Eksklusif Dengan Lalu Muhammad Zohri: Keluarga Pesan Jangan Pernah Tinggalkan Salat

Sprinter Indonesia, Lalu Muhammad Zohri kembali sukses mengharumkan Indonesia di ajang kejuaraan atletik Asia yang dihelat di Doha, Qatar, Senin (22/4

Editor: Bejoroy
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Ekspresi pelari Indonesia Lalu Muhammad Zohri usai tampil pada babak final Lari 100 meter Putra Asian Games ke-18 Tahun 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta, Minggu (26/8/2018). Zohri gagal meraih medali dan hanya mampu finish di posisi ketujuh dengan catatan waktu 10,20 detik. 

SRIPOKU.COM, JAKARTA – Sprinter Indonesia, Lalu Muhammad Zohri kembali sukses mengharumkan Indonesia di ajang kejuaraan atletik Asia yang dihelat di Doha, Qatar, Senin (22/4/2019).

Lalu Muhammad Zohri berhasil meraih medali perak dengan catatan waktu 10,13 detik.

Meski hanya medali perak, tapi catatan waktu yang dibuat pemuda asal Lombok itu mengantarkan dirinya menyabet predikat manusia tercepat se-Asia Tenggara.

Lalu Muhammad Zohri Ceritakan Pengalamannya Ikuti Ujian Nasional

Kejuaraan Atletik Asia 2019 di Doha Diikuti 10 Atlet Indonesia ada Lalu Muhammad Zohri

Pasalnya, catatan waktu Zohri mampu mematahkan rekor manusia tercepat di Asia Tenggara yang sebelumnya ditorehkan juga oleh pelari asal Indonesia, Suryo Agung Wibowo, 10,17 detik pada saat meraih medali emas di SEA Games 2009.

“Ya Alhamdulillah, pretasi ini saya nilai sebagai motivasi anak-anak muda, atlet-atlet lain juga. Saya juga masih punya target selanjutnya, semoga bisa lolos limit sehingga bisa tanding di Olimpiade,” kata Zohri kepada Tribunnews, Sabtu (4/5/2019).

Seperti diketahui, kiprah apik Zohri di nomor 100 meter ini bukan kali ini saja terjadi.

Sebelumnya, ia mampu meraih medali emas pada kejuaraan dunia junior yang berlangsung di Tampere, Finlandia, 10,18 detik.

Kemudian, di Asian Games 2018, Zohri juga mempersembahkan medali perak. Namun, medali itu bukan ia ciptakan dari nomor sprint 100 meter melainkan tim estafer putra 4x100 meter.

Sederet prestasi anak terakhir dari empat bersaudara itu tercipta tak serta merta datang begitu saja. Lahir dari keluarga yang amat sederhana di Kecamatan Pamenang, Lombok Utara 18 tahun silam menjadikan cambuk motivasi Zohri untuk bisa keluar dari kondisi tersebut.

Belum lagi, semasa remaja, Zohri harus menerima kenyataan pahit. Kedua orang tuanya yakni Lalu Ahmad Yani meninggal sekitar tahun 2017, sedangkan Ibundanya Saeriah meninggal sekitar 2015.

Zohri pun kemudian dididik oleh Fazillah, Kakak kandung Zohri yang paling besar. Ia yang memberikan perhatian penuh dan semangat kepada adik bungsunya itu. 

Berikut petikan wawancara langsung Tribunnews dengan Zohri yang ditemui langsung seusai menjalani latihan di Stadion Madya, Senayan, Jakarta, Sabtu (4/5/2019).

Zohri kembali mengharumkan Indonesia, bahkan kali ini sukses menyabet gelar manusia tercepat di Asia Tenggara. Bagaimana rasanya?

Alhamdulillah pertama saya bersyukur sudah bisa berangkat, bisa dipercaya sama pelatih (Eni Nuraini). Terima kasih kepada Bapak Bob Hasan (Ketua PB PASI), Bapak Tigor (Sekjen PB PASI) dan semua jajaran PB PASI yang sudah percaya sama saya, sudah membiayai saya di sana, dan Alhamdulillah saya ya cukup memberikan yang terbaik untuk indonesia. Semoga kedepannya bisa lebih baik lagi.

Ya Alhamdulillah, pretasi ini (predikat pelari tercepat se-Asia Tenggara) saya nilai sebagai motivasi anak-anak muda, atlet-atlet lain juga. Saya juga masih punya target selanjutnya, semoga bisa lolos limit sehingga bisa tanding di Olimpiade.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved