini adalah hari apa?”
Orang-orang Yahudi tersebut menjawab,
“Ini adalah hari yang sangat mulia. Ini adalah hari di mana Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya. Ketika itu pula Fir’aun dan kaumnya ditenggelamkan. Musa berpuasa pada hari ini dalam rangka bersyukur, maka kami pun mengikuti beliau berpuasa pada hari ini”.
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam lantas bersabda, “Kita seharusnya lebih berhak dan lebih utama mengikuti Musa daripada kalian.” Lalu setelah itu Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam memerintahkan kaum muslimin untuk shaum.” (HR. Muslim no. 1130).
Imam an-Nawawi rahimahullahmenguatkan dengan penjelasannya,
“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam biasa melakukan puasa ’Asyura di Makkah sebagaimana dilakukan pula oleh orang-orang Quraisy. Kemudian Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam tiba di Madinah dan menemukan orang Yahudi melakukan puasa ‘Asyura, lalu beliau shallallahu ’alaihi wa sallam pun juga tetap melakukannya.” (Al-Minhaj Syarh Muslim, 8/11).
• Inilah Amalan Dahsyat di Bulan Muharram, Diantaranya Puasa Asyura, Puasa Sehari Hapus Dosa Setahun
• Niat dan Tata Cara Sholat Taubat Nasuha, Serta Doa Sholat Taubat Nasuha Bacaan Latin, Arab & Artinya
• Bacaan Wirid Setelah Sholat Fardhu, Lengkap Arab, Latin dan Arti, Tambah Pahala Pengugur Dosa
Bukan Mengikuti Adat Jahiliyah
Terkait dengan shaum Asyura yang diamalkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau mengamalkan shaum tersebut berdasarkan oleh wahyu, bukan mengikuti adat orang-orang jahiliyah sebelumnya.
Imam an-Nawawi rahimahullah menjelaskan,
“Namun beliau melakukan puasa ini berdasarkan wahyu, berita mutawatir (dari jalur yang sangat banyak), atau dari ijtihad beliau, dan bukan semata-mata berita salah seorang dari mereka (orang Yahudi).” (Al-Minhaj Syarh Muslim, 8/11).
Amalan Dahsyat di Bulan Muharram
Ternyata, bulan Muharram adalah salah satu bulan haram yang memiliki keutamaan, sebagaimana bulan Ramadhan juga memiliki keutamaan.
Keistimewaan tanggal 1 Muharram adalah berkaitan dengan peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW dari Mekah ke Madinah.
Rasulullah SAW menyebut bulan Muharram menjadi bulan yang istimewa untuk memperbanyak amalan ibadah.
Nah, saat bulan muharram, ada beberapa amalan dahsyat yang sangat disayangkan sekali jika sampai ketinggalan untuk melaksanakan amalan-amalan mulia tersebut.
Apa sajakah amalan itu? Dikutip dari dakwah.id, berikut tiga amalan dahsyat di Bulan Muharram:
1. Waktu puasa/shaum terbaik setelah Ramadhan
Puasa/shaum yang dilakukan di bulan Muharram ternyata disebut oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai puasa/shaum yang terbaik setelah shaum Ramadhan.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ الله الْمُحَرَّمِ
“Sebaik-baik puasa/shaum setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, bulan Muharram.” (HR. Muslim)
Al-Qari mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ‘syahrullah’ adalah seluruh bulan-bulan yang diharamkan (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muaram, Rajab).
• Bacaan Niat, Tata Cara dan Doa Setelah Sholat Dhuha, Serta Waktu Diperbolehkan Untuk Mengerjakannya
• Niat Wudhu, Tata Cara dan Doa Setelah Wudhu, Serta Hal-hal yang Membatalkan Wudhu
• Niat Sholat Safar, Tata Cara dan Doa Sholat Safar, Bernilai Pahala, Jaminan Keselamatan dari Allah
2. Memperbanyak amal shalih di bulan Muharram
Manakala Allah ‘Azza wa Jallamenetapkan keagungan dan kemuliaan pada suatu hal, tentu di dalamnya terdapat nilai lain yang tersimpan di dalamnnya.
Bersamaan dengan kemuliaan yang Allah ‘Azza wa Jalla tetapkan pada bulan Muharam dan beberapa bulan lain yang diharamkan, Allah ‘Azza wa Jallamelipatgandakan nilai dosa kemaksiatan serta melipatgandakan pahala amal shalih.
Amal shalih tersebut bisa berupa amalan-amalan wajib, sunnah, dan seluruh aktivitas yang bernilai ibadah.
Seorang ulama ahli tafsir, Qatadah rahimahullah menjelaskan bahwa amal shalih lebih besar pahalanya jika dikerjakan di bulan-bulan haramsebagaimana kezaliman di bulan-bulan haram lebih besar dosanya dibandingkan dengan kezaliman yang dikerjakan di bulan-bulan lain. (Tafsir Ibn Katsir, 4/131)
3. Puasa sehari bisa menghapus dosa selama 1 tahun
Amalan dahsyat ketiga adalah puasa/shaum. Puasa sunnah yang dikerjakan yang hanya dikerjakan sehari di bulan Muharram ternyata merupakan amalan dahsyat yang dapat menghapus dosa yang dilakukan selama setahun. Puasa/shaum itu dikenal dengan istilah puasa/shaum Asyura.
Dalam sebuah hadits disebutkan,
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ: يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ. قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ: يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam pernah ditanya tentang keutamaan puasa Arafah. Beliau menjawab, “Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa Asyura? Beliau menjawab,” Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162).
Selain itu, para ulama fikih menjelaskan bahwa ada anjuran dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk melaksanakan puasa/shaum di hari ke sembilan.
Puasa/shaum ini disebut dengan istilah shaum tasu’a. Mengapa ada anjuran demikian?
Imam Nawawi rahimahullahmemaparkan, para ulama mengatakan bahwa maksudnya adalah untuk menyelisihi orang Yahudi yang cuma berpuasa tanggal 10 Muharram saja. Itulah yang ditunjukkan dalam hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma. (Syarh Shahih Muslim, 8/14).
Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhumaberkata bahwa ketika Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam melakukan puasa hari Asyura dan memerintahkan kaum muslimin untuk melakukannya, pada saat itu ada yang berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى. فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ – إِنْ شَاءَ اللَّهُ – صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ. فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّىَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.
“Wahai Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nasrani.” Lantas beliau mengatakan, “Apabila tiba tahun depan –jika Allah menghendaki– kita akan berpuasa pula pada hari kesembilan.” Ibnu Abbas mengatakan, “Belum sampai tahun depan, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallamsudah keburu meninggal dunia.” (HR. Muslim no. 1134)
Imam Asy Syafi’i dan beberapa ulama mazhab Syafi’i, Imam Ahmad, Ishaq, dan selainnya mengatakan bahwa dianjurkan (disunnahkan) puasa/shaum pada hari kesembilan dan kesepuluh sekaligus; karena Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam berpuasa pada hari kesepuluh dan berniat (berkeinginan) berpuasa juga pada hari kesembilan. (Syarh Muslim, 8/12-13) wallahu a’lam.