Mengkritisi Kenaikan Harga
Mengkritisi Kenaikan Harga Kebutuhan Setiap Menjelang Ramadhan dan Lebaran
Pada saat memasuki bulan Ramadhan atau menjelang bulan Ramadhan, selalu ada berita tentang kenaikan harga-harga kebutuhan pokok.
Penulis: Abdul Hafiz | Editor: Salman Rasyidin
Karena kebutuhan ini melekat pada manusia, maka yang perlu dikendalikan adalah manusianya.
Apa yang harus dikendalikan dari manusianya?
Yaitu nafsu, nafsu manusialah yang harus dikendalikan, karena nafsu itulah yang mendorong manusia untuk membeli barang dalam jumlah yang sangat banyak.
Jika seandainya nafsu itu dapat dikendalikan atau dimatikan, tentu manusia tidak akan membeli dalam jumlah yang banyak. Konsekuensinya, harga tidak akan naik.
Pemerintah sangat bertanggungjawab akan semuanya ini.
Untuk pengendalian unsur yang pertama, yaitu persediaan barang, tentulah yang bertanggungjawab adalah pemerintah, para produsen dan para pedagang.
Pemerintah bertanggungjawab untuk mengatur ketersediaan barang di pasar.
Dengan wewenang yang dimilikinya, pemerintah dapat mendesak para produsen untuk memproduksi barang dalam jumlah yang banyak menjelang ramadhan.
Dan para produsen harus menyediakan hal itu.
Jika produsen memproduksi barang dalam jumlah yang banyak di saat mendekati Ramadan, tentulah para pedagang tidak ada niat untuk melakukan penimbunan.
Memang pemerintah bertanggungjawab atas pengendalian harga pasar ini.
Namun bukan berarti kesalahan atas naiknya harga barang dalam masa puasa ini mutlak pada pemerintah.
Tak pantaslah kita menyalahkan pemerintah saja atas kejadian ini.
Pihak lain yang harus disalahkan adalah konsumen, yang merupakan unsur kedua.
Konsumen adalah pengguna atau pemakai barang. Ia merupakan unsure kedua yang bertanggungjawab atas kenaikan harga barang.
Konsumen juga berperan penting dalam menstabilkan harga barang.
Masing-masing orang hendaknya mengendalikan hawa-nafsunya untuk membeli barang dalam jumlah sangat banyak.
Sebenarnya saat puasa adalah momen yang sangat tepat.
Inti dari puasa adalah pengendalian hawa nafsu, bukan keserakahan yang terlihat dari naiknya porsi makanan.
Orang selalu heran, kenapa di saat Ramadhan (bulan puasa) orang justru makan lebih banyak dari pada biasanya.
Bukankah puasa itu mengajak orang untuk menahan diri?
Bukankah pada saat puasa orang hanya makan dua kali sehari? Jadi, logikanya, di bulan Ramadhan ini harga barang tidak harus naik.
Dengan adanya pengendalian dua unsur ini, tentulah kejadian naiknya harga barang menjelang dan sepanjang Ramadhan tidak akan terjadi lagi.
Ramadhan atau bukan kebutuhan orang akan barang tetaplah sama saja.
Malah seharusnya di saat Ramadhan kebutuhan akan barang mesti turun, karena orang makan cuma 2 kali sehari (pagi dan malam).
Semua ini bisa terjadi jika ada kemauan politik dari unsur-unsur yang berkaitan dengan kenaikan harga tadi.