Menelusuri Sejarah Bendera Merah Putih, Dijahit Ibu Fatmawati dari Tenda Warung Kaki Lima

Menelusuri Sejarah Bendera Merah Putih - Dijahit Ibu Fatmawati dari Tenda Warung Kaki Lima

Penulis: Tria Agustina | Editor: Fadhila Rahma
Dok. Kompas
Upacara penaikan bendera sang merah putih di halaman gedung pegangsaan timur 56 (Gedung Proklamasi). Tampak antara lain Bung Karno, Bung Hatta, Letkol Latief Hendraningrat (menaikkan bendera) Ny Fatmawati Sukarno dan Ny SK Trimurti. 

Di pinggir pasar ia melihat sebuah warung soto bertenda kain merah.

Nah, kebetulan pikirnya. "Saya tak lagi mikir jenis kainnya bermutu atau tidak. Meski saya lihat sudah tidak begitu bagus bahkan sudah robek, pokoknya kain tersebut masih bisa dipakai," kenangnya.

Maklum, di zaman Jepang mutu kain yang dikonsumsi rakyat amat jelek.

Jelang HUT RI ke-74, Penjual Bendera Musiman Mulai Ramai di kota Palembang

Lirik Lagu Wajib Nasional Beserta Chord Bendera Merah Putih Ciptaan Ibu Soed Lengkap dengan Video

Lirik Lagu dan Not Angka Bendera Kita Ciptaan R. Dirman Sasmokoadi Lengkap dengan Video Lirik

Terdorong rasa kebangsaan yang meluap-luap untuk segera mendapatkan kain bakal bendera itu, Kustaryo segera mendatangi si pemilik warung tenda.

Satu-satunya yang dipikirkan, bagaimana caranya mendapatkan barang tersebut.

"Saya beli kain ini dengan harga Rp500,00, terdiri atas lima lembar ratusan uang zaman Jepang dari kocek saya sendiri. Melihat uang segitu banyak, si tukang warung hanya terbengong-bengong saja. Transaksi waktu itu tidak berlangsung lama."

Setelah itu buru-buru ia membawa kain merah tersebut ke rumah Ibu Fat. Begitu diserahkan, Kustaryo langsung pergi lagi.

Selain Muzdalifah, Rumah Lapis Emas Inul Daratista Tak Kalah Mewah, Kamar Mandinya Jadi Sorotan

Tak Kunjung Hengkang, James Rodriguez dan Gareth Bale pada Akhirnya Tetap di Real Madrid?

Jessica Wongso Divonis 20 Tahun, Begini Kabar Arief Soemarko Suami Mirna Pasca 3 Tahun Kematian

Bahkan ketika bendera itu dikibarkan pada saat proklamasi, ia pun tidak tahu.

"Setelah itu saya lalu pergi dari Jakarta, kembali bergabung dengan rekan-rekan pejuang lain. Maklum waktu itu tentara Jepang yang bersenjata masih banyak berkeliaran. Belum lagi pasukan Inggris," kenangnya.

Selang beberapa tahun kemudian, suatu hari Kustaryo ketemu Ibu Fat lagi di Yogyakarta.

Iseng-iseng ia bertanya apakah bendera pusaka yang dikibarkan pada saat proklamasi tersebut, adalah bendera yang kain merahnya pemberian dia dulu.

"Bu Fat menjawab, benar! Kain merah yang saya jahit itulah pemberian Saudara. Saudara memang sungguh berjasa. Terima kasih ... saya sampai lupa," begitu jawaban Ibu Fat seperti yang ditirukan Kustaryo.

Versi lain riwayat bendera pusaka ini, menurut Kustaryo memang belum pernah diketahui umum.

Apalagi beberapa saksi mata yang melihat Lukas memberikan kain tersebut kepada Ny. Fatmawati, semuanya sudah tiada.

"Selain Bu Fat, yang sempat melihat adalah BungKarno dan supir pribadi mereka. Kalau tidak salah namanya Pak Sarip." (Intisari)

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved