Kisah Hilangnya Pilot AS yang Tewas Demi Kemerdekaan RI Namun tak Pernah Kembali di Misi Ini
Kisah Hilangnya Pilot AS yang Tewas Demi Kemerdekaan RI Namun Tak Pernah Kembali di Misi Ini
Penulis: fadhila rahma | Editor: pairat
Ia mengajukan diri untuk melakukan penerbangan bagi Republik yang baru saja terlahir dari Bumi Pertiwi.
Bob kali pertama bertemu dengan Petit saat ia menerbangkan C-47 untuk sebuah perusahaan di Filipina, CALI.
"Ia kemudian membeli Douglas DC-3 untuk diterbangkan demi kepentingan Republik. Kami menyebut pesawat itu RI-002, sebab nomor RI-001 disiapkan untuk pesawat presiden di masa yang akan datang," kata Petit.
Kala itu, Belanda memblokade pelabuhan dan mengawasi ketat wilayah udara.
Bob, yang dikontrak Pemerintah RI, mengemudikan pesawat pada malam hari mengirimkan perbekalan medis dari Palang Merah Amerika Serikat dan kargo lainnya.
Bob membantu menyelundupkan vanila, kina dan karet dari Indonesia ke luar negeri.
Lalu dia membawa senjata, pakaian dan obat-obatan ke Tanah Air.

Ia juga banyak membantu TNI menjalankan operasi militer. Dialah pilot operasi penerjunan pertama yang dilakukan AURI pada 17 Oktober 1947 untuk menembus blokade Belanda.
Bob juga membawa perwakilan RI untuk bertemu pejabat PBB di negara lain.
Pesawatnya kala itu adalah satu-satunya yang bolak-balik masuk dan keluar Indonesia.
RI-002 yang dipiloti Bob juga mengantar Sukarno berkeliling Sumatera, mengumpulkan sumbangan rakyat untuk membantu perjuangan RI. Itu perjalanan pertama sang presiden ke luar Jawa.
Kala itu rakyat Aceh menyumbang 20 kg emas.
Emas itu lalu dibelikan pesawat Dakota yang diberi nama Seulawah atau gunung emas. RI-001 akhirnya tak lagi sekadar nomor registrasi. Ia jadi kapal terbang sungguhan.
Tak jelas mengapa Bob memutuskan untuk datang ke Indonesia. Ia seorang penerbang bayaran, uang adalah tujuannya.
Seperti dikutip dari situs Smithsonian, Bob berencana untuk menabung dan kembali ke Amerika Serikat.
"Ia sudah bertunangan dengan seorang perawat yang ditemuinya di Manila," kata keponakannya, Marsha Freeberg Bickham.

Namun, surat-suratnya yang ditujukan pada keluarganya, menunjukkan sisi lainnya. Bom mengaku tergerak melihat ketidakadilan yang dialami rakyat Indonesia di tangan Belanda.
"Sungguh mengagumkan melihat orang-orang yang menyakini kemerdekaan, yang telah dinikmati rakyat Amerika, dan berjuang untuk meraihnya," tulis dia.