Selatan Jawa Berpotensi Alami Gempa dan Tsunami, Begini Cara Ahli Menghitungnya

Pekan lalu masyarakat diresahkan dengan kabar potensi gempa di selatan Jawa yang bisa mencapai magnitudo 8,8 dan tsunami di Yogyakarta mencapai 20 met

Editor: Bejoroy
https://youtu.be/I5QF7-q3NgQ
Ilustrasi Tsunami. 

Mereka bukan memprediksi. Sekali lagi, memprediksi berbeda dengan memberi gambaran akan adanya potensi. Hingga saat ini pun, belum ada alat pendeteksi gempa ataupun tsunami di dunia.

Dari simulasi potensi yang dibuat para ahli, diharapkan kita semua dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik dan sadar bahwa negeri kita memang rawan bencana.

"Potensi itu sudah kami (ilmuwan) ketahui dan apa yang kami sampaikan berdasarkan reverensi buku Pusgen 2017 (Pusat Studi Gempa Bumi Nasional)," ujar Widjo saat ditemui Kompas.com pada Minggu (28/7/2019) di Yogyakarta.

Selain menjadikan buku Pusgen sebagai reverensi, para ilmuwan juga melakukan simulasi dengan beberapa skenario pemodelan.

"Skenario (pemodelan) yang diambil adalah kemungkinan potensi gempa dan tsunami terburuk. Seperti di Selatan Jawa kemarin kami menemukan ada potensi gempa besar dengan magnitudo 8,8," papar dia.

Untuk melakukan pemodelan atau simulasi, Widjo dan tim ilmuwan lain memasukkan berbagai macam data ke komputer, sama seperti yang dibuat Jepang, AS, dan lainnya.

Data itu mulai dari kedalaman laut, sumber gempa, bagaimana mekanisme gempanya apakah termasuk gempa dangkal atau tidak, episenter gempa di mana, dan apakah termasuk sesar naik, sesar turun, atau sesar geser. Widjo mengatakan, parameter-parameter lain juga wajib dimasukkan.

"Dari data kemudian bisa dilihat apakah gempa besar dapat menimbulkan tsunami, jika iya tingginya berapa meter," jelas Widjo.

Dengan persamaan matematik tertentu, model ini juga bisa melihat gelombang air merambat ke arah mana saja dan berapa waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke pantai.

"Nah di pantai tingginya berapa (tsunami), kemudian sampai di pantai berapa menit. Itu semua kita hitung dan ini simulasi ya," ujar Widjo mengingatkan.

Selain mencari potensi gempa dan tsunami, Widjo menuturkan para ahli juga melakukan kajian bila air masuk ke daratan kira-kira jauhnya berapa kilometer, dan lain-lain.

Dengan ahli membuat simulasi besaran gempa dan tsunami, hal ini akan membantu mereka mengetahui seberapa besar potensi tersebut.

"Walaupun simulasi, jangan sampai salahnya lebih dari 20 persen," ujar Widjo.

Dalam melakukan riset, para ahli memiliki prosedur laboratorium dengan berbagai syarat ketat supaya tidak jauh perbedaannya dengan nanti di lapangan.

Syarat itu antara lain, data harus valid dan skenario yang dibangun harus menunjukkan skenario terburuk atau maksimum.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved