Kisah Mata Air Zamzam yang Hilang Ribuan Tahun Digali Keturunan Ismail Kakek Nabi Muhammad SAW
Kisah Mata Air Zamzam yang Hilang Ribuan Tahun Digali Keturunan Ismail Kakek Nabi Muhammad SAW
Penulis: Hendra Kusuma | Editor: Hendra Kusuma
Tak diduga, mata air yang segar keluar dari tanah yang dikeruk oleh Ismail. Siti Hajar kemudian meminum air tersebut sepuasnya hingga ia dapat menyusui Ismail kembali.
Siti Hajar lalu berlari menghampiri Ismail kegirangan. Kemudian Siti Hajar berkata "Zamzam (berkumpullah)". Kelak mata air ini dinamanan Air Zamzam, yang menjadi sumber kehidupan di padang tandus ini, dan mata airnya tidak pernah kering sampai saat ini.
Setelah Siti Hajar memenuhi kebutuhannya terhadap air tersebut, mata air itu tidak berhenti mengalir. Air yang keluar bahkan makin lama makin melimpah. Malaikat Jibril kemudian berkata, "Zamzam (Berkumpullah!)." Dengan izin Allah SWT, mata air itu mengumpul terus mengalir hingga sekarang.
Sempat Ditutup dan Tidak Terawat
Siapa yang menyangka, Mata air Zamzam yang meleganda itu, sempat tertutup setelah ribuan tahun tak terawat sepeninggal Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Hal inilah yang kemudian menjadi cerita tersendiri awal mula sumur yang menghidupi orang banyak itu hilang.
Seperti dikutip dari Imam Bukhori bahwa, ia meriwayatkan di dalam Kitab Shahih-nya seputar sumber air zamzam.
Makkah kala itu, berpenghuni ketika Nabi Ibrahim dan sang istri (Siti Hajar) serta sang bayi (Nabi Ismail) tiba di Makkah. Tanahnya berupa pegunungan yang tandus. Tak satu pun manusia tinggal di sana kecuali keluarga Nabi Ibrahim as, dalam kedeadaan sedemikian rupaAllah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim as untuk meninggalkan istri dan putra menuju Palestina.
Dengan berat hati beliau melangkahkan kaki meninggalkan mereka yang amat dicintainya. Beliau meninggalkan mereka di suatu tempat yang sangat sepi, sunyi, dan tak berpenghuni serta hanya berbekal air dan kurma yang tak memadai.
Ketika langkah kaki Sang Nabi semakin jauh dan tak terlihat lagi oleh istri dan putranyabeliau memalingkan wajah ke Baitullah seraya berdoa. Dengan mengangkat kedua tangan setinggi-tingginya dan air mata yang membasahi pipi, Nabi Ibrahim as berdo’a sebagaimana yang telah diabadikan dalam Firman Allah SWT QS Ibrahim (14): 37.
رَّبَّنَآ إِنِّيٓ أَسۡكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيۡرِ ذِي زَرۡعٍ عِندَ بَيۡتِكَ ٱلۡمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ فَٱجۡعَلۡ أَفِۡٔدَةٗ مِّنَ ٱلنَّاسِ تَهۡوِيٓ إِلَيۡهِمۡ وَٱرۡزُقۡهُم مِّنَ ٱلثَّمَرَٰتِ لَعَلَّهُمۡ يَشۡكُرُونَ ٣٧
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.”
Itulah doa Nabi Ibrahim as untuk anak turunannya agar senantiasa menjalankan sholat sehingga berkah dan rezeki tetap mengalir bagi mereka yang selalu istiqomah menjalankan peintah-Nya.
Siti Hajar terus-menerus menyusui Nabi Ismail sampai tak terasa perbekalan air dan kurma hampir habis. Dan pada akhirnya, Siti Hajar sudah tidak bisa menyusui lagi. Ketika air susu Siti Hajar kering, Nabi Ismail mulai kehausan dan terus menangis dengan keras. Siti Hajar kebingungan tak tau apayang harus ia kerjakan.
Selanjutnya, Siti Hajar naik menuju Bukit Shafa sembari menoleh kekanan dan ke kiri seraya berharap menemukan orang yang dapat membantunya. Akan tetapi, tak ada satu pun manusia yang tampak di gurun yang tandus itu. Kemudian, ia menuju Bukit Marwah dengan harapan yang sama pula. Ia berkata, “Seandainya aku terus berlari-lari kecil, aku pasti akan kecapaian. Dan seandainya anakku meninggal, aku kelak tak akan bisa melihatnya kembali.”
Akhirnya, pada putaran ke tujuh tatkala turun dari Bukit Marwah, Siti Hajar mendengar suara aneh dari arah Baitullah. Beliau mendekatinya. Ternyata, suara itu merupakan malaikat yang sedang mengepakkan sayapnya sehingga keluar mata air yang sangat jernih. Melihat air memancar sangat deras, Siti Hajar pun mendekatinya dan membuat gundukan di sekitar air tersebut agar tidak mengalir ke mana-mana.
Kemudian mata air itu disebut dengan zamzam. Lari-lari kecil yang dilakukan Siti Hajar dari Bukit Shafa ke Bukit Marwah menjadi ritual haji yang disyariatkan oleh Nabi sampai saat ini yang disebut dengan sa’i, yaitu lari-lari kecil dari Shafa ke Marwah sebanyak tujuh putaran.