Berita Muratara

Rayakan Tahun Baru Islam dengan Istighosah Hingga 'Mandi Taubat'

Rayakan Tahun Baru Islam dengan Istighosah Hingga 'Mandi Taubat' Pakai Kembang Tujuh Rupa

Editor: Budi Darmawan
Tribun Sumsel / Rahmat Aizullah
Sejumlah pejabat di lingkungan Pemkab Muratara mengikuti Istighosah dalam rangka merayakan tahun baru Islam 1 Muharram 1441 Hijriyah. 

SRIPOKU.COM, MURATARA - Seluruh umat Islam di dunia merayakan tahun baru Islam 1 Muharram 1441 Hijriyah.

Di Indonesia berbagai macam cara dilakukan masyarakat untuk menyambut malam tahun baru umat muslim itu.

Termasuk di 'Bumi Beselang Serundingan' yakni Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara).

Mulai dari menggelar yasinan, zikir akbar, istighosah, hingga pawai obor keliling kampung.

Bahkan ada sekelompok warga di Kelurahan Muara Rupit, Kecamatan Rupit, Kabupaten Muratara menggelar tradisi unik yang dilakukan setiap tahunnya.

Mereka melakukan Yasinan hingga mandi dengan air yang sudah dicampur dengan kembang tujuh rupa.

Warga menyebutnya dengan istilah 'mandi taubat'.

"Tradisi ini kalau kami menyebutnya mandi taubat," kata Ismail warga Muara Rupit, Minggu (1/9/2019).

Update Daftar Lengkap Nama Pejabat Pemerintah Kabupaten Musi Rawas Utara

Tak Hanya Palsukan Jenis Kelamin Wanita Ini, Rela Bayar Orangtua Palsu Untuk Melamar Gadis Pujaannya

Dijuluki Ratunya Sinetron, Penampilan Dari 7 Artis Ini Kini Berubah Drastis, No 3 Usia Belum Nikah!

Disebabkan Oleh Pompa ,Tempat Penyulingan Minyak Ilegal Kembali Meledak Satu Rumah Hangus Terbakar

Menurut dia, tradisi yang dilakukan setiap tahunnya itu tidak bertentangan dengan syariat Islam.

Orang-rang yang 'mandi taubat' hanya meminta kepada Allah SWT supaya dihapuskan semua dosanya yang telah lalu.

"Dia harus punya niat yang tulus untuk bertaubat kepada Allah, meminta hanya kepada Allah," tegasnya.

Dengan melaksanakan 'mandi taubat' tersebut diibaratkan mensucikan diri.

Ismail menambahkan, setelah melakukan mandi taubat, kegiatan selanjutnya adalah Yasinan.

Disambung dengan zikir dan doa bersama, serta diakhiri dengan makan secara bersama-sama.

"Kalau warga sini menyebutnya sedekah 'Ramo', artinya makan bersama-sama, tujuannya untuk mempererat tali silaturahmi antar sesama," ujarnya.

Sementara itu, salah seorang warga yang mengikuti 'mandi taubat', Yasmin mengatakan dirinya mengikuti tradisi tersebut sejak beberapa tahun terakhir.

Ia juga menilai pelaksanaan 'mandi taubat' tidak melenceng dari ajaran Islam.

"Menurut saya pribadi ini tidak melenceng, karena kita niatkan dalam diri kita minta diampunkan semua dosa kita hanya kepada Allah semata," katanya. (cr14)

Sumber: Tribun Sumsel
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved